Nathan.

374 49 6
                                    

Biasanya setiap pagi, Vivi sudah bangun terlebih dahulu sekedar membuatkan sarapan untuk anak-anak Asrama yang harus berangkat pagi. Karena vivi bukan orang asli Indonesia, jadi setiap dia membuatkan sarapan pasti selalu dengan roti isi selai dan susu atau roti panggang. Langganannya adalah Nathan.

Kalau kata Helen yang sudah menjadi teman semenjak SMA, Nathan bisa lebih sayang dengan roti ketimbang pulpen yang pasti selalu habis atau hilang dari tempat pensil karena banyak anak laki-laki yang suka pinjam tanpa mengembalikan.

Dan pagi ini vivi sakit, jadi tidak ada yang membuatkan sarapan untuk anak asrama. Nathan keluar kamar dan bergegas ke ruang makan untuk melihat sarapan apa hari ini tapi nyatanya nihil. Mia yang melihat itu menghampiri Nathan setelah mengambil susu kotak dikulkas.

"Kak vivi sakit, makanya gak buatin makanan dulu kak" kata Mia dan dia duduk di kursi makan sambil minum susu coklatnya. 

Raut mukanya berubah sedih. Hilang sudah harapan bertemu cinta dalam hidupnya, roti. Mia yang melihat pemandangan itu bangun dari kursi dan menghela nafas.

"Roti bukan makhluk hidup, sedih amat sih kak" bahu Nathan di tepuk dan Mia cuma berjalan keluar dari ruang makan.

Sialan nih anak, gumam Nathan. Di dunia ini pasti semua orang mengalami sebuah jinx, ada sugesti dimana sesuatu hal baik bisa terjadi karena suatu rutinitas. Begitu juga dengan roti. Roti adalah salah satu hal yang bisa bikin hari cewek dengan muka kucing itu lebih lancar. Mungkin? Itu pendapat dia, ditambah hari ini dia harus datang di pertemuan ukm. Makin error aja harinya kalo gak ada roti.

Tanpa basa basi Nathan bergegas pakai sepatu dan minum susu yang disiapkan Mia sebelum pergi. Tujuan pertama sebelum kelas adalah FamilyMart.

-------------------------------------------------------------

"Mba, roti danish coklatnya ada kan yaa?" tanya nya di depan kasir dengan antusias.

"Danish coklat ada mba. Kebetulan tinggal-"

"Mba saya mau roti danish coklat. Satu" sontak mata Nathan kaget mendengar suara dibelakangnya. Dia punya saingan. Dia membalikkan badannya melihat penampakan orang itu. Orang tersebut diam memperhatikan Nathan sekilas dan balik ke muka tidak acuhnya.

"Maaf mas, roti danishnya tinggal satu. Buat mba ini" kata si kasir dan muncul rasa kemenangan di hati Nathan.

'Sukurin, emang enak gue menang'

"Kan saya yang minta duluan"

"Iya, tapi aku yang disini dulu" akhirnya Nathan ngomong ke orang itu dan saling tatapan didepan kasir.

"Saya juga disini kok. Dari tadi" jawab orang yang diajak debat itu dengan penekanan.

"Gimana kalo mas ama mba beli buat berdua aja? Rotinya ukuran besar jadi bisa lebih irit hehe" saran dari si mba kasir yang langsung dijawab gak sama mereka berdua. Akhirnya setelah 5 menit, Nathan ngalah. Sama laki-laki.

"Yaudah mba aku gak jadi-" dan orang itu tidak bergerak setelah melihat ponselnya. Lalu dengan secepat kilat, dia pergi dari minimarket meninggalkan Nathan di kasir sendirian.

"YA KALO LO PERGI NGAPAIN DEBAT SAMA GUE" dengan nada marah Nathan hanya melihat pintu sudah tertutup dan sepertinya omongan tadi tidak terdengar. Mba kasir hanya tertawa melihat itu dan menanyakan apakah masih mau rotinya. Oh jelas mau, kalo kata Nathan.

Setelah 20 menit dimana 15 menit adalah perdebatan masalah roti sama si bedebah yang kabur itu kalo kata Nathan, dia duduk di kursi diluar minimarket. Masih marah dengan hal tersebut. Kekesalan Nathan bertambah. Helen ngechat dia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asrama Bulan - [LOONA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang