You/Reader
Kaki berpacu untuk menangkapnya sebelum berulah yang tidak-tidak. Anak ini sudah kelewat batas. Setelah aku menangkapmu, aku bersumpah akan menghabisimu dan mengirimmu ke neraka segera! Semua di luar rencana, dirinya tak berhasil kugapai. Tinggal beberapa centimeter, tiba-tiba wujudnya menghilang. Belum sempat menginjak rem, alhasil tubuhku menabrak Jin membuat dirinya terdorong ke depan. Masih beruntung, di depan Jin ada pagar yang menahannya sehingga raganya tak terjun bebas. Objek yang tertangkap malah Jin, dan kini kesannya seperti aku memeluknya.
“Sayang, kenapa kau begitu bersemangat? Jika ingin memelukku, tak perlu sampa berlari. Kau merindukanku ya padahal kita baru berpisah beberapa menit?” tanya Jin yang senyum-senyum sendiri.
Reaksiku hanya menampilkan senyum kecut yang sesekali pudar. Dia salah mengerti. Biarlah, setidaknya ia bahagia. Akhirnya tangan ini tetap melingkari tubuhnya hingga beberapa lama.
__________1 HOUR__________
Pulang kerja enaknya bersantai, melepas penat, membangkitkan rasa senang yang selama ini terkubur dalam-dalam. Tonight is Lady’s Night, hanya ada aku, Dasom dan Dara. Kedua wanita cantik ini berprofesi sama denganku dan memiliki ‘markas’ yang sama pula. Kami juga manusia butuh yang namanya istirahat. Di antara keduanya, akulah yang paling berbeda. Mereka sangat suka hal yang namanya shopping, aku sendiri tidak. Manicure-pedicure menjadi salah satu kegemaran mereka juga, sedangkan aku tidak pernah. Membeli produk kecantikan pun menjadi hobi keduanya, aku sebaliknya. Banyak hal baru yang kualami malam ini berkat mereka.
Selesai spa, kami bertiga keluar dari sana. Mobil Dara berdiam di depan kami siap membawa tiga wanita ini ke mana saja. Entah kenapa Dasom tampak gundah, gerakan badannya sedikit janggal.
“Aku harus ke toilet, kalian tunggu di sini!” ujar Dasom kemudian pergi masuk kembali ke tempat spa.
Hanya jeda 5 detik, Dara pun harus sibuk sendiri sama seperti Dasom. Pacarnya atau bisa dibilang tunangannya menghubungi, mungkin sekedar menanyakan kabar, sudah makan atau belum, kenapa belum tidur dan semacamnya –sangat klise. Karena urusan pribadi, Dara sedikit menjauh untuk mengangkat telepon dari sang pujaan hati. Tinggal aku yang tersisa di depan bangunan 3 lantai ini hanya ditemani mobil mahal Dara, si orang kaya –orang tuanya pembisnis sukses yang sangat kaya-raya, entah kenapa Sang Anak lebih memilih profesi detektif.
Angin malam yang sangat dingin berembus hampir membekukan seluruh tubuh. Daun-daun dan ranting pohon di sekitar bergoyang sedikit akibat embusan Sang Angin, bergesekan satu sama lain meramaikan indra pendengaran yang sedari tadi merasakan kekosongan. Suasana di sini lumayan sepi, jalanan hampir kosong, pejalan kaki hanya terdapat satu atau dua orang –itu pun tak selalu ada. Selama beberapa menit bibirku terkunci dalam keheningan, bola mataku bergerak ke sana-sini –sekedar melihat sekitar. Kesunyian terpecah, bunyi kecil derit pintu tertangkap telinga. Itu Dasom baru keluar dari dalam tempat spa.
“Maaf aku lama, tadi mengobrol dulu dengan teman lama... hehehe...” Dasom terkekeh kecil.
Wajar saja, temannya adalah pemilik tempat spa tersebut. Seharusnya sudah tutup sedari tadi, hanya saja karena kami tamu spesial, jadi tempat spa tetap buka khusus untuk kami bertiga.
“Tidak apa-apa, hidup itu memang harus sabar...” timpalku menghela napas lalu memberi senyum kecut.
“Ngomong-ngomong tadi aku melihat kau dengan seorang pria, siapa dia?” pertanyaan Dasom layangkan dan ini membuat alis kiriku naik.
“Aku sendirian dari tadi, tidak ada yang menemaniku,” aku mengedikkan bahu sambil menjawab pertanyaannya.
“Jangan membantah, jangan-jangan dia mantanmu~” Dasom mulai menggoda emosiku.

KAMU SEDANG MEMBACA
1 Hour
FanfictionKata "janji" sudah tak asing di telinga. Seringkali "janji" dianggap enteng oleh setiap manusia. Padahal jika melanggar, akan ada hukuman yang menerjang, baik itu dari manusia maupun dari Yang Maha Kuasa. Menepati janji bukanlah hal yang mudah. Baga...