"...jadi Kyouka-chan, nanti setiap orang akan menceritakan kisah seram sambil memegang senter yang menyala," ulangmu entah kesekian kalinya kepada gadis dengan yukata merah dan obi kuningnya, "kalau ia sudah selesai bercerita, senternya diserahkan kepada orang berikutnya yang akan bercerita."
"Aku mengerti..." jawab gadis itu sambil mengangguk-angguk penuh perhatian, "...tapi kenapa harus cerita seram?"
"Benar juga," kamu mendengar suara Miyazawa Kenji yang menggoyang-goyangkan senter dengan gembira, "kenapa harus di bukit dekat kuburan begini, ya? Orang kota keren, niat banget kalau mau cerita-cerita horor!"
"Awas, Kenji," terdengar Dazai Osamu menimpali, "kalau kamu menari-nari sambil menyalakan senter begitu, nanti beruang laut bisa muncul."
"...Dazai-san terlalu banyak nonton film kartun."
"Atsushi-kun, itu si Dazai serius!" ujar Edogawa Ranpo sambil mengunyah keripik kentangnya, "Apalagi kalau kamu makan keju dan berteriak-teriak sambil pakai topi sombrero terbalik."
Kamu mendengar Kunikida Doppo menarik napas panjang di sisimu, seolah ia sudah lama sekali menahan amarahnya sedari tadi. Ia baru selesai mengoleskan obat nyamuk pada kulitnya. Wajar saja kalau Izumi Kyouka tidak paham soal ini, tidak mungkin ada anggota Port Mafia yang mau buang-buang waktu menceritakan ini kepadanya.
Akhirnya kamu mengatakan kepada Kyouka untuk mengambil contoh dari para seniornya. Yang ikut dalam acara cerita horor musim panas ini adalah Kunikida, Dazai, Atsushi, Kenji, Kyouka, Ranpo, dan kamu. Yosano Akiko menolak halus karena ia tidak ingin waktu tidur cantiknya berkurang setelah dikerumuni nyamuk dan serangga di hutan seperti ini. Bersaudara Tanizaki sudah punya acara sendiri. Pak Direktur sepertinya tidak tertarik dan merasa sudah terlalu tua untuk ketakutan lantaran cerita-cerita misteri anak-anak.
"Sudah bikin lingkaran?" Kunikida bertanya sambil mengarahkan senter ke arah semua orang.
"Sudah."
"Baik, sekarang siapa mau mulai duluan? Atsushi? Oke, ini ambil senternya."
Kamu mendengar suara remaja delapan belas tahun itu berdehem. Semua penerangan selain senter di tangan Atsushi mati. Cahaya senter menyorot wajah Atsushi dari bawah, menampilkan bayang-bayang seram pada lekukan-lekukannya.
"Ini cerita yang sudah umum di panti asuhanku dulu," katanya pelan sambil menatap satu persatu pendengarnya, "tapi rata-rata tidak percaya sebelum mengalami kejadian ini secara langsung. Dulu ada suster muda yang gantung diri di pohon apel halaman belakang panti."
Kunikida yang duduk di dekat pohon agak menggeser posisi duduknya agar lebih jauh.
"Wah, menarik sekali," kedua belah tangan Dazai bertepuk tangan semangat, "apakah dia cantik?"
"Hah... umm, ya, kudengar, lumayan cantik..."
"Apakah dia sudah menikah?"
"Belum, Dazai-san," buru-buru Atsushi menambahkan agar ia tidak dipotong lagi, "itu dia masalahnya... dia sudah bertunangan, tetapi hubungannya tidak direstui. Hidupnya juga sedang sulit. Akhirnya, dia memutuskan untuk gantung diri seperti itu..."
"Apakah alasannya itu benar-benar karena dia sudah bertunangan?" Kamu mendengar Ranpo angkat bicara, "Sangat tidak masuk akal! Untuk seorang suster yang telah bersedia mengabdikan dirinya di panti asuhan seperti itu, pastinya ada motif lain. Aku memang belum tahu apa-apa soal hidupnya yang sulit itu, tetapi aku akan segera tahu alasan dia bunuh diri. Adakah petunjuk yang lain?"
"Ranpo-san, kita sedang bercerita seram, bukan cerita detektif."
Kamu dan Atsushi berterima kasih kepada Kunikida yang teringat konteks. Ranpo sepertinya mengeluh karena ia lebih bersemangat menebak siapa pembunuh suster itu sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The First Drabbology : 2018 Summer Drabbles
Fiksi PenggemarBeberapa drabble BSD x (Female) Reader yang saya buat untuk hiburan musim panas ini (yang, sayangnya, terlambat sekali selesainya). Apakah kamu sudah melihat kembang api, main di festival, dan makan kakigori? Genre-nya banyak, karena setiap chapter...