"Yongie!"
Teriakan terdengar di penjuru kelas. Terlihat sesosok wanita berbadan ramping sedang menarik seorang lelaki yang gagah mengenakan suit berwarna hitam.
Taeyong, lelaki cantik yang sedang duduk di kelas mengalihkan pandangannya ke arah sosok yang memanggilnya. Matanya membulat seketika saat pandangannya tertuju pada lelaki yang ada di belakang. Tanpa aba-aba Taeyong berlari keluar kelas.
Jantungnya berdegub kencang. Ada rasa tercubit di hatinya melihat sosok lelaki yang sudah bertahun-tahun tak pernah ia jumpai. Lelaki yang pernah menyakiti hatinya.
Jaehyun, nama lelaki itu. Sosok yang pernah mengisi hatinya beberapa tahun ini. Sosok yang dengan teganya melukai perasaan yang telah Taeyong berikan.
Setelah lelah berlari, Taeyong berhenti di belakang kelas yang cukup jauh dari kelasnya. Tanpa ia sadari, ternyata Jaehyun mengejarnya. Hal yang lelaki cantik itu hindari pada akhirnya terjadi. Ia bertemu dengan lelaki itu. Mata mereka beradu dan Taeyong lah yang pertama kali memutuskan pandangannya.
"Taeyong, apa kabarmu?"
Taeyong mendengus mendengar kalimat yang diucapkan Jaehyun.
"Apa kau masih marah denganku? Dengan segala yang telah kulakukan beberapa bulan yang lalu?"
Senyum sinis lelaki itu berikan pada lelaki yang pernah melukai hatinya. "Kau pikir saja sendiri, apa aku masih marah denganmu atau tidak?"
"Aku sungguh meminta maaf."
Lelaki yang berusia 21 tahun itu membalikkan badannya meninggalkan Jaehyun setelah berkata, "setelah aku mencintaimu dengan tulus lalu kau tidak akui perasaan yang telah kuberikan dan dengan seenaknya kau mencari tambatan hati lainnya. Kau pikir bagaimana perasaanku kala itu? Biarlah masa lalu menjadi masa lalu. Tidak usah kau bahas lagi. Aku pergi."
.
.
.
"Selamat siang bu," ucap seorang lelaki gagah.
Wanita paruh baya yang merasa terpanggil segera menoleh. Termasuk lelaki cantik yang sedang memilih sayuran bersama wanita paruh baya itu.
"Eoh? Jaehyunie?!" Wanita paruh baya itu terkejut melihat sosok lelaki muda yang ada di hadapannya. "Sudah lama ibu tidak melihatmu. Kemana saja nak?"
Lelaki yang bernama Jaehyun itu terkekeh, "maafkan aku ibu. Akhir-akhir ini aku semakin sibuk saja. Tidak sempat untuk berkunjung ke rumah ibu. Apalagi semenjak-" ucapannya terputus sambil melirik lelaki cantik yang terdiam sejak tadi.
"Semenjak putus dari Taeyong maksudmu? Apa dia melarangmu berkunjung ke rumah? Dasar anak ini." Pukulan kecil wanita paruh baya itu berikan kepada anaknya.
"Aduh! Ibu! Jangan memukulku! Aku tidak melarang lelaki tukang selingkuh itu ke rumah!" Taeyong mencoba menghentikan pukulan ibunya. "Dan kau! Lelaki tukang selingkuh! Jangan mencari muka dengan ibuku! Kau sibuk dengan selingkuhanmu, ah tidak, sekarang sudah menjadi pacarmu bukan? Tidak usah sok membawa alasan kita putus. Dan terpenting tidak usah lagi memanggil ibuku dengan sebutan itu," ucap Taeyong sambil melototkan matanya pada Jaehyun.
Bukannya merasa takut atau sebagainya, Jaehyun malah merasa gemas dan ingin segera menculik Taeyong dan memberikan segala kecupan-kecupan yang ia tahan sejak putus dengan Taeyong dua bulan yang lalu.
"Taeyong! Ucapanmu! Ibu tidak mengajarkan kau berbicara kurang ajar pada orang lain!" Sekali lagi Taeyong mendapat pukulan kecil dari ibunya.
"Tapi ibu-"
"Sudahlah. Kau diam saja. Nah Jaehyunie, mainlah ke rumah lagi. Jangan perdulikan anak nakal ini."
Tersenyum manis, Jaehyun menganggukkan kepalanya, "baik ibu. Aku akan berkunjung ke rumah.
.
.
.
Tbc