Bagian 4

107K 3.3K 48
                                    

Desahan Bhian sudah menjadi-jadi. Setelah berapa lama, Arya mempercepat gerakannya dan detik berikutnya menghantamnya dengan amat kuat lalu berhenti. Menarik pinggang Bhian kuat-kuat dan menahannya agar masuk sedalam-dalamnya.

"Ahh..." Desah Arya menikmatinya.

"A-apa yang kau lakukan?" Tanya Bhian menyadari Arya mencapai klimaksnya dan mengeluarkannya di dalam.

Bhian berusaha membawa tubuhnya menjauh. Tapi Arya justru menariknya agar masuk lebih dalam lagi.

"Tidak... Arya, aku bisa hamil," panik Bhian.

Arya nampak tidak peduli, setelah selesai dengan semua pelepasannya, dia lalu mencabutnya pelan. Kemudian ambruk di samping Bhian, lemas. Arya miringkan tubuh Bhian supaya bisa membuka ikatannya.

"Segera hubungi aku kalau hasilnya positif," Kata Arya tersenyum sengit.

Bhian terdiam, mudah sekali Arya mengatakannya. Padahal Bhian, sekedar membayangkannya saja tidak berani.

"Apa sebenarnya yang kau lakukan?" Tuntut Bhian memutar tubuhnya menatap Arya dengan kesal.

Arya yang sudah terpejam tersenyum.
"Aku hanya lupa mencabutnya," Jawabnya.

"A-apa?" Tanya Bhian tak percaya.

"Lagipula itu lebih nikmat kalau dikeluarkan didalam kan?" Lanjut Arya.

"Arya, aku serius." Kata Bhian.

Arya membuka matanya, menatap Bhian, masih tersenyum.
"Aku juga," Jawabnya, tapi masih terdengar bercanda.

Bhian menyerah dengan kesal. Lelaki ini keras kepala, seenaknya sendiri juga menyebalkan. Dan semalam dia bilang banyak gadis mengejarnya? Yang benar saja, mereka pasti buta. Apa yang bisa digilai dari lelaki ini? Ia  hanya tampan dan kaya.

Oh baiklah, setelah Bhian pikir lagi, memang tampan dan kaya sudah cukup bagi sebagian wanita untuk menggilai seseorang. Tapi jelas Bhian bukan salah satu dari wanita itu.

"Mau kemana?" Tanya Arya menahan tangan Bhian saat ia bangkit sudah duduk di tepian ranjang.

"Mengambil ponsel," Jawab Bhian menarik paksa tangannya, kesal.

Dia memungut tasnya yang terjatuh di samping ranjang. Kemudian terdengar dering telepon. Dari ponselnya Arya.

"Ya?" Jawab Arya masih berbaring.
"Oh benarkah? Bisa kau menggantikan aku? Kurasa aku tidak akan ke kantor hari ini. Hahaha... Jangan bertanya kenapa. Begitukah? Baiklah... Kirim nomor rekeningnya padaku, aku akan mentransfernya dari sini. Ok. Ya, baiklah," Kemudian mengakhirinya. Lalu masih berkutat dengan ponselnya.

Bhian mengecek apakah Risa mengirimkan pesan atau tidak. Satu malam tidak pulang membuatnya cemas dan penasaran dengan keadaan ibu. Sebentar kemudian ada laporan sejumlah uang masuk ke rekeningnya. Bhian membukanya. Dari Arya lagi, 30 juta yang lainnya.

"H-hey..." Kata Bhian menatap ke arah Arya dengan bingung.

Arya menoleh.
"Apa itu kurang?" Tanyanya tersenyum.

"Sudah ku bilang bukan ini maksudku," Jawab Bhian jadi kesal.
"Kau tidak perlu mengirim apapun. Cukup biarkan aku pergi."

"Akan ku kirim lagi kalau itu kurang."

"Tidak. Aku akan mengembalikannya padamu, lalu biarkan aku pergi," Kata Bhian bersikeras.

"Aku akan mengirimnya dua kali lipat tiap kau mengembalikan itu padaku," Kata Arya tenang kedengaran serius.

Mungkin juga terdengar seperti tawaran menggiurkan bagi orang lain, tapi itu terdengar seperti ancaman bagi Bhian. Dia benar-benar ingin pergi. Uang itu membuatnya merasa sebagai pelacur. Dia tidak menginginkan uang lagi. Uang yang dikirim Arya semalam saja sudah lebih dari cukup baginya.

Bhian [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang