Datang tak diharapkan, pulang tak dirindukan. Hidup ini kejam, bagiku. Tidak pernah ada seorang pun yang peduli padaku. Sampai suatu saat, ku temukan dirinya.
Hariku yang awalnya membosankan, kini menjadi berwarna. Dia, dia membuat gairah hidupku naik melebihi langit ketujuh. Ternyata, manusia busuk sepertiku saja bisa merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta itu.
Namanya Kartika Sintia Suseno. Suseno? Ya, dia adalah keluarga Suseno. Keluarga yang hampir dikenal oleh seluruh orang di kota ini. Keluarga kelas atas. Bahkan, menurut isu yang beredar di masyarakat, hampir sebagian bisnis yang berkembang di kota ini adalah hasil dari bantuan tangan keluarga Suseno.
Dan aku? Hanya seorang mahasiswa yang beruntung bisa berteman dengannya. Aku hanya seorang anak no life bucin yang berasal dari keluarga golongan menengah.
Dan tentu saja, mimpi tetaplah akan menjadi mimpi. Memilikinya aku tak akan mampu, dan tidak mungkin bagiku. Memandanginya dari jauh saja sudah merupakan surga dunia, bagiku.
Dan dia, alasanku tetap ingin hidup, di dunia penuh kepalsuan ini.
.
"Woy!" Kartika mengagetkanku. Tapi aku tidak kaget karena itu. Aku justru kaget, anak seorang pengusaha kaya mau mengagetkanku seperti itu."Eh ayam, eh ayam." Sahutku dengan nada dan gestur kaget yang sengaja ku buat lebay. Tentu dia tertawa karenanya. Dan melihat senyuman itu, aku seperti terbang kelangit ketujuh. Sayangnya, tampang dua bodyguard nya tidak enak dipandang.
"Hahaha, bisa aja lebaynya. Nih! Datang ya!" Ucapnya, menyodorkan sebuah undangan. Dia ulang tahun minggu depan! Dan aku diundang! Ini keren.
"Wahh, keren. Aku pasti datang, kok." Jawabku. Sementara dalam batinku, aku meneruskan 'aku akan datang untukmu'.
"Kalau bisa, ajak dong cewekmu. Eh aku lupa, wibu sepertimu pasti jomblo akut, hahaha." Ledeknya padaku. Aku menggaruk kepala bagian belakangku.
"Ngeledek aja, nanti ku ajak waifuku, Astolfo! Hahahaha" jawabku. Seketika dia tertawa.
"Ternyata seleramu yang gituan. Yodah, aku duluan. Dadah." Pamitnya lalu pergi. Meninggalkanku yang bingung. Berpikir, kira-kira hadiah yang paling pantas untuknya apa ya? Ah aku tau, aku akan memberikan hatiku untuknya!
Dari jauh aku masih memerhatikannya menyebarkan undangan. Dia sangat ramah pada kami, teman-temannya di kampus ini. Ayolah, dia bisa saja membayar orang untuk membagikannya. Tapi dia lebih memilih membagikannya sendiri dan berbagi senyuman manis pada kami semua.
Berbeda dengan adiknya, Lusi Sastria Suseno. Orangnya sombong. Suka bertingkah seenaknya, dan hanya bergaul dengan orang yang menurutnya satu level dengannya. Aku bisa memakluminya, karena katanya sih, Lusi tidak mendapat perlakuan yang sama dengan kakaknya. Katanya, ia di didik lebih keras. Ya, bisa dilihat dari luar sih. Kartika datang dengan mobil mewah, sementara Lusi cuma dengan mobil sejuta umat mobil avanzer.
Aku sangat menyukai kakaknya, tapi bisa dibilang sangat membenci Lusi. Bagaimana tidak, aku ingat kejadian itu.
Saat itu aku sedang duduk di kursi terujung di taman kampus. Kursi ini adalah tempat yang cocok untuk mengamati seluruh kampus. Kau bisa melihat parkiran, gedung utama, sampai gedung kedua kampus disini dengan jelas. Karena itu, aku suka nongkrong sendirian disini.
Saat itu, Lusi tiba-tiba datang dengan dua bodyguard nya. Menyuruhku pergi dari kursi itu. Aku ingat jelas, apa yang dia katakan. Dia berkata dengan angkuh "heh kamu orang kecil, pergi sana, aku pengen duduk disitu."
Tentu, aku menolak. Eh dia malah memerintahkan dua bodyguard nya melemparku dari kursi itu. Sekarang, bagaimana aku tidak membencinya?
By the way, tentu saja aku bukan satu-satunya orang yang menyukai Kartika. Tapi, dari sekian banyaknya orang yang menyukainya, Rio adalah yang paling berat. Papa Rio adalah rekan bisnis pak Suseno. Ya, bukan teman bisnis biasa sih. Tapi, perusahaan papa Rio pernah terancam bangkrut karena kalah saing. Makanya, papa Rio mau bekerja sama dengan pak Suseno.
Kartika sudah cukup akrab denganku. Begitu pula dengan Rio. Bedanya, aku ke kampus hanya menggunakan motor suzukai PU, sementara Rio datang menggunakan mobil sport kuda merah.
Aku kalah jauh, lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arsip : Pesta Selamat Tinggal
Mystery / ThrillerAku hanyalah seorang sampah masyarakat. Seorang yang gagal bergaul dengan lingkungan. Seorang yang sebenarnya tidak pantas untuk hidup. Hingga aku bertemu dengannya. Wajah cantiknya menyadarkan ku bahwa hidup itu perlu dinikmati, walaupun pada akhir...