distance

928 128 6
                                    


~

Wonwoo terbangun dari tidur singkatnya saat alarm ponselnya berbunyi. Ia hanya tidur 4 jam karna harus menyelesaikan deadline tugasnya, dan juga diliputi rasa gelisah.

Rasa gelisah yang lebih tepatnya seperti rasa kebahagiaan tapi dia tidak percaya akan datang secepat ini.

Ia melihat tanggal di ponselnya, dan kembali misuh-misuh dengan bantalnya sambil tersenyum sendiri. Dimatikannya alarm lalu melihat aplikasi pesan saat dilihatnya ada notifikasi masuk 30 menit yang lalu.

"Selamat pagi, semalam aku bertemu denganmu di dalam mimpi"

Wonwoo tertawa dan meledek si pengirim pesan dalam gumam-man. Setelah membalas pesannya, Ia segera bangkit dari kasur lalu mulai bergegas membereskan apartement.

Perutnya dibuat tergelitik seperti ada kupu-kupu terbang, karna Ia sudah lama menantikan hari ini.

~

"Kau terbang jam berapa ke Seoul?"

Seorang pria tambun berjalan dengan sekeranjang ikan di tangannya sambil menghampiri Mingyu. Pria berkulit tan itu tersenyum sambil memeriksa semua isi tas besarnya.

"Jam 9 aku sudah harus di bandara Paman Lee"

"Lebih baik kau mandi dulu Gyu, dan aku akan menyiapkan sarapan"

Mingyu mengangguk lalu mengambil peralatan mandinya. Ia pun bergegas menuju telaga yang kebetulan tak jauh dari tendanya berdiri. Mingyu bersyukur, di hutan pinus cagar alam yang luas ini semua sumber daya alam penting untuk kebutuhan masih dapat terjangkau dengan mudah.

"Air-nya bersih 'kan Paman?"

"Kau pikir aku menangkap ikan ini dengan menciduk-ciduk air dari telaga yang disana begitu? Aku menangkap semua ini di sungai ya asal kau tahu"

Mingyu pun hanya tertawa mendengar nada bicara pria teman satu tim ekspedisinya itu. Sesama orang enviromentalist yang dikirim dari Seoul menuju Pulau Eulsukdo, Mingyu yang pada dasarnya memang hanya berdua saja dengan Paman Lee. Ia yang pemula telah belajar banyak selama tiga bulan dengan senior-nya yang satu itu untuk meneliti dan meriset Pulau indah ini.

Dan juga... tiga bulan yang penuh dengan kerinduan.

Sebelum ke telaga, Mingyu menyempatkan untuk mengecek ponselnya. Berada di hutan seperti ini membuatnya harus tahan hanya bisa berkomunikasi lewat telpon dan pesan singkat. Karna ya... jaringan internet masih agak sulit didapatkan disini.

"Kalau dia membaca pesannya itu tandanya dia sudah bangun"

Dan saat membuka menu pesan, Mingyu terkekeh melihat sebuah balasan dari pesan yang dia kirim sebelumnya.

"Gombal kk~ bersabarlah, sebentar lagi kita akan bertemu 'kan?"

~

Di dapur kecilnya, Wonwoo begitu sibuk berkutat dengan sarapannya setelah selesai berberes ringan. Beruntung Ia juga tipe orang yang rapi, jadi tak banyak yang perlu diberesi.

"Sudah lama aku tidak membuat ini, kecuali untuknya" katanya sambil sibuk memasak sarapannya.

Tahap terakhir dari acara memasaknya, Wonwoo meletakkan roti panggang dengan telur setengah matang di tengahnya ke piring. Dengan kreatifnya, Ia membentuk telurnya membentuk hati di tengah rotinya. Dan untuk sentuhan terakhir, Ia membuat sebuah tulisan dari saus tomat.

distance |meanie ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang