DILARANG SIDER CHINGU!!!!

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

From : my calico cat


'Jimin aku punya kejutan untukmu, cepatlah datang :)'

Kulihat pesan masuk darinya, aku pun terkejut. Dengan tergesa-gesa aku memencet pass mansionnya, lalu berlari masuk.

Sesampainya aku di depan kamarnya, bau anyir tercium oleh indra penciumanku, darah.

"Hah sudah kuduga ia akan melakukannya lagi" kataku sambil membuka kenop pintu kamarnya tergesa.

Ketika masuk kulihat ia sedang berdiri menghadap jendela dengan gaun putihnya yang bercorak darah. Sesungguhnya aku pun sudah terbiasa melihat ini.

Aku berjalan ke arahnya, ia pun menengok lalu tersenyum "Akhirnya kau datang" katanya.

Kulihat dirinya, bercak darah dimana mana. Ia masih tersenyum menatapku. Aku sangat hancur melihatnya seperti ini.

"Tolong jangan seperti ini, apakah kau tidak lelah melukai dirimu sendiri?" kataku lembut lalu memeluknya.

"Bukankah ini memang kebiasaan ku? Apa kau tidak suka?" katanya pura pura sedih.

Kutatap ia lalu mendudukan dirinya di pinggir ranjangnya "Aku tau, tapi bisakah kau berhenti? Jangan lampiaskan semunya pada dirimu" kataku sendu.

Ia hanya diam sambil memandangku datar tanpa ekspresi.

"Baiklah mari kita bersihkan kekacauan yang kau buat" kataku.

"Jimin" panggilnya.

"Mianhae" lanjutnya tanpa ekspresi.

Aku tersenyum sendu menatapnya, lalu melanjutkan membersihkan kekacauan yang ia buat.

"Aku tau ini sulit untukmu, tapi jangan rusak dirimu seperti ini" kataku.

"Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan" jawabnya.

Aku menghela nafas lelah "Dengan menyayat lenganmu setiap saat?" kataku mulai geram

"Hanya itu yang bisa membuatku melupakan semua rasa sakit itu Jim"

"Kau punya aku! Kau tidak sendirian, kenapa sulit sekali memberitahumu sih!" kataku kesal.

Ia hanya diam menatap ku.

"Dengar, aku tidak akan lelah untuk mengatakan ini padamu" kugenggam tangannya.

"Maafkanlah mereka yang dulu telah menyakitimu, karena hanya dengan memaafkan hati dan jiwamu akan sembuh"

"Kau tidak perlu melakukan ini untuk melampiaskan kekesalanmu"

Ku tatap matanya yang tajam itu meredup, merasa bersalah telah membentaknya. Aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan lagi untuk menyadarkannya.

Ku hela nafasku dan tersenyum menatapnya, ia sebenarnya hanya perlu waktu untuk menerima semuanya. Dan mulai saat ini aku akan benar-benar menjaganya agar tidak melakukan hal-hal bodoh seperti tadi.

Ia hanya gadis biasa, yang tumbuh di tengah keluarga yang luar biasa kacau. Ayahnya yang kasar sempat menjualnya ketika berumur 18 tahun dan ibu tirinya penjudi gila yang menginginkan harta para lelaki kotor diluar sana.

Sungguh menyedihkan bukan, dan bagaimana bisa aku bersamanya sekarang? 






My PenicilliumWhere stories live. Discover now