Tetaplah Bersamaku

26 7 3
                                    

Ryan seperti biasa duduk di depan jendela dengan tatapan kosong, namun Liliana terus berada disamping Ryan dan selalu membuat Ryan berbicara.

Hari-hari mereka lalui dengan kebahagian hingga Ryan mulai bisa terbuka dengan orang lain, ia bahkan menjahili teman-temannya.

"Hari ini kita belajar apa Kak?" tanya Aldi.

Hari ini kita akan belajar bercocok tanam! Dan ini pak Warto, dia Ayah Kakak" kata Kak Fatimah.

"Boleh kami panggil Ayah?" kata Thalia.

"Boleh!" jawab Kak Fatimah dengan singkat.

Mereka pun diajari cara bercocok tanam oleh pak warto, dan kali ini Ryan mulai aktif.

Ryan pun mengenal kebersamaan dan serunya bermain, ia bahkan mulai bisa tersenyum.

Tanggal sembilan september adalah ulang tahun Ryan, Kak Fatimah pun mengadakan acara syukuran kecil-kecilan.

Kak Fatimah mengundang teman-teman kuliahnya ke acara tersebut.

Liliana pun memberikan sebuah kado yang berisi sebuah gelang yang ia bikin sendiri, Ryan memakai gelang itu dan berjanji tak akan melepaskan gelang itu.

Fajar pun menampakkan diri, hari ini Ryan dan Liliana sedang melakukan kerja bakti bersama anak-anak lainnya.

Yaitu membersihkan selokan dan daun yang berguguran dari pohon di sekitar daerah mereka.

Warga yang melihat itu ikut bahu-membahu membantu membersihkan selokan, anak-anak panti asuhan merasa terbantu akan hal itu.

Hingga kerja bakti selesai, tampak selokan mulai mengalir tanpa tergenang lagi.

Hari pun menjelang malam, para anak-anak baru selesai sholat maghrib, Liliana mengajak Ryan untuk mengobrol berdua di disamping rumah.

"Ryan, Kak Lina mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada kamu!" ucap Liliana.

"Untuk?" tanya Ryan dengan bingung.

"Untuk semuanya, aku merasa bahagia bersamamu!" kata Liliana menatap Ryan.

"Sama-sama" balas Ryan.

"Ryan, apa kamu punya keinginan?" tanya Liliana.

Ryan menoleh ke langit yang bertaburan bintang, "Keinginan?"

"Iya keinginan! Itu sebuah harapan yang ada pada setiap manusia, kamu pasti punya kan?"

"Ada!" jawab Ryan.

"Kalau gitu aku dulu, keinginanku bisa bersosialisasi dengan banyak orang-orang dan selalu bersama adikku" ucap Liliana dengan senyum ke arah Ryan.

"Oh iya ada lagi, aku ingin menjadi pengusaha yang sukses. Kalau kamu Dik? Pasti kamu ingin jadi orang yang sukseskan kayak keinginan Kakak" sambung Liliana.

"Keinginanku cuma satu, melindungi Kak Liliana yang cerobohnya kelewatan" ucap Ryan yang tiba-tiba, membuat reaksi Liliana terdiam.

Pipinya merona karna perkataan adiknya,  aku kenapa? Kok aku jadi gugup sendiri?. Batin Liliana.

"Adikku belajar gombal dari mana? udah pinter ya" kata Liliana menatap tajam ke Ryan sambil menggenggam tangannya.

Dengan keringat dingin ryan menggeser posisinya karna ketakutan, aku salah bicara ya? Kok muka Kakak seram amat. Batin Ryan.

Namun yang dilakukan Liliana adalah memeluk Ryan dengan erat, "tidak perlu adik berkata mau melindungi Kakak, justru Kakaklah yang akan melindungi Adik. Kamu adalah kebahagian Kakak"

Bulan Di Pagi HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang