Mawar merah untuk Yoongi

130 11 5
                                    

   Di tempat ku sedang senja, tepatnya pukul 17.00. Matahari beranjak tenggelam di kaki cakrawala, namun tidak tampak keindahannya karena terhalang gedung-gedung tinggi. Yang terlihat hanya semurat kemerahan yang berpadu dengan coklatnya langit kota terlihat memantul dari kaca-kaca, lempengan logam, dan tiang-tiang beton gedung-gedung pencakar langit.

           Selamat pagi.

   Menurutku, waktu yang senang adalah pagi. Diantara dua puluh empat jam dalam sehari, bagiku pagi tetap selalu paling menyenangkan dan indah. Disaat janji-janji baru muncul seiring embun menggelayut di ujung dedaunan. Pagi, berarti satu malam dengan mimpi menyesakkan terlewati, malam yang panjang, gerakan tubuh yang resah, rindu, dan helaan nafas yang tertahan.

   Senyap. Hanya hembusan udara dari pendingin ruangan tempat aku duduk sekarang. Jam digital bergerak detik demi detik. Lantai ruangan ini telah sepi. Aku membiarkan tirai jendela kaca terbuka lebar. Cahaya redup sang mentari yang sedang senja menelisik sela-selanya. Mataku sejak sepuluh menit lalu tdak terlampau memperhatikan betapa sibuknya jalanan di bawah sana. Orang-orang bergegas pulang ke rumah masing-masing setelah sehariaj tenggelam dalam pekerjaan mereka. klakson mobil dan motor mengeluh. Wajah-wajah lelah merindu lelap. Asap knalpot membungkus jalanan.

   Mataku sedang menatap monitor yang tergantung anggun di dinding. Monitor itu tersambung dengan komputer kerjaku. Dan komputer itu tersambung dalam jaringan internt seluruh dunia.Sore ini, aku sedang menunggu video-streaming dari seoul, korea selatan. Menunggu dengan senyum merekah, dan Semburat kesenangan. Bersiap menyapa dua " Bunga kecil" melalui tele-Conference.

   Lima menit lalu, Yoongi menelepon, bilang ada Sedikit Masalah dengan Jaringan komputer disana.Petugas Kafe,tempat mereka biasa makan malam, tengah memperbaiknya."kau tunggulah beberapa menit lagi, Jim" katanya. Taera, anaknya yang nomor dua, seperti biasa sibuk dengan berteriak di sela kalimat ibunya. "Uncle, Komputernya kena virus. virus flu uncle. sebentar lagi komputernya akan bersin-bersin Seperti Thana" Jessa, Kakaknya tertawa, berusaha ikut menyela. Sayang, Yoongi buru-buru mematikan telepon genggam. Terputus sudah keributan. Ah, Sebentar lagi Suara-suara gadis-gadis itu keluar dari speakerdi ruanganku, lengkap dengan gambar wajah menggemaskan mereka di layar.

   Daniel, suami Yoongi, seminggu lalu sudah bilang, mereka akan merayakan ulang tahun pernikahan mereka di seoul, korea selatan. Menatap matahari tenggelam dengan lilin gemilang menyala. Menyimak purnama bundar dan bintang-bintang menghias angkasa. Mereka sudah memesan meja khusus jauh jauh hari, bergabung dengan ribuan manusia yang biasanya memadati cafe tersebut.

       Ulang tahun pernikahan yang ke 13

   "Bukankah itu angka sial? Seharusnya kau tidak perlu mengadakan acara spesial" aku bergurau. Daniel hanya tertawa kecil dari telepon genggam nya "Tidak ada angka sial, JImin. Kalaupun dikumpulkan seluruh kesialan angka itu sepanjang tahun, tidak akan cukup menandingi kebahagiaan keluarga kecil kami" aku tersenyum lebar mndengar jawabannya.

   Daniel benar, keluarga mereka bahagia. Tiga belas tahun pernikahan dengan instensitas kebahagiaan tinggi, tanpa henti bagai air mata di kaki pegunungan yang memncar deras. Keluarga mereka dikaruniai 4 gadis kecil yang bagai kembang di taman bunga.

   Jessa, sulung Yoongi dan Daniel bulan ini genap dua belas tahun. Wajahnya mewarisi gurat muka Yoongi. Keibuan(manis) dan bisa diandalkan. Rambutnya lurus tergerai. Senang mengisi waktu dengan membaca buku. SEtiap kaliaku berkunjung ke seoul, maka tasku dipenuhi buku-buku pesanannya.

   Hanya Jessa yang memanggilku dengan sebutan yang diajarkan Daniel, om. Menilik kebiasaannya, suatu saat kelak ia berbakat menjadi pujangga. Sejauh ini Jessa sudah pandai menulis cerita berpulu puluh halaman. Pandai menejlaskan banyak hal, dan selalu bertanya hal aneh serta ganjil. "Ibu pusing, Jessa. kamu lebih baik nanya ke om Jimin di jakarta" itu kata Yoongi kalau ia sudah tak bisa lagi menangani pertanyaan sulungnya. Maka Jessa bergegas menyeruak kesibukanku melalui telepon, chatting, sms, apa saja. Apalagi aku--lebih pusing lagi dengan pertanyaannya--hanya bisamenjanjikan buku berikutnya yang lebih tebal, yang mungkin menjelaskan pertanyaan darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Stars And Yunki [MY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang