CHAPTER 5

2 0 0
                                    

HY HY AKU BALIK LAGI NI😁. AKU NULIS 3 PART SEKALIGUS LOH... BAIK KAN AKU...😆
PLEASE VOUMENT YA MAN- TEMAN.... HIKSS HIKSS JDI SEDIH DEH, RINDU YANG LAGI DIBANDUNG😭😭

setelah perdebatan panjang antara kami bertiga, yang tentunya bertopik utama Kapten tampan, rupawan, dan dermawan si Yudha, dan mengapa ia bisa-bisanya mengerjai diriku dengan acara pura-pura pingsan segala.

Tapi Yudha tetap saja seorang Yudha, biarpun tak ada orangnya disini sekalipun, pesona nya tetap saja tak terkalahkan, sampai-sampai si Ima dan Oci menyalahkan diriku atas perkara itu... Hellowww sahabat macam apa mereka. 😒

tidak seharusnya aku mengacuhkan yudha, tidak seharusnya aku marah-marah, tidak seharusnya aku ini, tidak seharusnya aku itu dan bla bla bla. Apaan si mereka, kan aku jadi Kekih masa sahabat sehidup semati ku mala belaain Yudha dibandingkan aku. Hiks hiks.. Jahat kan mereka gengs..😭

FIUUHH

"akhirnya dua mahluk langkah ini tertidur juga." Aku melirik kedua sahabatku sepertinya mereka sudah memasuki alam mimpi mereka masing-masing.

Namun kondisi itu beda tigaratus enampuluh derajat dengan ku. Aku benar-benar tak mengantuk sama sekali.

persetanlah dengan mata panda, muka berjerawat & efek-efek yang bakal mengurangi kecantikan ku secara hakiki.😱

sekarang sudah menunjukkan pukul 01.30. "Ah kenapa sih".
aku terus memikirkan pria menyebalkan itu" sembari mengetuk-ngetuk kepala ku, berharap dengan begitu pikiran tentang Yudha akan sirnah begitu saja.

Sekali lagi aku melirik benda mungil kesayanganku itu,  yang teronggok malang diatas lemari. Benda itu sudah berhenti berbunyi sekitar 2 jam yang lalu. "Mungkin Yudha sudah tidur" aku membatin.

YUDHA POV

Namun ternyata tebakan Ara salah, Yudha masih terjaga. Mungkin kondisi Yudha lebih prima dibandingkan Ara saat ini. Yudha terbiasa menghabiskan malam tanpa tidur sekalipun.

Sorot mata tajam, tangan terkepal erat sehingga memperlihatkan urat-urat ditangan Yudha nampak memutih. Tatapan mata itu, seperti akan menembus dinding beton yang menghalanginya. Pandangan Yudha beralih pada handphone yang tergletak tidak jauh ditempat Yudha berdiri sekarang, dengan layar masih menyala, menandakan ada telpon yang ia terima beberapa saat yang lalu.

ARA POV

Dret dret dret..
Benda mungil itu bergetar disertai lagu like i'am gonna lose you dari Meghan Trainor yang mengalun merdu menandakan ada panggilan masuk.

Uhh, siapa ya yang nelpon. Ara mengedipkan matanya berkali-kali, mencoba mengembalikan kesadarannya. Yang baru ia sadari bahwa sedari tadi ia tertidur.

Ara menjulurkan tangan ke arah lemari untuk mengambil handphone miliknya. Ara menggeser tombol hijau kemudian menempelkan benda mungil itu ditelinga.

"Halo" suara serak khas orang bangun tidur keluar dengan sempurna dari mulutnya, membuat seseorang diujung sana memhembuskan nafas kasar, pertanda bahwa ia benar-benar menelpon disaat yang salah, ia telah mengganggu tidur gadis kesayangannya.

Hem,
Yudha sedikit berdehem.
Seketika kesadaran Ara sudah terkumpul seratuspersen, ia terkejut dan menatap layar handphone lekat.

"Ah", ara frustasi, ia tak sadar bahwa yang sedang menelponnya adalah Yudha. Akibat terlalu lama berperang dengan kedua sahabatnya, serta pikiran yang tak bisa diajak berkompromi, membuat ia menjadi seperti orang linglung saat ini.

"Tiara, tolong jangan tutup telponnya, Yudha melanjutkan pembicaraannya yang sempat tertunda.

Ara yakin, Yudha sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Terdengar dari suaranya yang sedikit bergetar. Ara sangat mengenal Yudha, walaupun persahabatan mereka bisa dibilang lumayan singkat untuk mengenal satu sama lain lebih dalam lagi. Namun Ara sangat yakin bahwa Yudha sedang berada dipuncak emosinya saat ini.

"Aku dibawah"

Sebelum Ara membuka mulutnya untuk bertanya. Yudha sudah terlebih dulu menjelaskan. "Di bawah, di depan rumah mu".

Ara milirik jam dinding dikamarnya yang menunjukkan pukul 03.00. Apa Yudha sudah gila, datang kerumahnya dijam segini. Pria ini benar-benar.

Ara menghembuskan nafas jengah menandakan bahwa ia tidak suka dengan sikap Yudha saat ini, menurutnya ini terlalu berlebihan, kalau cuman untuk sekedar minta maaf.

"Tiara, Yudha memanggil Ara lagi, memastikan bahwa Ara  masih mendengarkan ia bicara.
"Ok, aku segera turun".

Aku bergegas turun serta mengambil cardigan yang tergantung dipintu kamar.
Gak akan ada adegan jatuh terguling dari tangga lagi kok😁, belajar dari pengalaman dong akunya.. hihihi

Aku menatap pria yang sedang berdiri tak jauh dari tempat ku berdiri sekarang.
Aku memicingkan mata, sepertinya ada yang aneh dengan pria itu. Ia tampil beda malam ini, mungkin menurut ku sih, terlalu beda, terlalu berlebihan mala.

seragam lengkap, khas seorang anggota perwira kepolisian, seragam yang biasa ia gunakan saat ia bertugas.

seragam cokelat yang sangat pas dan memperlihatkan bentuk tubuh atletis miliknya, baret dengan warna senada yang menambah ketampanannya menjadi berlipat-lipat ganda.

"Tiara".

Aku terkesiap.
"ok aku ketahuan".
aku berharap pria itu tak menyadari bahwa aku sedang terkagum-kagum dengan keindahan dari ciptaan tuhan yang satu ini.

"Hem, o iya Yudha" , aku tak yakin klw suaraku terdengar mulus mala terdengar sangat mengenaskan.
Fiuhh pesona Yudha benar-benar membuat diriku gagal fokus...

"Kamu baik-baik saja Tiara....?"
Yudha menangkupkan kedua tangan miliknya ke muka ku secara tiba-tiba. Hal itu sukses membuat tubuh ku membeku seketika.

#Ok Ara relaks, please jantung jangan berdisko ria gini deh.. aduh kok aku panas dingin gini si...
aku benar-benar berharap yudha tidak mendengar umpatan-umpatan yang ku tujukan untuknya barusan. Kayaknya bukan umpatan deh, mungkin pujian.hehehe

"Tiara"...

sekarang tangan Yudha sudah berpindah mengelus puncak kepala ku lembut.

#wow apalagi ini, aduh kok Yudha tiba-tiba manis gini sih, meleleh dong aku...

"Aku harus pergi"

Yudha memalingkan muka, seperti ada sesuatu yang ia tak ingin aku ketahui.

Seperti ada kilatan emosi dimata Yudha, namun aku terlalu takut untuk sekedar bertanya.

Yudha menatap ku lekat, ada raut kecemasan disana dan aku tahu itu. 

"Yudha"

aku  memanggilnya lirih, menatap bola mata cokelat itu dalam.

"Hem" "ya tiara"

ia menatapku tak kalah intens.

"Yudha, semuanya akan baik-baik saja.
"All is well".

Aku memberi tekanan disetiap suku katanya yang ku ucapkan, walaupun sejujurnya aku tidak tahu masalah apa yang sedang Yudha alami.
Aku menyentuh punggung tangannya.
Mencoba menyalurkan kekuatan disana, dan meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Penantian & PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang