Air Kotor

29 4 0
                                    

Arinda Meliana baru saja menghempaskan tubuhnya pada kasur empuk yang sudah dari tadi ia rindukan. Matanya hampir terpejam jika saja bunyi rentetan notifikasi aplikasi chat tidak mengganggunya. Dengan helaan nafas kesal Arin meraih ponselnya yang terdapat di nakas.

Valen : Arinnnnnn

Valen : sumpah lo rugi nggak masuk hari ini

Valen : rugi!!

Arin : apa sih Len??

Arin : Lo ngga liat ni jam berapa.

Valen : maap 🙏

Valen : lo tau ngga tadi ada cogan yang bener2 cogan

Valen : rugi banyak lo hari ini

Arin : 😡 besok aja napa lo cerita ginian. Eatdah gue kira penting

Valen : ini emang penting kale...  Lumayan kan kalo bisa teken

Arin : sera lo deh gue ngantuk plus capek.  Besok aja ya sayang dilanjut. Bye  😴😴😴

Arin kembali meletakkan poselnya. Ia melirik sebentar kearah jam dinding pokemonnya. Pukul satu dini hari hanya tersedia beberapa jam untuknya beristirahat.  Perjalanan yang ia tempuh dari Bandung dengan kemacetan yang entah kenapa begitu mengular membuatnya sampai di rumah dini hari. Kalau saja bukan sepupunya yang menikah tentu saja Arin akan lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan sekolah dan bersantai di rumah.

Saat ini matanya kembali mencoba terpejam.  Ingin rasanya besok ia libur sayang ia punya jadwal tes untuk persiapan olimpiade yang ia ikuti.  Bahkan notifikasi yang terdengar tak mampu menahan rasa kantuk yang melandanya.

Maaf ya Len gue bener-bener ngantuk

***

Cahaya hangat sang surya sudah mulai menyusup melewati celah gorden yang terbuka sedikit. Sentuhan hangatnya menerpa wajah Arin yang tengah tertidur lelap. Perlahan gadis itu mulai terusik dengan pancaran sang surya.


"Hmm..  Jam berapa sih? " eluhya ditengah kesadaran.  Matanya yang telah terbuka sempurna menangkap jam dinding yang menunjukkan pukul 06.45.

"Ya ampun gue telat!!!" dengan kecepatan yang dimilikinya Arin segera menyibakkan selimutnya dan bergegas menuju kamar mandi.  Ia melakukan persiapan secepat mungkin. Mandi, berganti seragam,mengikat rambut dan menata buku ia lakukan dengan kecepatan penuh.

Nafasnya tak beraturan saat ia menyadari bahwa kini waktu mengajaknya berduel.

Setelah berpamitan dengan kedua orang tuanya Arin segera pergi dengan mengendarai sepeda montornya. Dalam hati ia berdoa semoga Tuhan memberikannya mukjizat agar tidak terlambat hari ini.

***

"Pak bukain dong!" tak henti-hentinya Arin memohon pada satpam yang kini tengah melipat kedua tangannya didepan dada.

Usaha yang ia lakukan tak membawakan hasil, kini Arin benar-benar terlambat,"Ayo lha pak hari ini saya ada tes nih...  Masa Bapak tega sama saya. "

"Mangkanya Neng jangan telat!  Namanya peraturan itu harus di tegakkan. "

Entah mengapa Arin merasa bahwa hari ini satpam sekolahnya berada pada titik paling menyebalkan.

RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang