“siapa yang kau perhatikan Jaemin—ah?”
“eh, aku tidak memperhatikan siapapun”
“bohong, kau sedang memperhatikan Jeno—kan!?”
“tidak aku tidak memperhatikannya”
“ya, kau bilang begitu, tapi tidak dengan wajahmu. Lupakan aku akan pergi ke toilet dulu”
Sebelum pergi, Haechan sempat menunjuk wajah manis milik sahabatnya itu yang sangat jelas terlihat. Jika sahabatnya ini merona dengan wajah merah milikya, sadar akan hal itu, Jaemin menyentuh pipi miliknya sendiri. Lalu menggerutu kecil, sedikit menghujat sahabat baiknya itu.
Mata Jaemin kini melihat kearah orang yang di maksud oleh Haechan, melihat kearah Jeno yang tengah sibuk membaca buku novel, yang entah apa judulnya, Jaemin tidak peduli. Yang Jaemin pedulikan sekarang adalah bisa melihat wajah tampan pemuda yang merupakan ketua kelasnya yang bernama Lee Jeno itu.
‘sial! Dia melihat kearahku!’
Jaemin kini dengan segera mengalihkan pandangannya kearah lain. berusaha agar tak bertatapan dengan Jeno yang kini tengah mengalihkan pandangnya kearah lain, dan tersenyum tampan kearah Jinyoung, yang Jaemin tahu itu adalah sahabat dari ketua kelas bermata sipit itu.
Dengan perlahan, Jaemin kini menaruh telapak tangannya pada dada miliknya. merasakan debaran jantungnya yang terasa begitu kencang, lalu menghembuskan nafasnya kecil. Setelahnya, memilih untuk sibuk dengan buku biologi yang sedaritadi ia anggurkan.
--
Kedua sahabat itu kini tengah diam di pinggir lapangan, ini adalah jam istirahat dan mereka memilih untuk diam di pinggir lapangan sambil melihat beberapa anak yang sibuk bermain bola. Sebenarnya, Haechan tak terlalu suka diam di tempat seperti ini, tapi, Jaemin menariknya kesini.
Untuk menemaninya melihat Jeno, yang kini tengah sibuk bermain bola dengan teman-temannya, Haechan bahkan bisa melihat wajah seniornya yang menurut pemuda itu menyebalkan, tengah bermain dengan Jeno.
“kenapa tak kau coba dekati saja dia?”
“tidak mungkin.”
“apanya yang tidak mungkin, kau ini manis dan juga pintar, aku yakin Jeno juga menyukaimu.” Gemas Haechan, sambil menggoyang-goyangkan bahu milik Jaemin. Membuat Jaemin sedikit pusing, lalu berusaha melepaskan cengkraman milik sahabatnya itu.
“kau tahu sendiri kan, aku alergi.”
Mendengar apa yang dikatakan oleh Jaemin, Haechan dengan segera melepaskan cengkraman miliknya pada bahu Jaemin, lalu dengan segera memasang raut wajah berpikir miliknya, menaruh satu telunjuknya di dagu.
Sesekali melirik kearah Jaemin, lalu menggelengkan kepalanya, membuat Jaemin hanya menghembuskan nafasnya pelan melihat tingkah sahabatnya ini.
“aish! Ini membingungkan, bagaimana bisa kau alergi pada Jeno.” Teriak Haechan sedikit frustasi.
“mana kutahu,” balas Jaemin tak terima saat merasa jika dirinya di salahkan.
Baiklah, biar ku perjelas, ini mungkin akan terdengar sedikit aneh. Tapi percayalah, Jaemin memiliki alergi terhadap ketua kelas bermata sipit itu. Hampir semua orang di sekolah tahu tentang Jaemin dan alerginya, dimana, Jaemin pasti akan bersin jika diam di dekat Jeno.
Dan itu membuat Jaemin ragu untuk mendekati si ketua kelas, karena dirinya pasti akan bersin.
“apa yang kalian lakukan?”
“bukan urusanmu Mark—sunbae!”
“hush, dia kenapa?” tanya Mark, sambil memberi isyarat pada Haechan untuk berhenti berbicara, lalu melihat kearah Jaemin yang kini tengah fokus melihat kearah lapangan. Hal itu tentu membuat Mark penasaran.
Karena itu, Mark kini ikut mengalihkan pandangan miliknya kearah yang di tuju oleh Jaemin, hingga arah panfdangan matanya berhenti pada Jeno yang kini tengah berlari kesana kemari menggiring bola. Mark jelas sudah tahu, jika Jaemin kini tengah meperhatikan salah satu anggota klub sepak bola itu.
“JENO—YA! KEMARI SEBENTAR!”
Terkejut, Jaemin dan Haechan dengan segera menutup kedua telinga milik mereka saat mendengar Mark berteriak cukup kencang, dengan senang hati Jaemin dan juga Haechan kini memberikan tatapan tak suka milik mereka, sedang Mark hanya menunjukan deretan gigi rapih mliknya.
“ada apa hyung?” tanya Jeno sedikit berteriak sambil berlari kecil kearah mereka. Jaemin sedikit menahan nafasnya saat melihat Jeno yang tengah mendekat kearahnya.
“bukan apa-apa.” Kata Mrk sambil menepuk bahu milik Jeno berkali-kali, membuat pemuda dengan mata sipit itu memilih untuk menjauh dari seniornya ini, dan secara tak sadar berdiri di dekat Jaemin, lumayan dekat, atau bisa dikatakan dekat, karena Jaemin bisa mencium aroma vanilla yang manis dari tubuh Jeno.
Melihat Jeno yang berdiri tepat dipinggirnya, Jaemin kini menahan nafas miliknya kembali. Tak ingin bersin di depan orang yang ia sukai ini. tapi—
“hatchi!”
“kau tak apa? Ini, kau bisa gunakan sapu tangan milikku.”
“terimakasih Jen—hatchi! Hatchi! Aku tak apa.” Kata Jaemin sambil menerima sapu tangan yang di berikan oleh Jeno, Jeno hanya terkekeh kecil saat melihat pemuda manis yang berada di depannya ini tak bisa berhenti bersin.
Muka milik Jaemin merona saat merasakan Jeno mengelus pelan helaian rambut miliknya. mata miliknya melirik pelan kearah Jeno, lalu tersneyum kecil.
“kenapa kau selalu bersin saat berada di dekatku? Alergi padaku?”
“tidak—hatchi! Aku juga tak ta—hatchi! Tahu kenapa selalu bersin saat di—hatchi! Dekatmu.”
“kalau terus begini bagaimana aku bisa dekat denganmu.” Guman Jeno pelan, namun Jaemin bisa mendengar apa yang diucapkan oleh pemuda dengan mata sipit itu, walau samar. “sudahlah, aku akan lanjut main dengan yang lain.”
Setelah mengucapkan itu, Jeno meluangkan sedikit waktunya untuk mengusap rambut milik Jaemin. Membuat Jaemin mau tak mau kini mulai kembali bersin, baru setelahnya meninggalkan Jaemin yang kini dan mulai berlari kecil ke lapangan.
“Jeno—ya! Semangat!” kata Jaemin kancar, tanpa harus di sela oleh bersin miliknya.
Mendengar itu, Jeno menunjukan senyum tampannya pada Jaemin, jangan lupakan angin yang berhembus menghembuskan poni milik Jeno, membuat Jeno berkali lipat menjadi lebih tampan, pemandangan dihadapannya ini membuat Jaemin tak tahan untuk tak—“hatchi!”
—bersin
[2/1] twoshoot
Hai guys, ini itu harus oneshoot tapi ama gue di bagi dua :')<3 from author ciang
KAMU SEDANG MEMBACA
liefste things • nomin oneshoot collection (✔)
FanfictionNote; ♡ oneshoot ♡ ficlet ♡ drabble