Mengikuti Langkah Kakiku

7 1 1
                                    

Aku yang pergi hanya dengan sisa energi yang ku miliki.  Sejarah manis hidupku tergores oleh sebuah titik yang kurasa telah mengoreskan luka pahit  yang saat ini membawaku pergi.
Sosok wanita kurus dan berbaju kumuh, itulah keadaanku saat ini. Tak seorangpun yang mau mendekatiku dan mungkin membalikkan wajahnya saat bersisipan denganku.  Aku Gina, kehidupanku dulu amatlah bercahaya saat kedua orangtuaku masih menemaniku dan adikku seringkali duduk di pangkuanku. Kenyataan itu berubah ketika Papa, Mama dan Adikku pergi.

Pagi itu aku bersiap untuk mengikuti olimpiade matematika di Jakarta, tiba-tiba telepon rumah berbunyi.  Suara wanita dengan formalnya mengabarkan bahwa nenek mengalami stoke akibat jatuh dari tangga.
Papa terburu-buru pergi mengantarku ke Sekolah dan meninggalkanku disana, Papa hanya berpesan agar Aku menjaga diriku baik-baik. Aku hanya mengangguk, dalam suasana seperti ini rasanya tak mungkin jika Aku mengatakan hal yang tak seharusnya ku katakan. Aku hanya mampu berdoa.

"Semoga keluargaku dalam lindungan-Nya dan segala urusanku dimudahkan".

Papa segera pulang menjemput Mama dan Adikku. Setelah 3 jam berlalu Mama mengabariku lewat pesan WA nya. 

"Semangat Gina, jangan lupa makan, Kita bertiga sudah sampai di Bali. Sekarang menuju rumah sakit, kamu jaga diri baik-baik disana. Ingatlah meskipun papa dan mama tidak disampingmu,  Tuhan Yang Maha Melindungi selalu ada disisimu".

Aku yang masih duduk dibangku bus tersenyum melihat pesan Mama. Kami  terus saling berkomunikasi sampai aku tiba dijakarta.
Perjalanan yang panjang membuatku amatlah capek ditambah dengan macetnya Jakarta membuatku semakin suntuk. Supir bus dihadapanku telah menghentikan busnya Di sebuah parkiran hotel.  Bapak dan Ibu Guru mengarahkan para team menuju area penginapan. Disana mereka mengecek barang-barang yang kami bawa, untuk menjaga konsentrasi akhirnya seluruh alat komunikasi terpaksa disita selama perlombaan berlangsung.  Sungguh berat rasanya menyerahkan HP ku, ini untuk pertamakalinya Aku jauh dari keluargaku. 
Setelah Bapak Ibu Guru memberikan pengarahan kami pun digiring secara acak untuk mengambil kunci kamar. Aku mendapat undian kamar nomor 4.  Disuasana seramai itu,  dan peseta sebanyak itu. Aku mencoba mencari anak yang akan satu kamar denganku.  Dalam kejauhan tampak wanita dengan badan gemuknya melambaikan tangan padaku.

"Kakak Nomor 4 kesinilah! ".

Suara yang terdengar cukup keras memangilku, Aku menghampirinya

"Maaf, kakak nomor 4 juga?".

Ia tak segan-segan mengajakku ke kamar. Dalam perjalanan kami saling berkenalan wanita gemuk itu menyalurkan tangannya untukku.

"Namaku Betty,  Aku dari Medan. Disini Aku akan menempuh bidang Fisika, Kamu?". 
Aku menjabat tangannya, kelihatannya dia adalah sosok yang ramah.
"Aku Gina, asal Jogja. Senang berkenalan denganmu! ".
Betty menghentikan langkahnya dan membalas senyumanku. 
"Aku minta maaf ya,  seandainya nanti dikamar aku banyak makan. Tapi itulah ciri khasku, aku gak bisa belajar jika tidak ada makanan".
Betty berkata lembut padaku dan beberapa Kali mengedipkan matanya. kami melajutkan langkah kaki menuju kamar. Senang sekali bisa berkenalan dengan dia yang amat Lucu.
Keesok hari saat aku bangun tiba-tiba saja tanpa sengaja aku menjatuhkan gelas dimeja sandingku.  Seketika Betty menghampiriku
"Are you oke".
Entah dalam sekejab mata aku teringat keluarga kecilku, mau bagaimana lagi tak ada alat agar aku bisa menghubunginya.
"Gina?  Are you oke?".
"Gak Papa Bet,  Aku hanya salah fokus Saja. Ayo kita siap-siap nanti telat lagi!".
Aku tak bisa menahan perasaanku, seperti ada sesuatu yang hilang dalam diriku ini.  Cepat-cepat aku mandi dan bersiap, segera turun ke lobby dan mencari Bu Dina.
"Bu Dina!, bisa saya pinjem HP buat telefon mama saya"
Rasanya semua aneh,  selama ini Bu Dina selalu ceria. Tak ada cerita bahwa dia hanya diam saat aku bertanya.  Apa mungkin ini caranya menenangkan suasana perlombaan?.
"Nanti dulu ya nak, setelah babak pertama selesai kamu boleh deh main HP seterusnya".
"Iya, saya tau saya hanya ingin telefon Mama".
Tetap saja tidak boleh. Sungguh, pagi ini serasa hampa tanpa mama. Baru satu hari kami berpisah rasanya aku kehilangan sesuatu yang amat berharga.

"Kenapa kau meninggalkanku begitu saja".
Betty menghampiriku dan membawa 2 bungkus roti ditangannya. Aku tak sadar bahwa tadi saking gegabahnya aku meninggalkan dia.
"Maaf bet, tadi aku terburu-buru. Maafin aku ya! ".
"Iya,  ini makan dulu rotinya. Kita akan ketinggalan bis jika menyusul yang lainnya makan. Tuh mereka udah selesai".
Aku membuka bungkus plastiknya dan berjalan menuju bis.
Butuh waktu 20 menit untuk sampai di gedung perlombaaan, Aku mulai gugup dan anehnya lagi semua guru pembina menatapku dengan wajah datarnya.

"Bet, ada yang salah ya denganku?".

"hm... Enggak biasa aja, kamu cantik. Jangan ambil pusing deh, bentar lagi kita sampai".

Betty mengenggam tanganku untuk turun dari bis. Aku tak percaya di bulan juli ini jakarta sudah hujan saja. Langit mendung dan hujan gerimis membasahi perlombaanku hari ini.

"Cek - Cek, perhatian seluruh peserta olimpiade nasional silahkan menempatkan diri di ruangan yang telah ditentukan!".
Terdengar informasi panitia dari sumber suara.

"Gina kamu semangat ya! Pagi ini kita langsing memulai kegiatan tanpa apel, karena kondisi lapangan yang diguyur hujan".

"Baik bu,  do'akan Gina ya bu!  Mohon do'a restunya".

Aku mencium tangan Bu Dina dan lekas menuju ruang perlombaan yang diarah panitia.

Aku duduk dibangku paling depan rasanya ku tak bisa berpikir panjang apalagi konsentrasi. Rasanya hatiku diambang dilema tentang mama.

"Tuhan berikan aku kemudahan untuk mengerjakan soal-soal ini. Dan jagalah keluargaku diluar sana."

Ikuti terus kisahnya. Dan nantikan kisah Gina
"Bagiku mencintainya adalah rahasia. Dan doa itu bukanlah harapan, tapi buah rasa cinta. Aku lebih memilih sendiri berdiam diri dan melihat dia bahagia. Karena memilikinya pun tiada arti andaikan dia tidak memiliki rasa yang orang lain menyebutnya Peka. Bisa saja aku memanipulasi dunia untuk dapat memiliki raganya. Namun,  tegakah Aku jika melihatnya terluka? ".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengikuti Langkah KakikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang