Cewek Gunung Ajaib

62 6 0
                                    

Shopiyya dan Rara tengah menghitung distribusi tiles scrabble ketika Dila muncul mengagetkan keduanya.

"Kangeeeeen!" Dila merangkul kedua sahabatnya dari belakang.

"Akhirnya lo turun gunung juga," ucap Rara sembari berbalik. Ia ikut memeluk balik Dila yang kalau dilihat dari dandanannya, sama sekali tak tampak bahwa ia baru saja keluar dari alam liar. Rambutnya hitam mengkilap, tersisir rapi, lebat, dan tampak sehat. Kulitnya cerah merona. Tak ada tanda-tanda kalau sinar matahari pernah menerpa wajahnya secara intens. Kuku-kukunya pun tampak berkilau seperti habis dipoles kuteks transparan.

"Lo naik gunung apa sih? Dua minggu nggak pulang-pulang. Liburan kita nggak ada lo nggak asyik tahu, nggak." Shopiyya memberengut.

"Maaf, syantiiik! Proses pendakiannya emang agak lama. Lima hari baru nyampe puncak. Belum lagi berangkat ke Sumatra-nya. Trus, gue kan juga perlu refreshing di kota buat menyeimbangkan kehidupan gue supaya gue nggak dikira cewek tarzan."

"Lo ikut mendaki bareng siapa sih? Kemarin pas bazaar gue liat anak-anak Sispala pada lengkap tuh di booth­­-nya. Kecuali elo tentu aja." Rara bergeser sedikit untuk membiarkan Dila duduk di sebelahnya.

"Gue ikut open trip. Anak-anak Sispala mana mau ngeluarin budget segitu besar."

"Nah, elo nekat." Shopiyya menukas.

"Gue kan mendalami hobi gue dengan totalitas," jawab Dila. "Lagian, gue emang harus terlatih naklukkin summit-summit di dalam negeri dulu sebelum ngewujudin mimpi gue buat ngedaki gunung-gunung di Nepal sana."

"Coba deh elo cari hobi yang murah dan aman. Semakin lo sering pergi-pergi buat ngedaki gunung, semakin jarang waktu kita buat ngumpul-ngumpul."

"Gue jamin! Gue bakal lebih sering sama kalian dibanding sama cowok-cowok bau temen-temen ngedaki gue."

"Dila!" pekik Alya histeris. Ia lantas menghambur ke pelukan Dila. "Kangen banget gue! Ini rekor terlama tahu nggak sih gue nggak ngeliat lo dengan mata kepala gue sendiri secara live."

"Emang gue siaran olahraga. Gue ngilang dua minggu aja kalian kayak pisah sama gue dua tahun."

"Tandanya kita sayang banget sama lo," ucap Rara. "Lo kapan datang sih, Dil? Tega banget nggak ngasih kabar. Tahu gitu kan kita bisa jemput di bandara."

"Bandara apaan? Gue kehabisan uang jadi cuma bisa bayar angkutan darat." Dila nyengir. "Gue datang kemarin kok. Kemarin pagi."

"Kemarin pagi? Kok lo nggak dateng pas opening ceremony? Lo tahu jadwalnya kan?" tuntut Rara.

"Tahu."

"Trus?"

"Gue kan perlu ke salon dulu. Ke spa juga buat luluran ini itu segala macem. Tahu sendiri kan hutan ganasnya kayak apa buat kulit dan rambut gue. Ini aja gue masih treatment bibir nih gara-gara kemarin lupa bawa pelembab bibir."

"Lo gokil sih, Dil. Anak gunung kayak lo kayaknya cuma satu dari sejuta. Dibanding dari gunung, lo malah kelihatan kayak baru pulang dari nonton fashion show di Milan," pungkas Shopiyya.

"Temen gue juga bilang gitu sih. Dia heran ngeliat ada lipcoat di carrier gue. Katanya nggak ada satu cewek pun yang pakai lipstick pas naik gunung. Dia nggak tahu aja kalau lipstick itu beda sama lipcoat."

"Lo bawa lipcoat ke gunung?" mata Rara membulat tak percaya. Begitupula Alya dan Shopiyya yang langsung memandang Dila dengan tatapan heran dan takjub.

"Nggak sengaja kebawa, girls."

"Kok bisa lo naruh lipcoat ke dalam carrier?" interogasi Alya.

"Iya bisa aja. Eh, gue bawa sih lipcoat-nya. Mau gue taruh di Laci Kebutuhan." Dila merogoh tasnya dan sedetik berikutnya, ia mengeluarkan empat buah lipcoat dengan berbagai shade warna. "Taraaaa! Ini dari BLP edisi Petite. Warnanya cantik-cantik banget! Tapi sayang belum sempet gue coba."

"Lo ngapain naruh lipcoat di Laci Kebutuhan? Nggak bakal dipake juga. Mana boleh bibir merah-merah di sekolah kecuali kalau habis minum Fanta," sergah Alya.

"Kemarin-kemarin gue juga nemu bronzer, highlighter, sama setting spray di Laci Kebutuhan. Pasti lo juga kan yang naruh? Lo mau buka jasa makeup artist lo di ruang ekskul?" Shopiyya menambahkan.

"Buat cadangan girl siapa tahu gue dapat panggilan ngerias orang, jadi gue bisa langsung meluncur dari sekolah."

"Itu dia yang gue heran. Kerjaan lo itu sangat  bertolak belakang dengan kegiatan lo sekarang. Kenapa sih lo mutusin  buat gabung ke Sispala?" tanya Shopiyya lagi.

"Alasan personal." Dila menyeringai.

"Itu melulu jawabannya." Shopiyya mendesah.

"Lagipula, selain itu, alat tempur gue kan bisa juga berguna buat kebutuhan sekolah. Misalnya kalau ada Kartini terus perlu touchup, kan bisa kepake. Atau pas kita prom, supaya hemat dan nggak antri lama, kan kita bisa makeup-an di ruang ekskul." Dila menampik.

"Sejak kapan di sekolah kita ada prom?"

"Nanti gue bilangin ke Rere supaya ngasih tahu cowoknya si ketua osis itu biar ngadain prom tahun ini."

"Nggak bakal disetujuin sama kepsek. Percaya deh sama gue," kata Alya yakin

"Si Haq kayaknya juga bukan tipikal cowok-cowok pemuja prom begitu," timpal Rara.

"Pokoknya nanti kepake deh. Kita kan nggak tahu juga situasi seperti apa yang akan terjadi di masa depan. Ya udah deh. Gue mau ke kelas dulu. Nggak sabar pengen ngobrol sama Ditiya."

"Ditiya nggak masuk kali, Dil." Alya memberi tahu.

"Kenapa? Sakit?" wajah Dila mulai menampakkan ekspresi panik.

"Nggak. Dia lagi di Jakarta. Ngikutin turnamen tapi kalau nggak salah hari ini pulang sih," jawab Rara.

"Padahal gue pengen cerita-cerita," keluh Dila sembari membuang napas.

"Lo udah kayak pacaran tahu nggak sih sama Ditiya saking deketnya," kata Shopiyya.

"Ngaco lo! Dia itu udah gue anggap kayak kakak gue sendiri."

"Awalnya 'kakak-kakakan' habis itu kakak beneran," goda Alya.

"Udah ah! Eh, Ra? Kalian lagi nyusun tiles-nya? Sini gue bantu. Nggak ada Ditiya juga."

"Shop, temenin ke toilet yuk!" pinta Alya. Shopiyya langsung bangkit dengan tangkas ketika mendengar kata toilet. Entah kenapa, kantin dan toilet menjadi tempat yang paling difavoritkan para siswa.

"Dil, malam ini nginap di rumah gue yuk! Kakak gue lagi ada tugas dinas lima hari." Rara buka suara setelah Shopiyya dan Alya beranjak ke toilet. Dibanding yang lainnya, Rara memang lebih dekat dengan Dila. "Gue sekalian pengen cerita-cerita soal kehebohan sekolah beberapa hari ini."

"Ada apa emang?"

"Ntar gue ceritain nanti malam. Mau ya nginap di rumah gue?"

"Oke deh. Tapi ceritanya harus luar biasa ya."

"Pasti!"

UNSPOKENWhere stories live. Discover now