high hopes [√]

h

i know it's crazy to belive in silly things
but it's not that easy

ㅡ

"silahkan masuk, anggap saja seperti rumahmu sendiri"

"ah baiklah, terima kasih...?"

"jeno, lee jeno"

"ahhh, terima kasih jeno"

"ya sama-sama, aku mandi dulu, kau bebas ingin ngapain aja" lalu aku bergegas pergi ke kamar mandi.

apa masalah gadis itu hingga ia tidak bisa berhenti menangis seperti tadi?

apakah dia habis kena pelecehan? atau apa? aishhh kenapa engkau memikirkan ini terlalu dalam jeno!

eh, tapi

kenapa dia memakai gaun pengantin?

"hei jeno, aku sudah selesai masak, cepat kesini, keburu dingin" teriak siyeon dari bawah.

dengan cepat aku memakai pakaianku lalu bergegas menuju ruang makan, dan wow, aku tak menyangka siyeon itu ahli dalam bidang memasak.

apakah dia mau menjadi orang yang memasak untuk aku dan anak-anak kita kelak?

apasih.

"kok bengong aja? itu nasi gorengnya keburu dingin jeno" ucapnya dengan nada seperti orang kebingungan.

"ah, tidak apa-apa, mari makan!"

setelah itu meja hening, tidak ada suara selain suara garpu sendok dan piring yang saling bergesek.

sepertinya kami memang tipe orang pendiam, tidak ingin banyak bicara saat makan. saat makan kalian mending menikmatinya kan daripada mengobrol?

setelah piringku kosong, aku segera bangkit dari kursi untuk mencuci piring, namun siyeon tiba-tiba menggenggam tanganku.

"jangan, biar aku saja, sudah kamu nonton aja" katanya dengan suara yang selembut kain sutra.

aku hanya mengangguk lalu berjalan menuju depan tv.

namun saat aku ingin menyalakan tv, tiba-tiba listrik mati, membuat penglihatan kami berdua tidak jelas.

"siyeon? kamu dimana?"

"aku masih cuci piring jen"

lalu tiba-tiba ada suara aneh yang terdengar

welkam tu mobail lejen

(( ya anggap aja suara setan ))

"HUAAAA" pekik siyeon.

namun tiba-tiba, listrik menyala kembali, menyisakan siyeon, dengan posisi memelukku, menenggelamkan kepalanya di dada bidangku.

ㅡ

ayo kita membentuk bubadibako