"Allah menyuruh kita untuk salat bukan karena Allah butuh kita, tapi kita yang butuh Allah. Karena jika pun kita tak salat Allah tidak rugi, tapi kita yang rugi."
***Lantunan Azan terdengar merdu ditelinga seorang gadis berbaju putih abu-abu itu, langkah kakinya menyeret dirinya untuk memasuki masjid yang telah disediakan oleh sekolahnya.
Segera saja ia bangkit dari duduknya mengambil mukena beserta sajadah yang selalu ia bawa didalam tasnya. "Ayo kita ke musala," ajaknya kepada teman sekelasnya.
"Sorry gue lagi nggak salat."
"Nitip aja dah gue ya salatnya,"
"Gue males,"
"Gue laper ke Kantin dulu ya, nanti gue nyusul,"
Itulah kata-kata yang sering ia dengar ketika mengajak teman-temannya untuk salat, banyak sekali alasan-alasan yang tak ingin didengarnya. Jika kalian bertanya, "kenapa nggak dibujuk?" ia akan menjawab dengan tegas, "hampir setiap hari ia membujuk mereka, tapi mereka selalu berkata, jangan ceramah deh disini, sok iya banget sih." Bagaimana rasanya jika sudah seperti itu? Sakit bukan?
Tapi tidak dengan dua orang yang menjadi sahabatnya, dan sebagian teman kelas lainnya, mereka selalu berjalan bersama meraih Jannah-Nya.
"Yuk, Ari kita ke Musala, biarkan mereka seperti itu toh itu bukan urusan kita." Terdengar suara sahabatku membuyarkan lamunannya tadi.
Ya nama gadis itu Ari lebih tepatnya Ariqoh Zaleeka yang mana Ariqoh berarti baik budi pekerti sedangkan Zaleeka itu pandai, sebagaimana namanya orangtuanya berharap ia menjadi wanita yang pandai serta berbudi pekerti yang baik.
"Ayo, Fan, Kan nanti keburu iqamat," ajaknya kepada sahabat kelasku yang bernama Fania dan juga Kania itu, jika kalian mereka kembar itu benar mereka kembar tapi kembar tidak identik.
"Ayo lah,"
Ketiganya berjalan beriringan menuju pojok sekolah dimana musala ditempatkan di Sekolah itu. Tiba-tiba langkah kaki Ariqoh terhenti dan entah mengapa hatinya bergetar saat mendengar suara azan kali ini, ini bukan suara adan guru yang biasa melakukan adan di musala disini.
Tak biasanya hati ini bergetar saat mendengar suara azan, tapi ada apa dengan kali ini? Seperti ada sesuatu yang berbeda yang tiba-tiba menyelinap masuk kerongga dadanya tanpa bisa dicegah."Ari, kenapa berhenti? Ada yang ketinggalan?" tanya Fania heran.
"Iya nih, Ari itu sudah hampir selesai loh azannya," balas Kania.
"Ariqoh Zaleeka!" teriak Kania tepat disamping telinga kiri Ariqoh.
"Astagfirullahaladzim, Kania bisa nggak pelan-pelan bicaranya," balas Ari.
"Lagian kamu sih ngelamun mulu,"
"Tapi kan bisa tegur pelan, nggak kaya tadi, gimana kalo aku jantungan."
"Amit-amit jangan deh,"
"Makannya itu."
"Sudah-sudah azannya dah selesai noh mau salat kagak?" lerai Fania.
"Salatlah," jawab keduanya.
"Ya sudah, ayo."
Mereka telah sampai di pelataran musala, sejuk itulah kata yang tepat untuk mengungkapkan suasana musla itu, dimana didepan musalah ada satu pohon beringin besar yang membuat teduh nan sejuk ketika memasuki musala itu.
Kini Ari duduk tepat di barisan paling depan khusus perempuan, disamping kanan kirinya ada dua sahabat yang selalu menemani dirinya. Sekilas ia masih dibuat penasaran oleh sosok yang kini menyenandungkan asmaul husna sembari menunggu imam yang akan mengimani salat kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tulusnya Cinta Seorang Gus
SpiritualATTENTION!! (Pindah di Dreame) Seorang gadis berusia 17 tahun harus mengalami trauma yang begitu dalam hingga jiwanya terguncang. Karena kejadian itu ia harus rela kehilangan statusnya sebagai siswa. Dan karena kejadian itu hidupnya semakin rumit d...