Sebuah Teka-teki: You Know Who

62 9 0
                                    

Kasus pertama terjadi di kafe kecil di Reverse Street. Kejadiannya pukul 14.23. Ada 6 korban yang ditemukan tewas tertembak saat membuka pintu keluar usai menyantap kopi di siang hari. Saksi mata menyatakan kejadiannya terjadi begitu cepat. Tidak ada suara tembakan yang memicu kegaduhan, korban begitu saja jatuh tergeletak tepat di depan kafe. Dalam kasus ini, semua korbannya merupakan mantan petinggi polisi Las vegas. Anehnya, tercium bau khas latte saat pemeriksaan para korban, seperti mereka telah dilumuri parfum yang sama sebelum dibunuh. Hal ini tentu saja membuat gempar mengingat korbannya bukanlah orang biasa.

Kasus kedua terjadi di kafe terkenal di Las Vegas. Rollin' Rock Cafe di Summerline Street. Korban pembunuhan ditemukan tewas di toilet kafe dengan luka tembak di kepala. Menurut saksi mata yang notabene adalah petugas kebersihan di kafe tersebut, tepat pukul 15.15 suara teriakan wanita terdengar dari dalam toilet. Sang petugas kebersihan kemudian mendobrak pintu toilet dan mendapati korban sudah dalam keadaan terkulai di lantai. Pada kasus ini, sang korban juga menyebarkan aroma latte lewat lotion yang dipakainya.

Kasus ketiga, kasus yang baru-baru terjadi tadi. Semua korban mengeluarkan aroma latte dari mulut mereka.

"Kenapa semua korban berbau latte?!" tangan Sasuke kembali mencatat—menganalisa.

Rasa-rasanya pelaku sengaja meninggalkan jejak berupa aroma latte. Tapi kenapa? Padahal latte adalah jenis kopi yang paling disukai Sasuke. Aromanya selalu menuntun otaknya untuk membayangkan satu wajah.

Tiba-tiba mata Sasuke membelalak. Mulutnya menganga. Ekspresinya berubah pucat pasih. Dia menelan ludah. Napasnya melambat. Dadanya nyeri. Irisnya melirik ragu-ragu pada cakaran penyelesaian kasusnya. Tangannya gemetaran memegang balpoin.

"T-tidak mungkin!" umpat Sasuke.

Dia berkali-kali menggelengkan kepalanya lalu menulis banyak-banyak di kertas. Sasuke Uchiha memaksa otaknya bekerja mencari tahu kalau dugaannya pada seseorang adalah salah. Tapi pikirannya sedang lancar-lancarnya sekarang. Dia begitu saja menuliskan semua angka-angka pada kasusnya.

14 23 6 15 15 1 04 25 23 8

Jika angka-angka tersebut diterjemahkan ke dalam susunan abjad maka akan terbentuk susunan huruf NWFOOAEYWH. Jemari Sasuke bergerak menyusun huruf-huruf tersebut. Ada kata WHO dan NOW yang terbentuk. Tersisa huruf F, A, E, dan Y. Jika FAE tidak dapat dirangkaikan membentuk satu kata, bisa jadi dapat membentuk satu huruf. Kemungkinan terbesar adalah dengan menambah rangkaian huruf tersebut. Itu artinya 6+1+4 akan menghasilkan angka 11. Dalam abjad, 11 sama dengan huruf K.

"Dimana letak K dan Y dalam susunan kalimatnya?" tanyanya pada udara kosong di depannya.

"Bisa saja pelakunya ingin menyampaikan pesan Who Now yang berarti akan ada pembunuhan selanjutnya yang dia rencanakan. Atau jika aku memasukkan K menjadi Who Know yang berarti korban-korban ini saling berkaitan dan pelakunya sengaja memberi kode kepada polisi untuk menebak korban selanjutnya. Tapi bagaimana dengan huruf Y? Ah, sial!"

Sasuke menenggelamkan sejenak kepalanya dalam lipatan tangannya. Cenat cenut di kepala sudah ia rasakan semenjak bergelut dengan kasus ini. Matanya sedikit terpejam, ia ingin tidur saja sekarang.

"Who now y, who know y, who y now, who y know, y now who, y know who." ucapnya lirih hampir tidak terdengar. Lalu, alisnya terangkat sebelah, "T-tunggu sebentar..."

"Y KNOW WHO?!" teriaknya mengagetkan seisi ruangan. Kompak iris orang-orang di ruangan itu memandanginya.

"Hoi, Teme, ada apa?" tanya seorang polisi berambut jabrik orange.

Sasuke tidak menggubris. Tangannya justru menghantam tembok di belakangnya. Lalu dengan segera mengambil jas mantelnya dan berlari meninggalkan kantor kepolisian.

"Aku harus mencarinya. Pelakukanya tidak mungkin dia!"

Langkah kakinya menuntun dia singgah pada kafe lama di ujung jalan Harrison Avenue. Paradise Cafe. Buru-buru dia masuk menelusuri tiap inci ruangan kafe. Dia hapal betul tempat ini. Setiap inci dari kafe ini belum ada yang berubah total. Masih persis seperti dua puluh tahun yang lalu di mana kafe ini tidak lebih dari kedok pemerintah untuk memperbudak anak-anak. Ya, dahulu, di bawah pemerintahan yang otoritas, Las Vegas menjadi wilayah yang khas akan perbudakan. Rakyat miskin—orang dewasa dan anak-anak dibiarkan bekerja siang malam membangun jalan, jembatan, bahkan melayani kaum borjuis. Mirisnya, mereka dipekerjakan secara sukarela, tidak ada satu pun yang diberi upah.

Latte and DestinyWhere stories live. Discover now