4- Cemburu.

294 16 1
                                    

Pagi itu, Carissa sangat tergesa-gesa.
Ia terlambat masuk sekolah.
Ia berlari sembari terus mengecek jam tangan nya.
Carissa berlari tak tahu arah, Carissa tak sadar bahwa sekarang ia berada di lorong kelas 12.

Carissa terus membiarkan langkahnya. Hingga tanpa sadar ia melewati kelas 12 IPA 1 yang saat itu ramai sekali wanita yang berkerumunan di depan kelas.

"Ada apa, kak?" Carissa menghentikan langkahnya hingga ia tak tahan untuk bertanya pada Diana yang dapat dilihat ekspresi ketidaksukaan Diana. Carissa tahu bahwa itu Diana. Karena Alia sempat mengenalkan Diana dan juga Carissa tahu bahwa Diana adalah saingan nya.

"Itu,tuh. Si Dafian. Biasa. Jam jam lima menit sebelum bel kan banyak banget fans nya yang ngasih dia cokelat, surat, ah, banyak, lah." Setelah menjelaskan, Diana memperhatikan Carissa seperti Diana sangat mengenal Carissa.

"Lu Carissa? yang pindahan dari Jerman?"

"I-iya kak...." Carissa menjawab seperti gelagapan. Pasalnya ia bingung. Di satu sisi, 2 Menit lagi bel masuk, namun Diana masih saja mengajak bicara Carissa.

Namun, ada satu hal yang ingin Carissa tanya, baginya itu penting.

"Kak, mereka yang ngasih coklat ke Kak Dafian di terima,gak?" Carissa bertanya dengan hati hati agar Diana tidak curiga.

"Iya, diterima. Kenapa?" Raut wajah Diana yang jutek itu sangat membuat Carissa ingin sekali mencakar cakar wajah Diana. Huh. Gemas. Untung,Kakak kelas.

"Oh, begitu, kak.." Carissa menatap Diana bak tidak suka.

"Lu tau ga? Dafian suka sama gue. Kalo pelajaran, gue sering banget eyescontact sama dia." Diana sangat bangga memamerkan hal itu kepada Carissa.

"Oh." Carissa berusaha menenangkan dirinya dan mengontrol emosi nya.
Ingin sekali dia bilang kepada Diana:
Ge-er banget sih. Dia natap lo karena punya mata. Dan emangnya setiap orang yang natap lo itu berarti suka sama lo? Dasar cewe ke-ganjenan.

Rasanya ingin sekali ia berbicara dan menuangkan segala ketidaksukaannya kepada Diana yang sangat sombong itu.
Namun, Carissa tahu batasannya.

"Yaudah,kak. Bentar lagi bel, aku harus ke kelas sekarang. permisi, kak." Carissa sangat ingin pergi dari pandangan Diana.

Diana tidak membalas Carissa, melainkan dia hanya memandang Carissa seperti ekspresi tidak suka.

Fiuh. Pagi itu benar benar sangat panas bagi Carissa. Panas. Amat sangat panas sekali.

*****

Beruntung Carissa masuk kelas sangat pas sekali dengan bel.
Pelajaran pagi itu Carissa mengikuti dengan baik, ia sangat fokus.
Padahal, Pagi itu Carissa banyak sekali pikiran yang membuat itu membludak menjadi emosi.

Untung saja, Alia sangat bijak untuk mengendalikan emosi Carissa.

"Saat kau membalas kebencian dengan amarah dan caci maki, disitulah musuhmu menang."
-Alia Nafadila Quinnova.

*****

*Kringg Kringg*

Bel istirahat yang ditunggu semua siswa akhirnya berbunyi.
Semuanya berhamburan keluar kecuali Alia dan Carissa.

"Lu gak ke kantin,Kay? Katanya lu laper?" Alia yang melihat Carissa hanya berdiam duduk membuat Alia kembali duduk dan mengurungkan niatnya ke kantin.

"Udah ga mood,nih,"

"Yaudah gue temenin lu aja disini."

Suasana menjadi hening.

Kemudian, Alia ingat sesuatu.

"Ohiya, Kay. Tadi pas gue berangkat sekolah gue liat Kak Dafian boncengan sama Kak Nita. Udah gitu, Kak Nita juga meluk Kak Dafian."
Perkataan Alia seketika membuat ruangan kelas menjadi sangat panas padahal terdapat empat AC yang menyala.

"Haha." Singkat Carissa.
Padahal, apa yang dikatakan Alia dapat membunuh Carissa saat itu juga.

"Kok ketawa?" Heran Alia.

"Saking sakit hatinya, kadang sampe bingung mau nangis apa mau ketawa."

Saat itu Carissa sangat memaksakan senyumannya. Terlihat jelas sekali bagi Alia, saat itu mata Carissa berkaca kaca.

"Gue mau cemburu, tapi ga ada hak. Ya gimana." Balas Carissa yang masih memaksakan senyumnya.

"Cemburu itu wajar. Karena cemburu adalah cinta. Yang merusak adalah cara yang buruk saat cemburu."
Alia berusaha membuat Carissa tidak terbebani pikiran itu.
Alia baru sadar bahwa yang ia lakukan tadi salah.

"Tau gitu tadi gue gak ngasih tau lu tentang Kak Nita." Alia menyesal dan merasa bersalah.

"Gak apa apa, Li." Carissa sangat hangat saat itu. Benar benar Carissa telah berubah dari Carissa yang dulu.
Jujur, Alia sangat bangga Dan Alia kagum dengan Carissa yang sekarang.

"Kadang, menjadi gak tahu itu lebih menyenangkan."
Alia tersenyum, diikuti Carissa yang juga tersenyum.

"Memangnya, siapa itu Kak Nita?" Carissa tetap saja tidak bisa menyembunyikan ke-kepo-annya.

"Kelas 12 IPS 3. Dia deket sama Kak Dafian dari kelas 11. Gatau juga, tuh, Kak Nita ngaku ngaku pacarnya Kak Dafian." Jelas Alia.

"Loh? Kak Diana emangnya gak marah?" Carissa seperti sangat menyukai topik pembahasan kali ini. Semakin seru. Padahal ia sedang terjebak ruang hampa bernama cemburu.

"Tau. Tapi, Kak Diana gabisa ngapa ngapain."

"Hihi. Lucu aja gitu, Kak Dafian jadi rebutan, kayak barang aja."

"Haha. Gue mah di sekolah boro boro rebutan cowok. Rabutan Wi-fi aja masih kalah."
Alia tertawa, Carissa juga. Kali ini Carissa benar benar tertawa.

************

#CuapCuapAuthor

Gimana di part ini?

Muncul tokoh baru nih yang diduga pacar nya Dafian, hmm..jadi makin susah Carissa ngerebut Dafian.

Tapi, aneh nya.. kenapa coklat pemberian yang lain diterima, sedangkan dia tidak?

Menunggu Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang