00 : hujan pertama kami

42 3 0
                                    

gue menilik jam tangan yang melingkar di pergelangan kiri, kemudian menghela nafas. sudah hampir jam lima, namun sosok yang gue tunggu belum juga datang menjemput.

suara gemuruh dari langit yang abu-abu, membuat gue makin gusar. gue ingin cepat pulang, mengingat ada tugas yang sama sekali belum gue kerjakan padahal besok adalah tenggat waktu ditumpuk.

sekolah sudah sepi, bahkan kendaraan yang lewat di depan sudah jarang-jarang. gerbang telah ditutup tiga puluh menit lalu, bersamaan dengan usai nya ekskul pencak silat. sekarang cuma ada gue disini ditemani sebuah tas punggung yang berat.

gue kembali mengecek ponsel, berharap sosok tersebut membalas ratusan pesan yang gue kirim secara beruntun tanpa jeda. namun, nihil abang gue tak kunjung membalas. dibaca pun tidak.

kembali gue menyesali keputusan untuk menolak tebengan doyeon. harusnya tadi gue mengiyakan saja tawarannya kalau tahu begini. penyesalan memang selalu datang di akhir.

baterai ponsel gue semakin berkurang dan lima menit kemudian sudah tidak hidup lagi. saat ini gue sudah ditahap ingin menghilang dari muka bumi. rasanya gue ingin menangis sekencang-kencang nya dan berteriak kesal ke abang gue nanti jika kami sudah bertemu.

lelah, kesal dan nyeri pada bagian perut membuat pertahanan gue runtuh. akhirnya gue menangis juga. dan tangis gue bertambah kencang bersamaan dengan hujan yang perlahan turun. apa yang lebih sial dari ini?

gue memeluk badan gue yang mulai menggigil karena dinginnya air hujan. tidak terlalu deras sebenarnya, namun untuk seseorang yang badannya ringkih seperti gue tentunya ini cukup menyiksa.

namun tanpa gue sadari kehadirannya, sebuah jaket berbahan parasit tersampir menutupi seragam gue yang hampir basah seluruh nya. gue pun merasa kepala gue dilingkupi sesuatu sehingga tidak terkena air hujan lagi.

mata gue yang sedari tadi tertutup, akhirnya terbuka perlahan. hal pertama yang gue lihat adalah warna putih, dan gue baru menyadari bahwa itu adalah seragam sekolah. sama seperti yang gue pakai sekarang. namun tidak ada bet nama di sana, hanya ada logo osis di sisi kiri.

selanjutnya, indra penciuman gue menyapa sebuah aroma segar yang menguar. membuat gue ingin menghirupnya lama-lama. tapi, ini bukan parfum bang jeka.

gue sedikit panik, lalu mendongak terburu. dan mata gue langsung bersiborok dengan tatapan khawatir dari seseorang yang tidak gue kenal. gue mengerjap perlahan. nafasnya yang tidak teratur itu menerpa wajah gue dan menghantarkan gelanyar aneh sampai perut. tangan gue meremat lengan dengan kencang guna menghalau rasa aneh itu.

gue ingin menghindar, namun terlalu bingung dan sungkan-jujur gue merasa hangat serta aman.

"ayo gue anter pulang" suara itu terdengar tegas sedikit serak. ditengah derasnya hujan, gue masih mendengar jelas.

gue membeku sebentar, lalu setelah kesadaran gue kembali. gue menarik diri, lalu menggeleng tegas.

tapi ia tidak membiarkan gue beranjak dan berakhir terkena air hujan lagi. sosok itu merengkuh gue lalu membenarkan letak jaket -yang gue yakini) miliknya agar tidak merosot dari bahu gue. dan tangannya masih terangkat beberapa senti di atas kepala gue.

"jangan takut sama gue. gue moonbin, tetangganya eunwoo sama kael. kita pernah ketemu, mungkin lo lupa sama gue. tapi gue nggak bakal lupa sama lo" terangnya keras dengan cengiran lebar.

ia natap gue lekat-lekat anehnya kepala gue jadi pusing, "ayo gue anter" ulangnya.

gue menggeleng, "g-gak"

"gue gak bakal jahat sama lo. plis, biarin gue anter lo pulang ya? nanti lo bisa sakit kalo keujanan gini"

rasanya jantung gue meluruh sampai ke dasar lambung mendengar ucapan cowok dihadapan gue ini. tapi sebisa mungkin gue mengendalikan diri agar tidak termakan ucapannya.

gue tidak mengenal cowok jangkung ini, walau ia bilang ia tetangga kak eunwoo dan kael, gue masih tidak percaya. juga karena itu tidak menjamin apakah gue masih baik-baik saja besok.

gue menggeleng lagi. dan ia menghela nafas berat, "div, tolong ya pulang sama gue? sekali ini aja. serius gue gak punya niat jahat sama lo. walaupun muka gue muka kriminal gini, gue gak akan mungkin jahatin sahabat adek gue sendiri" katanya dengan terengah. hujan kian deras, ia masih mempertahankan posisinya.

gue merasa aneh, ketika cowok yang tidak gue kenal memanggil gue menggunakan nama. mungkin jika orang lain yang melakukannya, gue sudah lari terbirit-birit.

ternyata dia tidak se asing itu.

mata gue beralih menatap ke seragam nya yang sudah sepenuhnya basah-bahkan kaos yang ia pakai di dalam seragam terjiplak jelas akibat air hujan. gue menggigit bibir, bila gue tidak mengiyakan ajakannya bukan malah gue yang akan sakit tapi dia.

secuil perasaan tidak tega itu hadir, hingga dengan hebat mengalahkan rasa was-was yang hinggap. gue kalah, pada akhirnya mengangguk.

cowok itu tersenyum lebar, ia menggenggam tangan gue yang bergetar akibat suhu yang rendah dengan lembut. lalu dituntun ke depan sebuah motor yang terparkir tidak jauh dari tempat gue berdiri.

ia mengambil sebuah helm dari jok motor dengan tergesa, kemudian ia mengenakannya ke kepala gue dengan hati-hati.

"itu jaket nya di pake yang bener, di resletingin juga" suruh nya. gue pun mengikuti ucapannya, lalu duduk di jok motor dengan kecanggungan luar biasa.

"udah?" ia menoleh ke belakang memastikan.

gue mengangguk kaku, "udah"

setelah itu ia melajukan motor dengan kencang. di bawah guyuran hujan dan aroma petrichor yang menguar. siapa sangka, kisah kami berdua di mulai.






































haiiii, aku publish ini karena AKHIRNYA ASTRO 1ST WIN HUHUUUUU—GAK MAU NANGIS SENDIRIAN), draft ini udah cukup lama tertimbun jadi apa salahnya di publish heheheh, tapi jangan harap akan up cepat ya ( ˘ ³˘)♥ dan mungkin ada yang pernah baca pacaran; moonbin?? nah, ini versi upgradenya.

make u mine / moonbin°Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang