To the Reality

309 41 10
                                    

Tumpukan laporan yang belum selesai di atas mejamu sepertinya hanya berkurang sedikit. Padahal, sudah berhari-hari kamu bersembunyi di balik kertas-kertas itu. Kamu tidak kunjung meninggalkan ruang kerjamu meski semua bawahanmu sudah tidak masuk kerja lagi. Tentu saja, ini 'kan sudah waktunya libur musim panas, pimpinan tertinggimu saja sudah bertandang ke lantai tertinggi salah satu gedung miliknya untuk menenggak bir dingin bersama para pejabat tinggi kepercayaannya.

Pintu ruang kerjamu diketuk pelan beberapa kali.

"Aku sedang sibuk," ujarmu tanpa mau repot-repot membukanya. Suara ketukan tidak terdengar lagi. Orang itu pun ternyata tidak mau lama-lama menunggumu membukakan pintu untuknya. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan.

Ketika kamu akhirnya sadar siapa tamumu malam ini, buru-buru kamu bangkit dari kursimu untuk memberikan salam hormat. Kamu benar-benar baru mengenalinya ketika ia menghampiri mejamu, dan tubuhnya tidak terhalangi oleh tumpukan pekerjaanmu. Buru-buru ia memberikan isyarat agar kamu tetap duduk di kursimu.

Biasanya, laki-laki itu berperawakan angkuh dengan pakaian modis berlapisnya.  Hari ini, ia mengenakan yukata merah seakan baru saja pulang dari festival. Ah, benar juga. Sepengetahuanmu, beberapa anggota Port Mafia sudah janjian untuk pergi ke sana bersama, tentu saja dengan sejumlah penyamaran yang tidak membuat mereka menarik perhatian.

"Kenapa kau tidak pergi ke festival tadi?"

"Aku sibuk."

Pemuda itu mendecak kesal sambil duduk di atas meja salah satu bawahanmu. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya.

"Kau ini bagaimana sih," gertaknya kesal, "kami para eksekutif sudah memberikan himbauan terkait libur musim panas. Itu berlaku juga untukmu, Ketua Divisi Intel! Kau dan divisimu ini adalah bawahan langsung dari kami, anggota eksekutif. Lagipula, semua pekerjaan itu 'kan bisa kaubagi dengan bawahanmu!"

"Maafkan aku, Nakahara-san."

"...kau ini mendengarkan aku atau tidak, sih?"

"Ya, Nakahara-san."

Tanganmu membalik halaman dokumen yang tengah kamu koreksi dan revisi. Dasar Akutagawa Ryuunosuke, batinmu sambil mengernyitkan dahi saat melihat nama penulis dokumen itu. Dia ini kerjanya memang bagus, tapi laporannya acakadut. Kalau disuruh revisi, malah kabur seperti cecurut.

"Tahu nggak," ujar Nakahara Chuuya kepadamu sambil menerawang, "ketua sebelum kamu didepak dari sini karena ternyata dia anjing pengintai milik pemerintah."

Kamu menghela napas panjang. Tentu saja kamu tahu jelas tentang itu. Sakaguchi Ango, sang pengkhianat bermuka dua, bahkan tiga, yang seharusnya tidak kamu lepaskan begitu saja. Dulu kamu mengaguminya sebagai pemimpin yang bijaksana dan apresiatif. Dia memang terlihat dingin dan kurang bersahabat, tetapi sebenarnya, dia sangat ramah dan tidak enak hati.

Ya, itu 'kan dulu, sebelum kejadian berdarah itu terjadi. Gara-gara dia, Port Mafia kehilangan satu orang eksekutif muda berbakatnya. Gara-gara dia juga, kamu kehilangan seseorang yang paling memberikanmu motivasi untuk tetap bertahan hidup di sini.

"Aku tidak ingin mengingat-ingat hal itu."

"Aku juga tidak," ia beranjak dari meja itu dan menghampiri kursimu, "berada di ruangan bekas kekuasannya ini membuat kita berdua sama-sama teringat dengannya, bukan? Simpan penamu. Tinggalkan kursi itu."

Sekilas, kamu mendapat bayangan bahwa atasanmu itu akan menggeretmu ke festival musim panas. Napasmu jadi tertahan karena gugup tiba-tiba, betapa kamu tidak ingin berada di dalam kerumunan itu. Kamu meletakkan penamu di atas meja, tetapi tidak bangkit dari kursimu.

The First Drabbology : 2018 Summer DrabblesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang