Mark tidak bisa mengingat banyak. Namun dari waktu di dunia ini yang dihabiskan, ia hanya bisa mengingat momen terakhirnya. Di mana semuanya begitu terang dan mengabur untuknya.
He's floating. Floating.
"Why?" Seseorang bertanya padanya, ada pria yang duduk di sampingnya. Mark tidak bisa melihat wajahnya, it's too bright and blurry. "Ini salahmu. You did this to me."
Mark tidak bisa berkata apa pun meski ia amat menginginkannya.
Kemudian entah bagaimana, adegannya langsung melompat pada di mana pria itu memaksa Mark untuk berbaring. Lutut pria itu menancap di samping bahu Mark, memenjarakan tubuh Mark.
Tiba-tiba saja kedua tangan pria tersebut ada pada leher Mark, mencekiknya sekuat mungkin. Mark dapat merasakan dirinya sulit untuk menarik napas. Mark membuka mulutnya, meraih tangan yang ada di lehernya, namun tidak menghasilkan apa pun.
He can't breathe.
Oh, God, he can't breathe.
It hurts.
"You deserve this." Masih kata pria itu, napasnya juga ikut terengah. Meski Mark tidak dapat melihat wajahnya secara jelas, namun entah bagaimana caranya Mark dapat membayangkan bahwa pria itu menangis. "Goodbye, Mark."
Dan tiba-tiba saja hujan deras. Titik-titik airnya menghalangi pemandangan Mark dan meleburkan dunia di sekitarnya jadi gelap gulita.
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀⠀⠀
Kemudian ketika Mark membuka matanya lagi, pemandangannya disambut oleh langit ruangan yang agak gelap. Catnya bersih dari noda bocor bila hujan. So it's not his room.
Ada sebuah televisi yang menghadap ranjang di mana ia sedang berbaring. Oh, benar-benar bukan rumahnya.
Ada cahaya lampu hangat dari samping wajahnya. Pandangannya masih amat buram, sehingga ia baru mendapati bahwa ada sosok seorang pria berdiri memunggunginya—menghadap kaca jendela yang terbuka. Pria dengan jas yang warnanya mencolok mata itu terlihat sedang asyik berbincang dengan seseorang melalui ponselnya.
" ... I mean, yeah, I sucked his dick, that's all. Asal kau tahu saja, dia itu benar-benar membosankan, ugh!" Pria itu memutar tubuhnya sedikit, sehingga profil sampingnya dapat Mark lihat, namun ia masih tidak mengadap Mark. "Kalau bukan karena Lamborghini-nya, tidak mungkin aku mau menyia-nyiakan waktuku seperti itu. Benar-benar tua dan kuno, just ew."
Mark mengernyitkan keningnya, hal-hal di sekitarnya malah makin membuatnya kebingungan. Ia ingin memanggil pria itu dan bertanya padanya what is going on, where am I, why am I here, dan who are you. Namun suaranya tak kunjung keluar, justru Mark jadi menyadari bahwa sedari tadi napasnya terputus dan terengah. It's hard to breathe.
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ Fated Blue ❞ ━ lumark
RomancePengangguran, banyak tanggungan, kesepian, kebetulan juga mantan kekasih Mark pada saat itu hampir membunuhnya. ✿ ✿ ✿ + full baku. + teen to semi mature-rated (just adult stuff).