"Nath, bangun, udah jam 8 pagi,kita ada kuis hari ini". Nabil berusaha membangunkan Nathan nyang sedang tertidur pulas.
"Rasanya aku enggan pergi, badanku sangat masih tidak enak". Jawab Nathan terduduk sambil berusaha membuka matanya.
"Heyy, kamu bisa kehilangan beasiswamu kalau hari ini gak masuk". Tegas Nabil
"Dan aku memang sudah kehilangan itu semua, Beasiswaku sudah di cabut sejak seminggu lalu". Lanjut Nabil menjelaskan dengan pandangan kosong mengarah ke sudut jendela yang terbuka.
"Apa aku tidak salah dengar...?". Nabil menegaskan pertanyaannya dengan serius
Nathan terdiam dan enggan untuk menjawab, matanya terpejam dalam duduknya itu. Saat Nabil hendak mendekati Nathan tiba – tiba ponselnnya berdering , dan ia pun mengurunngkan niatnya dan segera menjawab telfon dan bergegas pergi meninggalkan Nathan sendirian di dalam kamar miliknya.
"Jika kau lapar, masak sendiri, di kulkas masih ada bahan makanan untuk bisa di makan, jangan bertingkah dan membuat teman – temanmu khawatir. Istirahatlah dan pulihkan kondisimu. Aku akan pulang sore nanti". Begitu pesan yang di terima oleh Nathan melalui ponselnya.
Nathan membantingkan tubunya di atas kasur dan memajamkan matanya dalam - dalam " Ya Tuhan...,bagaimana selanjutnya hidupku, apa yang harus aku lakukan..?. Batin Nathan.
Ia pun kemudian bangun dan melangkah ke kamar mandi untuk mebersihkan diri. Lebih dari satu jam ia berada dalam kamar mandi, pikirannya terus berkabut dalam situasi yang sulit, hingga ia keluar kamar mandi ia masih dalam kondisi yang sama, hingga akhirnya ia terfikir untuk menemui seseorang yang ia kenal yang mungkin saja bisa membantunya. Pesan yang ia dapatkan dari Nabil pun di hiraukannya.
Cuacanya cukup panas untuk ukuran pagi yang masih pukul 10 pagi, ia melangkahkan kaki dengan pakaian yang cukup tertutup dengan topi dan juga sweater cupluknya.
"Permisi, mba ada mas Agam..?, Tanya Nathan pada salah satu pelayan di sebuah Cafe
"Ada mas, sebentar saya panggil ya". Jawab Sarah, salah satu pelayan di cafe itu dengan ramah.
Nathan hanya mengangguk faham dan langsung duduk di salah satu kursi yang kosong.
Nathan gelisah dan sangat tidak karuan perasaanya, ada rasa canggung dan tidak enak karna takut merepotkan kerabatnya itu.
"Nath...?," panggil Agam dengan menepuk bahu Nathan
" Ah, Ka apa kabar...?. Tanya Nathan yang langsung mendapat pelukan hangat dari Agam.
"Kabar baik, kau bagaimana..? sehat..? ko kurusan sekarang?" sahut Agam sabil melepaskan pelukannya.
Nathan hanya tersenyum dan tidak bicara, mas Agam dan Nathan lalu duduk di luar dimana pemandangannya langsung berhadapan dengan suasana alam di dataran pegunngan yang jelas terlihat.
"Ka, kamu bisa ngasih aku pekerjaan..?, apapun akan aku kerjakan". Tanya Nathan tanpa basa basi
"Ada apa..?, kamu bukannya kuliah dan dapat beasiswa...?, Lalu kabar ibu dan ayah bagaimana...?'
Sontak Nathan menunduk dan menahan tangis. Agam yang tak mengerti apa yang terjadi menjadi bingung.
"Aku akan cerita tapi apakah aku bisa bekerja di tempatmu..?". Tegas Nathan menahan tangis
"Nath..., Are you okay..?''.
" Ada pekerjaan untuku ka..?" Tegas Nathan lagi dengan wajahnya yang menunduk.
"Hmmmm, jujur aku bingung dan gak tau apa yang terjadi sama kamu., tapi kalau memang kamu mau bekerja, kamu bisa bantu aku disana, bukan sebagai pelayan, tapi untuk oprasionalnya, karna jujur aku sedang kerepotan. Kalau siap, besok kamu udah bisa kerja".
KAMU SEDANG MEMBACA
Kecewa tak berujung
Teen FictionDURHAKA Kata itu memang pantas di sematkan oleh mereka yang patuh terhadap orangtuanya. Aku mungkin hanyalah seorang anak yang tidak tau diri bahkan arogan. Tapi bagaimana mungkin aku menjadi baik. Jika orangtuaku saja tidak baik? Aku bahkan malu te...