Terik matahari memasuki kaca jendela kamar pada pagi hari. Cahaya yang tak begitu menyilaukan masuk melewati celah jendela dan menerangi sebuah ruangan berisi gadis muda. Gadis tersebut memakai pakaian santai dan memainkan ponselnya di atas ranjangnya, karena ini hari libur.
Tak lama, sang Mama dari gadis ini memanggilnya untuk pergi makan bersama di meja makan. Ia mematikan ponselnya, dan melompat semangat kearah ruang makan. Karena perutnya yang kosong, dengan secepat kilat gadis itu sampai di dalam ruang makan.
Papa dan Mama-nya telah menunggu kehadiran gadis mungil satu satunya itu di ruang makan. Entah baru terjadi apa, suasana sarapan pagi ini terasa aneh, sendu, bahkan sedih. Tak seperti biasanya, suasana senang, bahagia, menyenangkan, dan hangatnya ke-keluargaan.
Gadis mungil itu kini telah duduk pada bangku makan yang biasa ia tempati. Masih dengan bertanya tanya, ia memperhatikan gerak gerik Mama - Papanya yang bahkan tidak mengucapkan selamat pagi kepadanya.
"Mama, Papa, Ada apa ini??" tanya gadis itu.
Sang Mama hanya meliriknya sebentar dan melanjutkan kegiatannya mengambilkan lauk sarapan kepada masing masing piring.
"Mama. Papa. Ada apa ini?? Kenapa diam?? Suasana ini tidak menyenangkan bagiku" gadis itu mulai tak sabaran lantaran didiamkan.
"Mama! Papa! Aku tidak suka seperㅡ"
"Cukup diam sebentar dan habiskan makananmu, Avellyn Jasper!" sela Papa gadis itu.
Avellyn yang mendengar perkataan Papanya hanya mampu terdiam dan menunduk. Biasanya, jika nama lengkapnya telah diucapkan, maka sesuatu yang buruk telah ia lakukan.
Setelah sekian waktu berlalu dalam diam. Mama Avellyn angkat suara.
"Avellyn. Maafkan kami." ucap Mama.
"Ma-maaf?? Untuk apa?? Harusnya aku yang meminta maaf pada kalian karena terlalu banyak bicara di meja makan" Avellyn tertunduk.
"Tidak Avellyn. Bukan itu." balas Mama.
"Lalu??"
"Maafkan kami, Avellyn. Kami harus meninggalkanmu sendirian disini, karena kami akan dipindah tugaskan di luar negeri, Paris" sambung Papa dengan wajah sendu.
"Paris?? Sejauh itu?? Kenapa tidak bawa saja aku??" tanya Avellyn.
"Kau sudah tidak butuh sekolah?? Atau kau ingin menjadi orang bodoh dan bercita cita menjadi gelandangan??" tegas Papa.
"Jika aku sekolah disini pun, aku sendirian Papa, Mama! Siapa yang mengurusku??!" suara Avellyn bergetar.
"Tenang Avellyn. Kami sudah mendaftarkanmu pada Asrama. Sekolahmu terjamin disana" ucap Mama serius.
"Asrama??! Dengan mudahnya kalian menyuruhku tinggal di asrama, sedangkan kalian bermewah mewah di Paris"
"Ini juga demi kau, Avellyn! Sudahlah! Kemasi barangmu, dalam beberapa hari lagi kau akan menemui Mr.Woods, kepala asrama Wigglesworth." ucap Papa yang disusul oleh kepergian Papa dan Mama keluar rumah.
Avellyn berlari menuju kamarnya, naik keatas ranjang, dan menutup wajahnya menggunakan bantal. Dadanya sakit menahan isakan. Namun tak lama pertahanannya runtuh, semakin lama tangisnya semakin keras menyuarakan ketidak adilan ini.
Avellyn tertidur. Lelah menuangkan semua emosi dalam dirinya.
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Avellyn bangun pada siang hari. Matahari sudah sangat terik. Mukanya sembab karna tangisnya.
Avellyn turun untuk mengambil minum. Ia melihat kedua orang tuanya di ruang tamu. Gadis itu berjalan menuju meja makan. Avellyn memikirkan apa yang akan terjadi padanya di asrama itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woods Dormitory
FanteziePerasaan aneh mulai menyeruak ke seluruh asrama Wigglesworth saat anggota baru datang, Avelyn dan Dean. Sesaat setelahnya, gerbang tertutup untuk selamanya dan tak ada yang dapat keluar dari tempat itu kecuali memililki sesuatu yang menepis semua ke...