01-AGLEA

306 38 20
                                    

Bahagiamu adalah kebahagiaan terbesar bagi sahabatmu, karena sahabat mengerti apa yang kau mau.

01

Pagi sekali Luna membangunkannya dari tidur yang hanya sebentar, Luna menyuruh Aglea bersiap-siap menuju sekolah baru.

Memang apa yang harus dipersiapkan? Seragam dan buku-buku ketinggalan di stasiun. Itu semua juga karena Luna.

Kemarin, saat di Jakarta, Luna melupakan satu tas yang berisi keperluan sekolah Aglea di stasiun. Dan bummm, saat mereka kembali lagi ke sana untuk mencari tas berwarna hitam-pink itu, sudah hilang saja.

Aglea tidak marah-marah, apalagi sampai berteriak gak jelas, ia lebih memilih diam seperti biasa untuk memendam semua hal tanpa pengecualian.

"Lo yakin mau ke sekolah pakai baju beginian?" tanya Luna.

Aglea menaikkan bahunya acuh. Baju bermotif bunga matahari di sebelah kanan atas dan tulisan 'Sun' di tengah. Celana panjang dengan robekan di tengah, juga sepatu kets berwarna putih cerah.

Rambutnya ia cepol asal dengan sedikit helai rambut ia biarkan di samping telinga. Terlihat simple memang, tapi meski begitu ia tetap terlihat cantik.

"Yang benar aja, paling enggak lo pakai rok sama kemeja putih lengan pendek. Daripada beginian, kayak mau hangout," saran Luna.

Aglea memutar bola matanya malas. Tanpa berucap apa pun, ia keluar dari apartemen membawa tas selempang berwarna hitam senada dengan celana.

"Tungguin gue kali, belum pakai bedak nih." Suara Luna terdengar sangat nyaring.

Aglea menunggu Luna di mobil yang terparkir indah sambil memainkan ponsel yang sebenarnya tak berguna. Isi kontaknya saja hanya lima yaitu Luna, Kakak, Papa, Kakek, dan juga teman sekolahnya dulu.

Ia sudah bosan bolak-balik Line, WhattsApp, juga permainan offline kesukaan Aglea. Tak ada yang bisa menghilangkan kejenuhan. Menunggu Luna make up sama saja mengorbankan tenaga.

"Tadaaa! Udah cantik, kan, gue? Ya gak, ya gak?" Luna menaik-turunkan alisnya.

Aglea tak membalas, ia langsung menancap gas menuju sekolah barunya, SMA Brawijaya. Sekolah yang terkenal elite di Jakarta, tidak sembarang orang bisa masuk ke sana.

Tidak butuh waktu lama untuk sampai di tempat tujuan, selesai memarkirkan mobil, keduanya turun bersamaan sambil memegang gadget masing-masing di tangan kanan.

"Ruangannya di mana?" tanya Luna.

Aglea menaikkan bahu tidak tahu.

"Ck, perasaan yang mau sekolah di sini itu lo, bukan gue. Tapi, kenapa malah gue yang bingung coba?"

Mereka menyusuri lorong demi lorong untuk mencari ruang kepala sekolah, tapi tidak ketemu. Sambil mengatur napas, mereka duduk di teras sebuah kelas.

"Huft, capek gue. Gak nemu-nemu perasaan, ghoib kali nih sekolah," cibir Luna sambil mengibas-ibaskan tangan kanan.

"Panas lagi, jadi haus gue, mana gak bawa air lagi," tambah Luna semakin berapi-api.

AGLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang