Chapter 2 : The Other Occupants

25 3 8
                                    

Di sebuah kafe yang berada tidak terlalu jauh dari kantor tempat Stephy bekerja, Nicholas dan Stephy menghabiskan waktu santai mereka untuk berbincang-bincang.

   "Steph... Kurasa sesuatu sedang terjadi padamu. Maukah kamu membagi beban sedikit denganku?"

Tatapan penuh rasa khawatir dan perhatian yang begitu besar dari Nicholas membuat Stephy terharu. Akan tetapi, Stephy adalah gadis yang lebih suka menyimpan masalahnya pada diri sendiri ketimbang membaginya dengan orang lain.

   "Terima kasih, Nic... Tapi Aku baik-baik saja."

Walau sudah mengetahui seperti apa jawaban Stephy, Nicholas tak pernah berhenti berusaha membantu Stephy. Terkadang muncul perasaan kecewa di hati Nicholas. Hubungan mereka sudah sejauh ini, tetapi Stephy seolah masih mengunci rapat kehidupan pribadinya. Seolah-olah Stephy tidak menanam rasa percaya terhadap Nicholas. Namun tampaknya Stephy tak pernah terpikirkan kalau sikapnya itu membuat Nicholas merasa sedikit tak berguna sebagai seorang tunangan yang tak lama lagi akan berubah menjadi suaminya itu.

   "Baiklah. Katakan saja bila ada yang bisa kubantu." ujar Nicholas dengan wajah yang sedikit kecewa.

Wajah kecewa yang cukup jelas terlihat membuat Stephy sempat bertanya-bertanya pada dirinya sendiri. Mungkinkah ia baru saja mengatakan suatu yang salah pada Nicholas? Tetapi Stephy lebih memilih untuk tidak bertanya. Nicholas pun mengalihkan rasa kecewanya dan kembali mengungkit tentang pertemuan awal mereka. Nicholas bermaksud membuat Stephy merasa lebih baik dengan membicarakan kenangan lama yang indah.

   "Steph, Kamu ingat tidak..." Nicholas mengawali ceritanya.

Di seberang sana, tepat di tengah-tengah jalan raya, Stephy melihat sesosok yang tengah berdiri dengan rambut panjang terurai. Seorang gadis belia yang tersenyum ke arahnya. Tak yakin kalau sosok itu tersenyum ke arahnya, Stephy melihat ke sekelilingnya dan memastikan kalau gadis itu memang tersenyum kepadanya. Wajah Stephy berubah menjadi panik. Bulir-bulir keringat mulai terlihat jelas di kening dan pipi Stephy.

   "Dulu pada pertemuan pertama, Aku sudah terpesona pada aura karisma yang terpancar dari dirimu. Aku tidak pernah tahu kalau ternyata orang yang kutemui tanpa sengaja di sebuah taman bermain sepuluh tahun silam malah menjadi kekasihku." ujar Nicholas seraya terkekeh kecil dan menyeruput kopi hangat dalam cangkir putih.

Suasana hangat dan nyaman yang dirasakan oleh Nicholas sungguh bertolak belakang dengan apa yang dirasakan oleh Stephy saat ini. Gadis yang dilihatnya itu kini mulai mengambil langkah maju. Seperti hendak menghampiri Stephy.

   "Jangan..." gumam Stephy dengan suara yang gemetar.

Samar, Nicholas dapat mendengar suara Stephy.

   "Apa Steph?" Nicholas menanyakan pada Stephy untuk memastikan yang baru saja didengarnya.

Nicholas melihat Stephy sibuk melihat ke arah seberang jalan. Tentu saja Nicholas terheran-heran. Sebab tidak ada apapun di seberang jalan. Namun, bagi Stephy, sosok gadis belia yang dilihatnya masih ada disana. Langkah keduapun diambil oleh gadis itu.

   "Jangaaannnn! Tidaaaakkk!!!"

Seolah gema suara teriakan Stephy masih belum juga sepenuhnya berakhir, sebuah mobil berwarna putih dengan berkecepatan penuh menyambar dan menabrak tubuh gadis itu hingga terpental jauh. Stephy kembali tersentak kaget melihat peristiwa itu dan menangis karena terlalu syok.

   "Stephy?! Ada apa?!" tanya Nicholas yang bingung dan terkejut akibat teriakan Stephy.

Bukan hanya Nicholas, akan tetapi seluruh pengunjung kafe disana mengamati Stephy dengan bingung. Tak peduli dengan beberapa puluh pasang mata yang terheran pada tingkahnya, Stephy berlari keluar dari kafe tersebut. Ia bermaksud untuk melihat kondisi gadis tadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Midnight RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang