Keesokan pagi. Lapangan dipenuhi oleh kelas XII IPA 3. Karena sedang jam olahraga. Aurel dan ketiga temannya sedang mengobrol ditengah lapang sambil bercanda riang. Menghalangi murid cowok yang sedang bermain basket.
"Aww.." pekik Dinda saat bola basket mengenai punggungnya.
"Woi punya mata kaga!" teriak Dinda pada Kevin, teman sekelasnya.
"Lo ngobrol gak liat tempat sih." kata Kevin sembari menghampiri Dinda dan mengambil bola yang ada dibelakang Dinda.
"Lo hati hati bisa kan?"
"Lo minta hati gue?" goda Kevin.
"Ih ogah ya!" ketus Dinda.
Kevin melempar arah bola itu pada temannya. Dan kembali bermain basket.
"Eh busett bukannya minta maaf. Malah nyelonong aja kek kucing."
Aurel pun yang melihatnya hanya menggeleng gelengkan kepalanya.
Aurel mengalihkan pandangannya pada sekitar. Dan matanya bertemu dengan sosok Rizki yang sedang memandangi sambil bersandar ditembok.
Kemudian cowok itu berjalan. Pandangannya tertuju pada Aurel. Begitu masuk lapangan. Pandangan siswa mengikuti gerak cowok itu. Salah satu siswa ada yang menyurakinya karena telah berjalan seenaknya disaat yang lain sedang bermain basket.
Aurel menatap Rizki bingung. Segera Aurel membuang muka dan melihat kearah lain. Rani sudah tahu bahwa Rizki akan menghampiri Aurel. Maka Rani menarik Jihan dan Dinda untuk berada dibelakang Aurel.
Setelah sampai dihadapan Aurel. Rizki memegang dagu Aurel dan menariknya agar mendekat. Semua yang ada dilapangan menyaksikan itu. Aurel kaget bukan main, matanya terbuka lebar. Kini bibir Rizki sudah berjarak milimeter dengan bibir Aurel. Belum sempat Aurel menutup mata. Rizki melakukan niatnya itu. Tangannya memeluk leher Aurel agar tidak menghindar darinya.
Usaha Rizki tidak tuntas. Karena tiba tiba ada yang menarik kerahnya dari belakang.
Satu pukulan tepat mengenai wajah Rizki. Pria yang memukuli Rizki belum juga puas. Ia terus menghantam lawan dihadapannya, tidak memberi kesempatan untuk Rizki membalasnya.
"BRENGSEK" teriaknya dan melanjutkan pukulannya.
"Al udah" kata Aurel sambil memegang sebelah tangan Alka dan menariknya.
Karena Alka merasa sudah lelah. Barulah dia berhenti. Padahal jika masih ada tenaga, dia masih ingin menghajarnya sampai benar benar habis.
Beberapa murid membawa paksa Rizki pergi dari lapangan. Khawatir bila Alka akan menghajarnya lagi.
Tanpa banyak bicara Alka membawa Aurel kedalam kelas Aurel yang sedang sepi. Dan menutup pintu dengan kasar. Pria itu bersandar pada pintu sambil memejamkan matanya. Wajahnya yang masih bersih tidak ada yang terkena luka. Nafasnya yang tidak beraturan, membuat Aurel mendekati Alka.
"Bukan gue Al" kata Aurel parau, memberitahu kalau bukan dia yang memulai kejadian tadi.
"Gue tau Rel" kata Alka dengan nada sedikit ditekan.
***
Aksi nekad Rizki kini telah menyebar disatu sekolah. Dan menjadi topik pertama obrolan para murid.
Begitupun dengan teman sekelas Aurel yang menatapnya begitu asing. Tapi Aurel menanggapinya dengan senyuman. Seolah tak terjadi apa apa.
"Rel gue masih gak nyangka" kata Dinda sambil mendongak pada Aurel.
"Tapi gila ya tuh cowo. Katanya ketos, tapi nyontohin gak bener buat para umat." kata Rani.
"Tapi lo ngeceng kan?" goda Aurel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alkaaurel
Teen Fiction"Jangan pernah lakuin hal itu sama orang lain, kecuali sama gue." kata Alka sambil mengusap pelan belakang kepala Aurel.