4. Trauma

11.9K 695 33
                                    

"Aku memang belum mencintaimu, tapi tahukah kamu? Hati ini terasa nyeri melihat air matamu menetes walaupun hanya setetes, ku mohon janganlah keluarkan air mata itu hanya karena masa lalumu."
***

Tiba-tiba saja tubuh Ari ambruk tepat dipangkuan Fathur, hal itu membuat semua orang terkejut tak terkecuali Fathur sendiri.

Semua hanya diam melihat kejadian itu tanpa ada yang berniat untuk membantu.

"Bawa istrimu ke Rumah Fathur!" teriak sang abi karena gregetan dengan kelakuan Fathur yang hanya diam tanpa melakukan apapun.

Setelah mendengar ucapan itu Fathur sadar dengan apa yang dilakukannya, langsung saja ia membopong tubuh Ari menuju rumahnya. Tepat diruang tamu langkahnya terhenti.

"Kenapa Nak?" tanya sang ummi saat melihat anaknya diam.

"Mau dibawa kemana ini Umi?"

"Astagfirullah Fathur! Dia istrimu ya dibawa ke Kamarmu!"

"Hah?"

"Fathur!" Teriak sang ummi sambil menggeret paksa Fathur untuk masuk kedalam kamarnya.

"Letakan di Kasurmu!"

"Lah?"

Umi menatap mata Fathur tajam, "Fathur dia istrimu!"

"Allahuakbar ummi Fathur lupa,"

"Astagfirullah,"

"Maafkan Fathur Umi,"

"Sudah urusi dulu istrimu. Setelah itu keluarlah umi dan abi mau bicara,"

"Iya umi."

Fathurpun meletakkan tubuh Ari diranjangnya dengan hati-hati, setelahnya ia melarikan selimut tebal untuk menutupi tubuh Ari, tanpa sadar tangannya hampir melepas hijab Ari tapi tepat saat ia hampir melepaskannya ia seakan sadar dengan apa yang dilakukannya itu salah ia pun menarik kembali tangannya dan keluar menuju ruang tamu.

Di ruang tamu sudah ada sang abi dan ummi yang menunggu dirinya, ia pun mendudukkan tubuhnya di sofa sebelah sang abi.

"Sebenarnya apa yang kamu lakukan Fathur?" tanya sang abi.

"Demi Allah Fathur tidak melakukan apapun Abi."

"Tapi kenapa warga berkata kamu melakukan hal terkeji,"

"Fathur hanya menolongnya tadi Abi ,"

"Menolong dengan melakukan hal yang tidak senonoh iya?" bentak sang abi.

"Istigfar Abi," bisik sang umi sambil mengelus tangan suaminya.

"Abi benar-benar kecewa padamu Fathur!"

"Abi maafin Fathur ini tidak seperti yang Abi dan Umi fikiran, " ucap Fathur sambil jongkok dihadapan abinya.

"Apa kurang didikan agama abi selama ini? Abi benar-benar malu fathur padamu! Dari kecil abi bangga-banggakan tapi kamu sekarang malah menorehkan luka pada abi!" balas abi sambil memandang putranya yang kini tepat berada di depannya. "Apa kamu nggak berfikir sebelum bertindak kamu mempunyai umi bagaimana perasaanmu jika umimu dilakukan hal seperti itu bagaimana perasaanmu?"

"Tolong dengar penjelasan Fathur Abi ini tidak seperti apa yang abi kira Fathur tidak melakukannya demi Allah abi."

"Abi, jangan sampai setan menguasai hati abi, kita dengarkan penjelasan Fathur."

Abi mengusap wajahnya dengan tangannya sedikit kasar, "Astagfirullah cepat ceritakan apa yang sebenarnya terjadi."

Fathurpun akhirnya menceritakan yang sebenarnya terjadi mulai saat ia berjalan sendiri dari majelis yang mengundangnya untuk mengisi pengajian.

Tulusnya Cinta Seorang Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang