03-AGLEA

132 23 2
                                    

Rumah itu segalanya, tempat berbagi keluh kesah, menyediakan bahagia, dan penggores luka paling berbahaya.

***

Aglea memantapkan diri untuk memencet bel di depannya, rasa sakit itu mulai menyeruak pada sekujur tubuhnya, napasnya seakan berhenti untuk beristirahat, benar-benar terasa tercekat. Kembali pada masa lalu sama saja mengulang luka dan membukanya kembali semakin dalam.

Masih teringat betul semua kenangan itu, di mana ia terisak hebat di dalam kamarnya tanpa mau bertemu siapa pun selama seminggu lebih. Hanya Kakak dan pembantu rumah tangganya yang setia membantu ia bangkit dari keterpurukan saat itu.

“Non Aglea?!” Wanita paruh baya itu tersentak hebat, wajahnya terlihat berseri-seri.

Berbeda dengan Inah yang bahagia dengan kedatangan cewek berdarah Jawa-Sunda ini, cewek di balik wanita itu terlihat sebal dan kesal setelah melihat orang di hadapannya. Ingin sekali rasanya cewek itu mencabik habis wajah Aglea.

“Ngapain lo ke sini, Jalang?!” Senyum miring tercetak jelas untuk menunjukkan ketidaksukaannya.

Aglea tak menjawab karena malas menghadapi spesies makhluk hidup semacam saudara tirinya. Tangannya terulur untuk mencium punggung tangan Inah—pembantu rumah tangga yang sudah bekerja pada keluarga Bleacky sejak ia masih kecil—lalu berlanjut memeluk tubuh rentan sakit itu.

“Non Aglea kalau mau ke sini kabarin Mbok dulu atuh, biar Mbok buatin jamuan spesial kesukaan Non,” ujar Inah sambil mengelus lembut rambut anak majikannya.

Aglea mencetak ulasan senyum meski tak begitu lebar, tapi cukup untuk menunjukkan betapa bahagianya bisa bertemu kembali dengan wanita itu, ia rindu akan masakannya, pelukan hangatnya saat ia tersakiti, dan perhatiannya saat kakaknya belum pulang sekolah.

Jika ditanya siapakah orangtuamu saat ini, maka Aglea akan menjawab ayahnya—Dega, tapi jika ditanya siapakah orang tua yang perhatian, maka Inah-lah yang menjadi jawabannya. Kakak, Kakek, dan Inah, adalah keluarganya yang masih mengurusnya, tidak dengan Dega yang sibuk dengan keluarga barunya.

Satpam yang paham betul atas kode yang diberikan Inah langsung saja mendekati dua anak majikannya, “Mari saya bantu, Non,” tukas Baihaki.

Aglea hanya menganggukkan kepala, mengucapkan terima kasih lewat senyum kecilnya. Tentu saja sebagai rival Aglea terdepan, Jesslyn tidak mungkin membiarkan Aglea masuk rumahnya dengan mulus, setidaknya beri pemanasan.

Kaki jenjang milik Jesslyn sengaja di angkat sedikit ke depan, berniat membuat Aglea terjengkang hebat. Namun hasilnya gatot, bukan Aglea yang terjatuh, tapi mamanya yang baru saja hendak keluar ke rumah.

“Aduh!” rintihnya saat jatuh.

Lisa berdiri dengan hati-hati dibantu Inah, tangannya sibuk mengelus-elus lukanya yang tak berbekas sama sekali, hanya terasa sedikit sakit.

"Jess, kenapa kamu bikin Mama jatuh sih?"

Jesslyn menampilkan sengiran, lalu berganti dengan raut kesal dengan jari telunjuk menunjuk Aglea. "Itu, Ma, gara-gara cewek jalang ini," jawabnya menyalahkan orang lain.

Aglea tidak peduli dengan tuduhan anak dan ibu itu, yang ia pedulikan adalah kamar dan keadaannya, ia rindu dengan semua itu. Meninggalkan kedua orang itu yang sama-sama terlihat kesal dengan kedatangannya.

Setapak demi setapak ia lewati menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di samping kamar kakaknya, Baihaki ada di belakangnya untuk membantu membawakan koper.

Aglea mengukir kembali senyuman kecilnya, menundukkan badan sebagai ucapan terima kasih. Baihaki yang paham akan maksud cewek itu, memberikan jawaban sebagaimana mestinya.

AGLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang