"Ah sial! Kenapa aku yakin sekali akan bertemu dia di sini!" gerutunya. Dia menyenderkan tubuhnya pada sofa empuk di ujung ruangan. Matanya dibiarkan tertutup. Penat menyelimutinya dan dia butuh istirahat saat ini.
Namun usahanya untuk tidur gagal total saat tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari samping. Seorang gadis cantik dengan rambut pirang sepinggang yang dibiarkan terurai. Dia tersenyum kepada Sasuke. Senyum yang manis sekali. Tanpa dipersilahkan, dia begitu saja duduk di samping Sasuke, memanggil pelayan lalu memesan dua cangkir kopi latte.
Letnan tampan dibuat membeku olehnya. Pikirannya melayang-layang sampai dia sadar bahwa gadis inilah yang sedang dia cari-cari.
"Kau... Apa maumu?!" bentak Sasuke. Wajahnya jelas sekali menunjukkan ekspresi marah luar biasa.
"Begitukah kau menyambut teman lama?" balas gadis pirang itu tidak menggubris pertanyaan Sasuke.
"Kasus pembunuhan..."
"Ah, kopinya datang!" gadis itu tampak kegirangan menyambut dua cangkir kopi yang diantarkan pelayan.
"Minumlah dulu, kau kelihatan lelah sekali" ujarnya.
'Apa-apaan orang ini!' Sasuke menggerutu dalam hati. Bisa-bisanya orang yang dia prediksi dalang dari tiga kasus pembunuhan di Las Vegas menawarkannya secangkir kopi dengan senyum manis yang berhasil mencampuradukkan perasaannya.
"Tadi kau mau cerita apa?" tanya si pirang usai menyeruput kopinya.
"Bodoh jika kau tidak mengetahui kasus pembunuhan yang terjadi malam ini di Leona Street."
"Ya, aku memang tahu." jawabnya singkat.
"Langsung saja," Sasuke menggantung kalimatnya. Dia mengambil jeda untuk menarik napas panjang terlebih dahulu, "Kau pelakunya, bukan?"
Tidak sepantasnya kata-kata itu terucap dari mulut seorang Sasuke Uchiha. Tapi hasil analisanya menuntunnya pada satu nama yang berkaitan erat dengan masa lalunya, dan orang itu ada bersamanya saat ini.
"Baru bertemu dan kau langsung menuduhku yang bukan-bukan, eh?" gadis itu masih setia melempar senyum hangatnya.
"A-ah... maafkan aku..." Sasuke luluh. Senyum itu yang selalu ia nantikan dalam tahun-tahun panjangnya. Ia menunduk malu tidak habis pikir mengapa dia tega berkata seperti itu pada teman kecilnya.
"Memangnya kau punya bukti apa sehingga berani menuduhku begitu?" iris aquamarine si rambut pirang memandang lekat-lekat jauh ke dalam bola mata Sasuke.
"14 23 6 15 15 1 04 25 23 8"
"Hm?" alis sang gadis saling bertautan.
"Angka-angka itu tidak muncul dengan sendirinya, pelakunya sengaja menyusun deretan angka itu pada ketiga kasusnya. Dan kautahu apa yang kutemukan? Aku menemukan dirimu dalam deretan angka itu! Y KNOW WHO! Siapa lagi yang selalu menyebut kalimat itu setiap kali berbuat kesalahan? Itu kau, Ino!"
Helaan napas panjang menyudahi kalimat Sasuke. Matanya balas memandang lekat-lekat pada lawan bicaranya. Air muka gelisah terpancar dari wajah sang gadis pirang namun cepat-cepat ia tutupi dengan tersenyum ramah.
"Bingo!" ia menjentikkan jarinya di depan wajah Sasuke lalu melenggok pergi begitu saja.
Bingo? Apa maksudnya? Sasuke dibuat pusing oleh tingkah laku teman kecilnya. Dia berjalan cepat menyusul temannya itu.
"Ino, tunggu!" Sasuke meraih tangan sang gadis, mencengkeramnya erat dan memutar paksa tubuh sang gadis menghadapnya.
"Apa maksudmu, Ino? Jangan membuatku pusing seperti ini."
"Tidak perlu pusing, Sasuke, kau memang yang paling mengerti aku. Seperti biasa, kau selalu saja jenius. Selamat! Dugaanmu benar seratus persen." gadis yang dipanggil Ino itu kembali tersenyum seolah dia bahagia teman lamanya sukses menyelesaikan teka-tekinya.
Sasuke tersentak. Ternyata dugaannya benar, bahwa dalang dari tiga kasus pembunuhan di Las Vegas adalah orang yang berdiri di hadapannya, temannya sendiri. Tapi kenapa? Ah lagi-lagi dia butuh alasan logis.
"Kenapa?" tanya Sasuke cemas-cemas penasaran.
YOU ARE READING
Latte and Destiny
Fiksi PenggemarKau tidak hidup di sisi manapun dari dunia ini Kau tidak nampak tapi nyata hadirmu Kau lebih palsu dari harapan tapi lebih nyata dari impian Kau adalah fatamorganaku Hidup dan mati di titik balik duniaku Kau adalah masa laluku. Bagian pali...