Namamu

14 7 2
                                    

"Anak itu dari tadi cuma duduk di depan jendela, apa serunya" gerutu Liliana.

Liliana mencoba mendekati anak itu dengan perlahan-lahan.

Namun alangkah terkejutnya Liliana bahwa anak itu memperhatikannya lewat pantulan kaca jendela.

Ah bodohnya aku, dia udah tahu aku ada di belakangnya dan aku malah ngendap-ngendap ga jelas. Gerutu Liliana.

Ia pun mendekati anak itu lalu menepuk punggungnya, "lagi lihat apa?".

Namun anak itu tetap diam tanpa menoleh ke arah Liliana.

Kok nih anak cuek amat ya, aku merasa terkacangin nih!.

" kamu tahu kenapa terjadi hujan?" tanya Liliana.

"....."

"Kata Ibuku, hujan itu sebuah rahmat dari Tuhan, dan sudah sepantasnya kita manusia bersyukur," Liliana menjelaskan.

"Oh ya! Kamu tahu petrichor?"

Namun anak itu masih tetap diam.

"Itu aroma bau tanah yang setelah terkena air hujan, dan lagi kecil Ibuku selalu mengajakku duduk di teras hanya untuk melihat hujan" tanpa sadar setetes air mata jatuh dari mata Liliana.

Hari berganti hari, Liliana terus ngajak anak itu berbicara namun anak itu tetap diam tanpa kata, hampir Liliana mengira anak itu bisu.

tapi setelah Kak Syifa menjelaskan siapa anak itu dan masa lalunya, Liliana sadar kenapa anak itu murung dan jadi pendiam, ia pun merencanakan sesuatu.

Liliana pun menghampiri anak itu lagi, "pagi Ryan! Gimana keadaanmu?"

"Kamu agak panas hari ini, kayaknya kamu sakit" kata Liliana.

"Padahal hari ini Panti Asuhan kita akan tamasya ke Kebun Binatang kota"

"Apa kamu engga apa-apa?" tanya Liliana dengan senyum.

"....."

"Aaarrrgggghhhhh aku kesal! Udah seminggu aku ajak ngomong ga ada jawabannya, aku seperti bicara sama tiang" ungkap kekesalan Liliana yang tak terkendalikan lagi.

"Hehehe" Ryan pun tertawa kecil.

"Akhirnya rencana aku berhasil!" kata Liliana sambil meloncat kegiranganan karna akhirnya sukses menjalankan rencananya.

"Kamu kenapa Liliana, kok senang gitu?" tanya Kak Fatimah yang baru saja tiba.

"Kak! Akhirnya si anak es mau ketawa" ucap Liliana.

"Anak es?" tanya heran Kak Fatimah.

"Habis dingin banget! Tapi akhirnya dia tadi ketawa dikit, hehehe"

"Baguslah, kalau gitu kita siap-siap tamasya," kata Kak Fatimah.

"Ke mana kak?" tanya Liliana sambil melirik Ryan.

"Kan kamu udah tau, kok nanya lagi?" kata Kak Fatimah.

"Ishh kak! Kan Ryan jadi kepo" ucap Liliana yang akhirnya tersenyum karna Ryan sempat menoleh ke arah mereka.

Dengan tersenyum Kak Fatimah baru menyadari bahwa suasana hati Ryan yang beku selama ini akhirnya mulai meleleh karna Liliana yang menjadi sinar bagi Ryan, ini juga berkat tekad yang kuat dari Liliana yang pantang menyerah untuk membuat Ryan terbuka terhadap orang lain.

Ternyata aku tidak sepenuhnya gagal membuat Ryan terbuka terhadap orang lain, buktinya anak ini. Mampu melelehkan bekunya hati Ryan yang selama ini membuatku khawatir namun akhirnya. Batin Kak fatimah.

Bulan Di Pagi HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang