"Kenapa?" Ino memegangi dada kirinya, "Karena yang di sini masih menyimpan dendam. Aku masih sakit, Sasuke."
Sasuke benar-benar ingin meledak sekarang. Perasaannya sukses dipermainkan. Dia tahu betul gadis di hadapannya sedang tidak baik-baik saja. Dendam membara masih terpancar jelas di bola matanya. Sasuke dan Ino dahulu sama-sama merupakan budak anak-anak yang diperlakukan semena-mena oleh pemerintah. Bersama ratusan anak lainnya, mereka dipekerjakan tanpa ampun untuk membangun jalan, jembatan, dan infrastruktur untuk membangun kota setelah masa perang usai. Belum lagi anak perempuan seperti Ino yang harus melayani para opas di kafe Paradise ini. Mereka harus memasak, menuang arak untuk opas-opas yang katanya kelelahan bekerja. Tak jarang pula mereka dijadikan sebagai pemuas nafsu. Parahnya, salah sedikit mereka akan ditendang, dihajar, diperlakukan tidak manusiawi padahal usia mereka tidak ada yang lebih dari lima tahun.
Peristiwa dua puluh tahun lalu, ketika Las Vegas adalah neraka bagi kaum marjinal adalah memori kelam bagi Sasuke dan kawan-kawan. Peristiwa itulah yang membuat Sasuke mengabdikan dirinya sebagai penegak hukum. Ia ingin menghapus segala kebengisan yang pernah dilakukan pemerintah di masa lampau. Ia ingin setiap generasi sekarang tidak lagi memiliki ingatan akan hal mengerikan yang pernah terjadi di tanah kelahirannya. Tapi ternyata pemikiran bijaknya tidak ikut menulari sahabat karibnya. Ino Yamanaka rupanya masih mengutuki apa yang pernah terjadi dua puluh tahun silam. Setiap hari-hari yang gadis ini lalui tumbuh menjadi dendam abadi hingga pada akhirnya, dia menuntut balas atas perlakuan tidak adil yang pernah menimpanya dulu. Ia membunuh, melenyapkan orang-orang yang masih tersisa dari sejarah kelam dua puluh tahun silam.
"Aku hanya ingin mengingatkan mereka tentang nikmatnya aroma latte yang menyambut mereka usai bekerja. Aroma wangi yang ditukar dengan satu nyawa yang tidak tahan hidup akibat kelaparan, kehausan, dan kesakitan." tutur Ino dengan senyum sumringah seolah apa yang dilakukannya bukanlah sebuah kesalahan fatal yang patut disesali.
Sasuke benar-benar dibuat mematung sekarang. lidahnya terlanjur kelu dan sekujur tubuhnya dipenuhi keringat dingin. Detak jantungnya melambat seolah dia akan mati detik ini juga. Teman masa kecilnya, sahabat karib yang ia jumpai saat kerja rodi dahulu, sosok yang dia cintai ternyata masih terluka hingga kehilangan rasa kemanusiaannya.
Tangan Sasuke terulur kaku memeluk erat gadis pirangnya. Bulir-bulir air mata jatuh membasahi wajah maskulinnya. Sasuke Uchiha terluka dengan takdirnya.
"M-maafkan aku, maafkan aku, Ino!" ujar Sasuke penuh sesal.
Ino kaget bukan main, "Maaf? Un—"
"Andai saja aku tidak meninggalkanmu, andai saja kita selalu bersama, semua tidak akan berakhir seperti ini. Maafkan aku yang tidak pernah menyadari besarnya luka yang kau bawa serta. Maafkan aku yang tidak bisa menuntunmu untuk bisa memaafkan. Maafkan aku, Ino!" suara Sasuke lantang dan terdengar jelas di telinga Ino.
"Sssttt..." tangan Ino bergerak membalas pelukan Sasuke, "Tidak ada yang perlu disesali. Seperti dirimu, aku juga mantap memilih jalanku. Sempat aku iri padamu yang bisa berlapang dada menerima semuannya, yang bisa bertingkah lupa dengan masa lalu. Tapi aku tidak bisa, Sasuke. Aku tidak bisa sebijak dirimu. Setiap malam, aku berdoa agar orang-orang itu mati, agar mereka melarat, sekarat, agar mereka mencicipi tidak enaknya perbuatan mereka di masa lalu. Tapi mereka hidup sejahtera aman-aman saja, tidak sepertiku yang malam-malam masih dihantui mimpi buruk. Bagaimana bekas luka di tubuhku, bagaimana kotornya tubuhku meski dibilas air suci sekali pun membuatku seperti orang gila yang berteriak histeris sendirian. Harus ada yang menghukum mereka. Jika hukummu tidak bisa, biar aku sendiri yang melakukannya."
Keduanya mantap tenggelam dalam perasaan haru. Kenangan-kenangan dari masa lalu terus mengunci mereka untuk tetap berpelukan. Perasaan mereka sama-sama campur aduk. Ada rasa rindu, benci, bahagia yang saling mendominasi.
"Kumohon jangan lanjutkan semua ini." pinta Sasuke.
Ino melepaskan pelukannya. Tangannya bergerak menyeka air mata pria yang mempunyai makna lebih di hidupnya. Setelahnya, matanya menatap Sasuke lekat-lekat.
"Aku akan menyerahkan diri setelah semuanya tuntas, oke?"
Ino tidak perlu menunggu balasan dari Sasuke. Satu kecupan ia daratkan di bibir sang letnan. Dibiarkannya sang letnan muda terjebak dalam lika-liku perasaannya. Sang gadis pirang kemudian berjalan santai meninggalkan Sasuke hingga dia utuh melebur dengan malam. Ada kalanya kenangan pahit di masa lalu yang membentuk orang-orang di masa kini. Entah, dia ingin meraih secerca cahaya lalu memperbaiki hidup atau malah memilih beraliansi dengan kegelapan dan menuntut balas. Seperti Sasuke Uchiha dan Ino Yamanaka. Berasal dari masa lalu yang sama namun memilih jalan yang berbeda untuk dilalui. Pada akhirnya hubungan mereka diombang-ambingkan oleh takdir.
.
.
.
FIN
YOU ARE READING
Latte and Destiny
FanfictionKau tidak hidup di sisi manapun dari dunia ini Kau tidak nampak tapi nyata hadirmu Kau lebih palsu dari harapan tapi lebih nyata dari impian Kau adalah fatamorganaku Hidup dan mati di titik balik duniaku Kau adalah masa laluku. Bagian pali...