Jared Burton

30 13 0
                                    

    Matahari tidak terlalu terik tapi hawa panasnya sudah cukup untuk membuat orang mengipaskan kedua tangannya ke arah wajah, dari luar jendela nampak gadis muda sedang
berbaring di ranjangnya sambil menulis sesuatu di buku tebalnya, sejenak ia nampak asik menggerakkan jemarinya yang memegang pena di atas buku tebal lalu ia nampak bingung tak lama ia nampak murung, kegiatannya terhenti saat mendengar suara keras seperti  puluhan piring di banting secara bersamaan. Ia bergegas lari kearah luar jendela, tapi tak dia dapati apa-apa lalu ia duduk di lantai di sudut kamar sambil begumam "mungkin suara dari rumah sebelah" tapi gumamannya salah saat suara paraw menggelegar mamanggil namanya dengan sangat keras "Blummm!!!!!" Ia menghela nafas panjang lalu menjawab dengan suara yang tidak kalah keras "iya, aku datang" ia berlari keluar dari kamar yang berada di lantai atas, tidak itu bukan kamar awalnya tapi itu loteng yang di jadikan kamar untuk Blum,
          Scada Blum itu nama lengkapnya usianya belum genap 17tahun. ia tumbuh di kota terpencil di sebuah negeri kecil, bahkan kotanya belum terjamah oleh modernisasi yang besar hanya ada telphon umum, mobil-mobil, dan sepeda motor tapi bagi keluarga bangsawan Televisi berlayar LED sudah bisa di miliki. Ia tinggal bersama orang yang selama ini ia pikir baik, orang tuanya menghilang saat Blum berusia  9tahun, sebenarnya bukan Orangtua nya yang menghilang Tapi Dialah yang telah hilang.
      "Ada apa bu?"
"Kau lihat semua lampu tamanku pecah karna ulahnya (sambil menunjuk kucing hitam besar milik Blum)
"oh maaf bu, aku berjanji dia tidak akan merusak barang-barang mu lagi"
"ya baiklah, bereskan kekacauan ini" sambung nyonya Mei wanita paruh baya yang selama ini Blum panggil Ibu.
"Apa yang kau lakukan Ray? Kau membuat Ibu marah" ucap Blum pada kucing hitam besarnya yang mengitari kakinya.

18 menit berlalu"Sudah selesai" gumamnya karna sudah tidak ada lagi pecahan lampu taman di pinggir halaman rumahnya "pus pus dimana kau ray?" Panggil Blum pada kucinnya tapi tidak nampak apa-apa  "dimana kau Ray? Apa kau marah padaku?" Ucap nya sambil terus mencari kucingnya di sekitar halaman "Baiklah aku menyerah! Mungkin Ray pergi ke rumah tetangga sebelah untuk mencari makanan tambahan" hiburnya pada dirinya sendiri.
     Ia berjalan kembali kedalam rumah menyusuri 23 anak tangga menuju loteng atau lebih tepat kamarnya sambil menghitung setiap langkahnya hingga ia sampai di depan pintu kamarnya. Blum, dia kembali keatas ranjangnya tapi kali ini dengan posisi duduk, sejenak ia menatap buku besar di sebelahnya lalu menatap kosong ke luar jendela loteng " Dimana kalian ibu? Ayah?" Tak terasa air matanya sudah di pelupuk mata hingga akhirnya jatuh ke punggung tangannya ia segera mengelap air matanya lalu pergi ke kamar mandi.
   Hari mulai gelap Blum akan turun kebawah untuk memasak makan malamnya sendiri, nyonya jared bekerja siff malam di sebuah mini market 24jam di kotanya,  butuh waktu lebih dari 30 menit untuk sampai kesana dengan berjalan kaki.
     "apa yang harus ku masak?" gumam nya sambil mengusap dagu agak lancipnya, sepersekian detik kemudian "ku rasa omelet bukan pilihan yang buruk" ucapnya sambil mengangkat bahu dan menyerengitkan bibir tipisnya.

     jam menunjukan pukul 21.15 malam, perasaan yang sama setiap malam mulai ia rasakan lagi, perasaan khawatir juga takut yang setiap malam ia rasakan karna kejadian itu. kejadian yang membuatnya tidak bisa pergi kesekolah seperti anak pada umumnya, kejadian yang membuatnya tidak memiliki teman, kejadian yang membuatnya kehilangan ayah angkatnya, itu adalah salah satu alasan mengapa nyonya Mei agak kasar pada Blum tapi ia tahu bahwa ia pantas untuk mendapatkannya karna ia adalah penyebab kematian tuan Venco dan ia sadar bahwa nyonya Mei sebenernya sangat menyayangi dirinya.
    Tapi entah mengapa beberapa malam terakhir perasaan Khawatir bercampur rasa takut itu semakin lekat, ia merasa seolah ada sepasang mata yang selalu mengawasinya seakan ingin menerkam dan mencabik dirinya, anehnya perasaan itu muncul saat jam mulai menujukkan pukul 9malam dua jam sebelum nyonya Jared kembali dari mini market. Blum lari menaiki anak tangga ke kamarnya setelah mematikan seluruh lampu dan mengunci pintu, ia tahu kalau nyonya Jared pasti membawa kunci saat bekerja agar tidak perlu membangunkan Blum saat ia kembali. Blum melompat keatas ranjang tebalnya lalu menarik selimut sampai ke dagu saat mendengar suara lolongan yang ia asumsikan bahwa itu adalah lolongan Anjing, seandainya dia tahu kalau itu bukan lolongan anjing mungkin ia akan meringkuk di bawah ranjang.
   Blum mengglidik ngeri saat suara lolongan lebih panjang dari sebelumnya terasa semakin dekat ke rumahnya. ia berusaha memejamkan matanya kuat-kuat tapi ia malah semakin takut.Sampai ia mendengar suara lolongan lagi jauh lebih pendek dari sebelumnya hanya saja begitu dekat dengan telinganya membuat ia membelalakan mata hazelnya, lolongan itu terdengar berulangkali dan semakin dekat sampai blum sadar bahwa lolongan itu berada tepat di bawah kamarnya suara lolongan itu kini ada di halaman samping rumahnya. Blum semakin takut, malam itu cukup dingin tapi keringatnya bercucuran antara takut, bingung, dan penasaran dengan sesuatu yang ada di halaman samping rumahnya ia sangat takut sampai seluruh tubuhnya bergetar karna perasaan yang bercampur aduk.
"Apa yang harus kulakukan" gumamnya pelan dalam nada penuh ketakutan
"Kau hanya perlu ikut denganku, penakut!" Ucap seseorang yang berdiri di serambi kamarnya sontak membuat Blum teeperanjat kaget "pencuri!!!!!" teriak  Blum dengan sangat kuat sampai pria di serambi kamar itu harus menutup telinganya rapat-rapat "Tutup mulutmu!" Bentak pria itu sontak membuat seluruh tubuh Blum kaku, belum pernah ia di bentak sekuat ini oleh seseorang apa lagi ia tidak mengenal pria itu sama sekali. Air mata Blum mengalir tanpa di aba-aba ia langsung tersedan karna tidak mampu menahan air matanya, "ikut aku!" Pria di serambi itu berkata dengan nada datar tanpa merasa bersalah atas ucapannya pada Blum sebelumnya sambil menatap malas kearah Blum. Blum tidak menjawab ia masih menangis sampai pria itu berkata "Ikut aku sekarang!, atau kau lebih suka ku bawa dengan paksa?" Ucapnya sambil melirik Blum dengan smirk nya "Apa mau mu? Aku tidak mengenal mu, kau orang asing tiba-tiba masuk kamarku dan memaksaku untuk ikut! Kau sudah gila! Tunggu bagaimana caramu masuk ke kamarku?" Jawab Blum dengan nada ketus sambil mencoba bangun dan berlari ke arah pemukul bisbol. Ia mengangkat pemukul bisbol tepat di depan wajahnya seolah akan menikam pria di serambi itu yang sama sekali tak nampak wajahnya karna tak terkena cahaya lampu redup di kamar itu sambil berkata "Dan ku tegaskan aku bukan penakut!!"
Teriakan Blum tidak membuat pria tersebut bergeming ia bahkan tertawa pendek "mencoba memukulku dengan kayu itu?, ku kira kau belum lupa terakhir kali kau mencoba memukul salah satu kawananku". Kawanan,, Sontak kata itu membuat tubuh Blum semakin kaku "ka-kawanan katamu" ucapnya sambil tergagu tubuhnya langsung lemas pasti ia sudah jatuh ke lantai jika tidak ada tangan gagah yang menahan tubuhnya dari belakang "ya kawanan, kurasa kau sudah ingat sekarang" bisik pria itu dari belakang tengkuk Blum ia tersentak dan bligidik ngerii bulu kuduknya terasa meremang saat suara yang semula datar menjadi terdengar sangat menakutkan, yang membuatnya lebih takut lagi bagaimana pria itu bisa berada di belakangnya dan menopang tubuhnya. "Ayo kita pergi" nada suaranya kembali datar. Blum mulai sadar atas apa yang terjadi ia mencoba menjauhkan dirinya dari pria tersebut "aku tidak akan pergi dengan mu" "kau memang lebih suka di paksa" timbalnya pria tersebut menarik tangan Blum, Blum menghentakan tangannya dengan kuat tapi cengkraman pria itu sangat kuat ia menghentakkannya berulang kali tapi tidak ada hasilnya hanya membuat tangannya sakit dan semakin sakit bila ia terus menghentakkan tangannya terus menerus. Pria itu menarik blum melompat dari jendela loteng yang cukup tinggi bila jatuh memang tidak akan membunuhnya tapi cukup untuk menghancurkan semua tulang rusuknya. Blum masih meronta saat di tarik hampir sampai ke jendela Loteng "a-apa yang mau kau lakukan? Kau akan membunuhku! Aku tidak mau!" Teriak Blum dengan sangat kuat sampai rumah sebelah yang mendengar keributan tersebut keluar dari rumah, belum sempat orang-orang itu keluar rumah Pria misterius itu berdecih pelan lalu menarik paksa Blum lompat dari jendela loteng, Blum kaget kakinya terbentur tiang pembatas jendela dengan cukup kuat ia  hampir berteriak sebelum tangan pria itu membungkam mulutnya. Mereka mendarat dengan mulus di halaman samping rumah pria itu berlari dengan sangat cepat masih memegangi pergelangan tangan blum, saat sudah cukup jauh masuk kedalam hutan mereka berhenti, Blum tersengal-sengal dan meringis mangingat ia dibawa kabur oleh pria yang tidak ia kenal dengan kemampuan berlari 110km/jam  lebih cepat dari seekor cita dewasa Blum menghentakkan tangannya dengan kuat melepaskan cengkraman pria tersebut agak sakit memang tapi ia terlalu gengsi untuk meringis. Mereka sempat  saling menatap sepersekian detik lamanya sebelum Pria tersebut mengalihkan pandangan matanya kearah kaki Blum yang memar ia sadar kalau itu kesalahannya sebelum ia menepiskan fikiran itu "itu salahnya, kenapa wanita ini lebih suka di paksa" ucapnya dalam hati.
Saat melihat pria itu lengah Blum merasa ada kesempatan untuk lari dari sini, ia mengambil ancng-ancang dan berlari secepat mungkin sekuat kemapuannya, ia  merasa sudah berlari cukup jauh saat ia menengok kebelakang sambil terus berlari tidak dilihatnya pria itu tapi saat ia kembali menghadap kedepan 'hekhhh' ia tersedak lehernya sangat sakit saat tangan kekar mencengkram lehernya dengan kuat sontak membuat ia berhenti berlari pria tadi ada tepat di depan matanya  ia sejenak menatap kesal kearah Blum lalu melepaskan cekikannya, Blum terbatuk-batuk sampai ia tersungkur "kau fikir bisa lari dariku?, kalau kau sampai lari maka mereka akan meragukanku sebagai ketua kawanan yang baru" pria itu bicara sambil menatap kosong kearah hutan yang  gelap "yaah lagi pula kurasa kau tidak  ingat bukan kearah mana rumah itu?" Sambung pria itu sambil mengenduskan nafas panjang, "terserah apa katamu! Tapi aku akan pulang!" Timbal Blum dengan nada ketus "kau keras kepala" sahut pria itu, "a aku ingin pulang aku harus membukakan pintu untuk nyonya Mei" "tidak usah repot-repot bukankah dia membawa kunci rumah? Hemh!" Timbal pria itu dengan nada datar tapi meremehkan. Blum tidak bisa berkutik dia memang bukan pembohong yang hebat. sesaat tidak ada percakapan diantara mereka hanya saling tatap untuk sesaat sebelum Blum menyadari sesuatu "Buku ku!" Sontak ia kaget mengingat ia meninggalkan buku bertuah itu, buku yang menyimpan rahasia kehancuran klan nya, "Buku ini?" Sahut pria itu sambil menheluarkan sebuah buku tebal dari dalam jaket kulitnya, pantas saja Blum merasa aneh karna dada bidang pria itu(hanya gambarannya) berbentuk persegi sebelah. "Ba bagaiamana bisa ada pa,," belum selesai ia bicara sudah di potong oleh pria itu "kau dan buku ini yang di incar oleh hampir seluruh Klan bahkan kawanan anjing basah juga menginkanmu dan buku ini" jelasnya. "Tunggu aku dan buku ini, apa maksud mu" sahut Blum sambil menyambar buku di tangan pria itu "ini hanya buku tebal yang isinya hanya garis-garis tak berbentuk" lanjutnya, "kau akan tahu nanti saat kau sudah sudah menyadari kesalahanmu" jawab pria itu dan dia berlalu meninggalkan Blum sendirian di hutan saat tengah malam. Blum hampir mengejarnya sebelum pria itu berlari dan hilang dari pandangannya "heyyy" teriak Blum saat pria itu menghilang. Sesaat semua hening sampai rasa takut Blum datang membuatnya meringsut mundur kearah pohon pinus tua di belakangnya, suara bergemuruh tiba-tiba terdengar riuh dari belakangnya ia menengok kebelakang dan tidak ia dapati apa-apa, ia memilih lari kearah jalan yang diingatnya, sayangnya dia salah melangkah ia masuk semakin dalam ke hutan, ia memilih jalan yang berlawanan dengan pria tadi. Ia bertambah takut saat bulan mulai naik semakin tinggi dan suara lolongan anjing bersahutan atau lebih tepatnya suara makhluk lain dan pasti bukan Anjing. Gresekk terdengar seperti ada yang mengunjak dedaunan kering secara perlahan, sontak membuat bulu kuduknya meremang "Ya Tuhan tolong aku" gumamnya pelan seolah berbisik "mencariku" ucap seorang pria dari belakangnya membuat ia kaget sampai terduduk di tanah " Kau! Makhluk aneh sialan! Membawaku pergi dari rumah dan meninggalkan aku sendirian di sini!" Bentak Blum pada pria itu. "Jadi kau mengharapkan ku? Hemm" sambung pria itu membuat Blum tergagap "A apa kau bilang? A aku hany" belum selesai ia bicara "aku Jared Burton" potong pria itu "ayo biar ku tunjukan arah pulang" sambungnya dengan suara datarnya.
Mereka sudah cukup lama berjalan sampai Blum merasa ada yang aneh "ku kira tidak berjalan sejauh ini tadi, atau karna tadi ia berlari sangat cepat" gumamnya dalam hati, perasaannya semakin memburuk saat  mereka melewati pohon dengan juntaian akar di sekelilingnya seolah ia mengingat atau lebih tepatnya melihat sesuatu yang terjadi padanya hampir 9tahun yang lalu. "Kau! Kenapa kau membawa ku kesini!" Bentak Blum pada Jared, "untuk membuat mu sadar dimana seharusnya kau berada" jawab Jared dengan nada menekan di setiap katanya. "Disini,, A aku ingat Ayah ku, disini terakhir kali aku melihatnya! Melawan belasan monster yang menyerang kami!" Teriak Blum sambil bergerak bingung tanpa arah ia terus bicara dengan penuh makna sambil terus menangis, "DIAM!" teriak Jared yang sudah tidak tahan dengan ocehan Blum. "Orangtua mu belum mati!, orangtua ku yang sudah mati! Dan kaulah penyebabnya!!" Balas Jared dengan nada marah yang tertahan, "A aku? Apa maksudmu? Aku tidak pernah membunuh siapa pun!" Balas Blum. "Cih, kau sudah membuat begitu banyak kesalahan yang tidak termaafkan!! Ingat anak lelaki di sisi gelap bayangan pohon besar? Ingat dengan anak lelaki yang mengantarmu pulang saat kau berada  di sisi lain hutan? Ingat?" Teriak Jared di penghujung kata, "kau tidak pernah tau apa yang terjadi setelah kau pergi dari sana, apa yang terjadi saat aku mengantarmu pulang 10 tahun lalu! Dan kau akan menebus semua kesalahanmu dulu!!" sambungnya membuat Blum benar-benar terpaku tubuhnya lemas seketika pandangannya kabur dan ia tidak tau apa yang terjadi selanjutnya..

TBC.......
Update secepatnya

Truth (~Dark Side~)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang