coffee latte

53 8 0
                                    

Dingin.

Itulah satu kata yang melambangkan susana saat ini.

Aku menghembuskan nafas, terasa sangat membosankan bila menunggu bus sendirian.
Ku ayunkan kedua kaki ku sambil sesekali menengok kanan dan kiri berharap ada seseorang yang ku kenal agar bisa ku ajak bicara,

Tapi percuma, sekarang sudah larut malam.
Tentu kebanyakan orang sudah berbaring di atas kasur mereka masing-masing dengan selimut yang menutupi tubuh dan membuat hangat.

Kerja lembur memang bukan masalah, karena sekarang yang kupikirkan adalah pekerjaan, bukan tentang perasaan.

"Ah, kopi!"
Itulah yang saat ini terlintas di pikiranku, aku butuh kopi yang hangat.

Refleks, ku bangunkan tubuhku. Dan berjalan meninggalkan halte yang sepi itu.

Aku berjalan menyusuri jalanan dekat halte, berharap disana ada coffee shop atau mungkin sebatas warkop tidak apa-apa.

Ku hentikan langkahku ketika aku melihat ada sebuah cafe yang masih agak ramai.

Kulangkahkan kakiku untuk masuk ke dalamnya.

"selamat datang, semoga kopi disini bisa membuat malam anda menjadi menyenangkan"
Sambut seorang pelayan di cafe itu

Kuanggukan kepalaku sembari tersenyum kepada pelayan itu.

Kuedarkan pandanganku ke seluruh isi cafe.
Agak ramai menurutku.

Ku pilih tempat duduk di dekat jendela dengan satu meja dan dua kursi disana.

Seorang pelayan menghampiriku dan memberikan buku menu.

"Coffee latte satu sama choco cake nya ya"
Pintaku pada pelayan itu padahal aku belum melihat buku menunya.

Ya, hanya latte yang saat ini aku butuhkan.
Dan juga sepotong cake karena sekarang aku merasa lapar.

Kutaruh tas ku diatas meja sepeninggalan pelayan itu.
Kuambil laptop, sebuah buku catatan dan satu pena hitam.

Kunyalakan laptopku bermaksud untuk mengerjakan laporan yang belum terselesaikan.

Lalu sembari menunggu laptopnya menyala, kubuka buku catatan itu, lembaran demi lembaran dari buku itu kubuka pelan-pelan dan kubaca satu persatu kalimat yang tertera di atasnya.

Ribuan kata dalam buku itu adalah tulisan tanganku sendiri.
Aku membaca bait perbait puisi atau mungkin hanya puisi abal-abal buatanku.

" selamat menikmati "
Ucap pelayan sembari menaruh satu cangkir coffee latte dan sepotong cake diatas meja.

" terimakasih "
jawabku sembari tersenyum

Kualihkan kembali pandanganku kepada lembaran-lembaran dalam buku itu.
Saat tiba di halaman terakhir aku menulis, aku melihat bagian selanjutnya yang masih kosong.

Ketika aku melihat bagian putih dari selembar kertas, rasanya aku ingin menulis.
Bagiku, dengan menulis, itu adalah awal dari segalanya.

Ku tengokkan kepalaku menuju jendela di sebelah kiri, suara gerimis mulai terdengar, ditambah oleh alunan lagu klasik berupa instrumen yang membuat tenang dan bagiku itu adalah sesuatu yang sangat romantis.

aku mulai meminum coffee latte itu, sambil sesekali ku edarkan pandanganku ke seluruh seisi cafe, melihat beberapa tawa dan senyuman dari beberapa pengunjung disini.

Hujan mulai turun, memberikan suasana dingin yang romantis. Dan aku bersyukur aku bisa menghangatkan tubuhku dengan secangkir latte.

"Sudah setahun"
Gumamku seperti pada diri sendiri sambil tersenyum melihat sebuah tulisan di buku itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secangkir KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang