'Apa mungkin aku salah orang?' pertanyaan itu terus mucul di benak Dewi. Memang selama ini Dewi merasa aneh, wajah Adam kecil tak satupun yang mirip dengan Adam yang sekarang.
Makanan kesukaannya pun berubah, dulu Adam tak suka wortel tapi beberapa waktu lalu saat Dewi bawa bekal ke kampus, dengan lahap Adam memakan wortel yang katanya sayuran favourit sejak kecil.
Lalu ulat itu? Dewi terus menggali ingatan-ingatannya, benar! Dewi juga baru sadar kalo Adam sekarang takut dengan ulat padahal dulu Adam mengajarkan Dewi memegang ulat supaya tidak takut ketika Boni berbuay jahil padanya.
Seminggu ini Dewi tidak masuk kampus dan tidak ingin ditemui siapapun termasuk Adam. Tiap pagi Adam ke rumah tante Reni berharap Dewi mau menemuinya. Tapi dengan alasan sakit Dewi tidak ingin siapapun berkunjung ke rumahnya.
'Lalu kenapa cincin itu ada pada dia?' Tanya batinnya menatap langit, air matanya tak hentinya menetes. 'kenapa dia berubah?!' Dewi berharap langit menjawab segala tanya hatinya itu.Seolah mendapat ilham dari langit, tiba-tiba saja Dewi mengingat sesuatu! Buru-buru dia mengambilnya dan memutuskan akan menemui Adam esok hari. Dipeluknya dengan erat barang bukti itu 'semoga memang engkau yang aku cari Dam' Harapnya hampir putus asa
**
"Dewi kamu udah sehat?" Dewi sudah berada di kelas Adam.
"Yaa" Dewi mengangguk pelan
"Beneran??" Adam berdiri meletakan dengan lembut telapak tangannya ke kening Dewi.
"Masih anget!" Adam sedikit khawatir.
"Tak apa" Dewi tersenyum kecil.
"Sarapan yuk?" tanpa menunggu jawaban Adam menarik tangan Dewi, lama Dewi menatap cowok itu. Perasaannya makin kalang kabut! Dia mencintainya tapi takut! Takut kalo ternyata dia salah orang."Maaf ya kemarin aku gak mau dijenguk kamu"
Adam mengantar Dewi ke kelasnya setelah sarapan tadi.
"Tak apa, yang penting sekarang kamu sudah baikan" Adam memegang erat tangan Dewi. Mengelus-elus punggung tangannya dengan lembut, jujur Dewi suka tapi sedetik dia langsung melepasnya.
"Ini" Dewi memberikan paper bag yang sedari tadi ia tenteng."Apa ini?" Adam mengerutkan kening.
"Buka aja" Dewi deg-degan ingin tahu respon Adam.
"Jaket Juventus?? Punya kamu Wi??" Mendengar itu Dewi langsung kecewa.
"Yaa. Buat kamu" ucapnya menahan isak.
"Maksih ya? Walau sbnrnya aku suka Real Madariid tapi Juventus juga keren" Adam sumringah.
"Ok. Aku masuk dulu" Dewi kemudian melengos pergi. Air matanya langsung jatuh untung saja Adam tak melihatnya.**
"Kamu pulang duluan saja Adam, aku masih banyak tugas" ucap Dewi menutup telponnya. Lalu dia bergegas ke gedung rektorat mencari ruangan administrasi.
Dewi meminta daftar absensi mahasiswa kelas arsitektur. 'Bodoh! Kenapa ga dari dulu gw cek!' ucapnya dalam hati sebari melihat deretan nama mahasiswa di daftar itu.
'Muhammad Adam Zulfikar' ucapnya dengan mulut bergetar.Semakin yakin aja itu bukan orang yang ia cari. Ya! Nama Adam yang dia cari adalah Adam Malik Prasetyo. Makin gak karuan perasaannya tapi masih bisa berfikir jernih, lalu Dewi menelpon Khaira.
Dia meminta alamat rumah Adam. Selama ini Dewi tak pernah diizinkan Adam main ke rumahnya dengan alasan dia tinggal di rumah kakeknya yang super galak! Tak boleh bawa main perempuan ke rumah.
Kurang dari setengah jam kemudian Dewi sudah ada di depan rumah Adam. Sengaja dia melihat sekitar takut Adam sudah pulang ke rumah, ternyata dia tidak ada. Dewi menyuruh taksi menunggunya.
Setelah mengetuk pintu rumahnya Dewi melihat sosok wanita yang mengaku ibunya Adam. Usianya sekitar 67 tahunan dan ternyata Adam anak ketiga dari tiga bersaudara. Kian terbukti saja bahwa dia bukan Adam yg Dewi cari. Kembali ke taksi, Dewi menangis sejadi-jadinya 'Dimana kamu sebenarnya Adam???'
Sementara itu
Sekitar jam 2 Adam pulang.
"Tadi ada temen kamu kesini" ucap ibu ketika baru saja Adam duduk di balkon membuka sepatu kets nya.
"Temen? Siapa ya?" Adam merasa tak punya janji dengan siapapun.
"Perempuan, kayaknya belum pernah kamu ajak maen ke rumah deh" sahut ibu Adam membuat Adam kaget."Dewi??"
"Iya Dewi" belum sempat ibunya ngomong panjang lebar Adam langsung kembali ke mobil. Meluncur dengan kencang meninggalkan ibunya yang sedang teriak memberi pesan "Jangan ngebut-ngebut saying!".
Perasaan Adam tak enak, akhir-akhir ini Dewi tampak dingin terhadapnya. Adam menelpon Dewi tapi nomornya tak aktif.
'Ya Allah semoga dia baik-baik saja' Adam meluncur ke rumah tante Reni. Dewi tak disana!
"Win, ada Dewi?" Dengan panik Adam menelpon Wina.
"Gak ada Dam. Dari pagi aku gak ke kampus" ucap Wina disebrang sana.
"Kayaknya Dewi tahu Win! Dan sekarang dia pergi gak tahu kemana" ucap Adam membuat Wina menjatuhkan air matanya."Cari dia Dam! Demi aku" ucap Wina resah.
"Ya" Adam lalu memutar otaknya
'Dimana kamu Wi'
Adam memutar arah mobilnya lalu menuju tempat yang yakin Dewi kunjungi karena cuma itu yang dia tahu. 'Semoga kamu kesana Wi'Sampai di tempat Adam berlari mencari sosok Dewi. Tak satupun orang yang dia kenali lalu ke arah utara dimana dia dulu bertemu dengan Dewi. Ya, sosok itu sekarang ada sedang menatap laut dengan penuh isak tangis.
"Dewi...! Syukurlah aku menemukanmu" Adam masih dengan nafas yang tersengal.
"Kembalikan cincin giok itu!" Dewi menatap sinis wajah Adam
"Maksud kamu??" Adam pura-pura bingung.
"Dimana Adam gua?! Lu bukan Adam yang gua cariiiii!!!" teriak Dewi histeris air matanya terus mengalir."Dewi kamu kenapa? Sampai kasar begitu omongan kamu" Adam berusaha menenangkan Dewi yang sudah tak karuan.
"Kembalikan cincin itu! Gua udah tahu semuanya!" hati Adam langsung terasa sakit dan kini Adam hanya bisa mematung dihadapan Dewi.
"Meli, Nesya, Khaira. Lu tahu itu siapa kan?! Apalagi Khaira, orang yang udah lu pacarin dari jaman Smu sampai kemarin..." Dewi tak sanggup meneruskan ulasan kisah cinta Adam dan Khaira."Lalu jaket tadi pagi, lu tahu gak kalo itu jaket Adam yang dulu dia kasih ke gua waktu gua ultah 17 tahun! Dia bela-belain ke Ciwidey hanya untuk ketemu gua tapi ga berhasil! Lalu dia taro tuh jaket di tepi danau"
Semakin terpukul Adam melihat Dewi yang penuh emosi.
"Lu malah nanya ini jaket siapa" Dewi tertawa sebari menahan tangisnya yang terus saja tak mau berhenti."Nama lu Muhammad Adam Zulfikar bukan Adam Malik Prasetyo! Begonia gue! Bego banget sampe bias dibohongin ama lu!" Dewi teriak memarahi Adam yang kini tertunduk lesu "termasuk gua dilarang maen ke rumah lu dengan alasan klise dan ternyata lu memang bukan Adam yang gua cari!"
"Lu kejam!! Dimana Adam gua?! Dimana??!" Dewi memukul-pukul dada Adam, tak sedikitpun Adam bergeming.
"Pukul aja aku Dew, sampai kamu puas" mata Adam mulai memerah.
"Kenapa lu boongin gua hah?! Kenapaaaaaa???"sorot mata Dewi penuh amarah.
"Jangan-jangan lu udah nyuri ni cincin dari Adam gua biar dia gak bisa ketemu ama gua dan sekarang dia sekarang lagi bingung nyari-nyari gua!"Dewi sudah tak bisa di kontrol lagi emosinya.
"Tenang Dew, nanti aku jelasin semua. Sekarang kamu tenang dulu. Kamu udah salah paham"
Adam memegang kedua bahu Dewi tapi segera Dewi tepis.
"Gimana gua tenang! Gua lagi mikirin nasib Adam yang lu curi cincin gioknya! Dan dia pasti lagi bingung nyri gua" Dewi makin ga karuan dia masih meneriaki Adam.
Dan Adam makin gak mau disudutkan terus menerus, tanpa pikir panjang Adam menggeret tangan Dewi.
"Baik! Aku akan tunjukan keberadaan Adam sekarang" entah ini benar apa salah tapi Adam sudah tak tahan. Dengan tergesa Adam berjalan membawa Dewi.. Di mobil tak henti2nya Dewi menangis sebari terus menuding Adam yang bukan-bukan. Adam hanya diam sebari menahan airmatanya yang sudah ingin keluar.
Lalu Dewi terkejut ketika Adam turun didepan TPU daerah Jaktim.
"Lu? Mau ngapain ajak gua kesini?" Tanya Dewi dengan perasaan campuraduk, Adam tetap diam lalu dia terus menuntun Dewi ke arah yang hendak dia tuju."Tidak! Tidak! Ini tidak benar! Tidak!! Ini..." Adam membawa Dewi ke depan satu kuburan yang batu nisannya bertuliskan Adam Malik Prasetyo bin Wahyu.
"Tidaaaaak!! Ini bukan dia!! Ini bukan Adaaamm!!" Dewi berteriak histeris pandangannya langsung gelap.
YOU ARE READING
Finally, I Found You Adam (revisi)
RomanceBagaimana bila seseorang berjanji untuk menemuimu di kemudian hari? Bagaimana bila kau menemukannya? Bagaimana bila yang kau temukan bukanlah yang kau cari? Bagaimana bila yang benar-benar kau cari telah kau temukan dalam wujud lain? Bagaimana bi...