Anak Baru

31 11 11
                                    

Pagi itu di sebuah Panti Asuhan menerima anak baru bernama Liliana, seorang anak piatu dan ia berakhir di sebuah Panti Asuhan.

Sebuah tempat yang tidak seperti di rumah tanpa Ayah dan Ibu, hanya anak-anak dan Kak Fatimah yang biasa mengurus anak-anak yang bernasib sama dengan Liliana.

Dia hanya tersenyum ketika dikenalkan oleh Kak Fatimah kepada anak-anak Panti Asuhan.

Namun mata Liliana tertuju pada seorang anak yang hanya memandang jendela, anak itu menunjukkan pandangan kosong seakan ia tidak memperhatikan apa yang ia lihat.

Liliana pun menghampiri Kak Fatimah karna ingin bicara sesuatu.

"Kak Fatimah! Aku boleh nanya?" tanya Liliana.

"Iya boleh!" jawab Kak Fatimah dengan senyumnya.

"Apa Kakak yang ngurus Panti Asuhan ini?"

"Iya Kakak yang ngurus, tapi Kakak ga sendirian karna Ayah dan Ibu Kakak membantu mengurus semuanya"

"....."

"Ada apa Ana? Kamu sepertinya memikirkan sesuatu. Kakak mau kok dengerin cerita kamu"

Kayaknya Liliana anak yang baik, tapi aku harus membuatnya tidak menyembunyikan sesuatu dalam hatinya agar dia tidak menjadi anak yang dingin seperti dia.

"Ayo ceritain, jangan ragu-ragu."

"Ehm.... Tapi Kak"

"Tapi apa? Oh Kakak tau kamu malu ya," goda Kak Fatimah agar Liliana mau cerita.

Dengan pipi memerah, "engga kak!"

"Sebenarnya Kak, aku mau tanya. Apa orang tua itu berharga menurut Kakak?" Di tengah-tengah acara perkenalannya sebagai anak baru Panti, akhirnya Liliana melontarkan apa yang ada di hatinya.

Sontak dahi Kak Fatimah berkerut. dengan perkataan Liliana, belum pernah satupun anak Panti Asuhan yang ia urus bertanya akan hal itu.

"Orang tua, hmm tentu, menurut Kakak sangat penting."

" apa yang penting?" Liliana tiba-tiba menyahuti.

Kak Fatimah menghela nafas. Ditatapnya mata Liliana seakan ingin mengetahui apa yang sedang dipikirkan Liliana.

"Orang tua itu adalah sumber kasih sayang, merekalah yang melindungi kita, sejak kecil seorang anak tidak bisa melakukan apa-apa tanpa ayah dan ibu!" jelas Kak Fatimah.

"Mengajari kita berjalan,bermain,berbicara,dan mengarahkan kita ke jalan yang benar. Yang intinya orang tua adalah segalanya menurut Kakak." Kak Fatimah menambahi.

Liliana sedikit tersenyum kagum mendengar penjelasan itu. Namun, sedetik kemudian raut mukanya berubah sendu.

"Pasti menyenangkan ya Kak kehidupan seperti itu!" air mata menetes dari mata Liliana.

Yah benar pasti menyenangkan kalau kehidupanku sejak lahir seperti itu, mungkin!.

Tanpa basa-basi, Kak Fatimah langsung memeluk Liliana, menenangkannya.

"Boleh Kakak tahu bagaimana kehidupanmu?" kini Kak Fatimah beralih menatap Liliana.

Ia mengusap tetesan-tetesan air mata di pipi gadis itu.

Liliana mencoba tersenyum sambil mengangguk pelan.

Lalu mereka pergi ke samping rumah Panti Asuhan untuk berbicara dua mata, dengan menarik nafas lalu mengeluarkan dengan pelan-pelan Liliana mulai bicara.

"Kak Fatimah, aku anak piatu dan Ayahku masih hidup namun aku tidak bisa menyebutkan namanya" ucap Liliana.

"Kenapa?" tanya Kak Fatimah.

"Dari lahir aku mungkin tidak mendapatkan kebahagiaan seperti anak lainnya, karna ayahku menginginkan anak laki-laki namun aku bukan laki-laki"

"Sejak aku lahir, sifat Ayahku berubah menjadi berbeda dari sebelumnya, bahkan kematian Ibu penyebabnya adalah karna ayah" sambung Liliana.

"Aku sering dipukuli karna aku bukan laki-laki bahkan setelah Ibu meninggal Ayah menikah lagi dengan Wanita lain dan membuangku kesini" setetes air mata jatuh.

Masih ada orang yang memiliki pemikiran seperti itu, mungkin aku ga tau apa yang sebenarnya terjadi tapi aku merasa penderitaan yang Liliana rasakan amat berat, mungkin masih ada rasa trauma dalam dirinya. Yah ini jadi tugas ku untuk menghilangkan semua itu dan memberi tahunya bahwa ada harapan baru. Batin Kak Fatimah.

"Dengarkan Kakak, apa kamu sayang dengan Ibu?"

Liliana menoleh lalu mengangguk, Kak Fatimah tersenyum lalu berkata.

"Anggaplah Ibu Kakak! Ibu kamu juga" ucap Kak Fatimah.

"Emang bisa Kak?" tanya Liliana dengan heran.

"Bisa! yuk ikut Kakak, untuk ketemu Ibu Kakak"

Dengan senyum Kak Fatimah, Liliana seakan bisa menerima Kak Fatimah beserta kehidupan barunya.

Bersambung . . .

Ini cerita baru aku yang kedua, mohon krisarnya ya dan saran mungkin. Karna aku masih pemula!

Bulan Di Pagi HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang