Hembusan angin sore terus bergemuruh. Daun mapple beterbangan mengikuti ke mana semilir angin menuju. Tepat di sebuah bangku taman, seorang gadis dengan mini dress putih yang melekat di tubuh rampingnya serta rambut kecokelatan yang tergerai, tengah duduk sembari terus menatap layar ponsel. Sesekali ia selipkan surai rambut yang menghalangi pandangannya karena tiupan angin.
Dia adalah Nancy. Lee Nancy. Gadis sembilan belas tahun, putri semata wayang dari CEO perusahaan industri otomotif ternama di Seoul, Lee Songjun dan istrinya yang berkebangsaan Jerman, Kristina Jilsh.
Nancy, ya dia sedang menunggu seseorang. Seseorang yang menjadi alasan mengapa ia rela duduk di sana selama hampir dua jam. Seseorang yang hampir membuat ia kecewa karena ketidakhadirannya hingga detik ini.
Nancy tak hentinya memeriksa arloji hitam yang melingkar di tangan kirinya. Tak hentinya pula ia memeriksa ponsel, mengirimi pesan bertubi-tubi pada orang yang sedari tadi ia nanti.
Ia benar-benar tidak habis pikir. Di hari yang special, seseorang yang ia tunggu itu bahkan tidak pernah menampakkan batang hidungnya. Perasaan yang berkecamuk mulai menguasai hati Nancy. Ia benar-benar kecewa. Sangat kecewa. Jika ia tahu pada akhirnya dia tidak datang, demi Tuhan Nancy sama sekali tidak akan mau menjadi orang bodoh yang rela menunggu tanpa kepastian seperti ini.
Gadis itu mulai bangkit, memasang tas jinjingnya kemudian menghembuskan napas panjang. Nancy sudah lelah, muak dan menyerah. Ya, dia akan pergi. Sebelum ia semakin merasa bodoh. Persetan dengan hari special ini, Nancy tidak perduli lagi.
Nancy berjalan mantap menyusuri jalan setapak bertebarkan daun mapple. Tak ada raut apapun yang tampak di wajah cantiknya. Hingga kemudian, seorang wanita mengagetkannya dengan tiba-tiba memberikan setangkai bunga mawar merah. Jangan tanya Nancy siapa wanita tersebut karena ia bahkan tidak mengenalnya. Yang jelas, wanita yang berumur sekitar tiga puluhan itu tiba-tiba saja memberikan ia bunga, tersenyum, lalu pergi.
Hal itu terus berlanjut seiring kaki jenjangnya melangkah. Nancy bahkan dibuat kewalahan memegangi bunga-bunga mawar dari orang-orang yang tidak ia kenali. Nancy mulai takut, apa sebenarnya maksud mereka? Mengapa kepada dirinya? Siapa yang menjadi dalang semua ini? Berbagai pertanyaan sedari tadi melayang memenuhi pikiran Nancy.
"Kau suka bunga-bunga itu, sayang?"
Suara dari arah belakang yang terdengar sangat familiar seketika mengagetkan Nancy. Sontak ia berbalik. Dan dari jarak yang cukup dekat, seorang pria berambut cokelat, memakai hoodie abu-abu dan bawahan jeans hitam, tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya pada Nancy.
"Daniel?" Nancy tersenyum bahagia. Ia berlari menghampiri Daniel yang meregangkan kedua tangan bersiap menenggelamkan Nancy ke dalam dekapannya. Dan ya, ini dia yang sedari tadi ditunggu oleh Nancy.
Kang Daniel. Pria yang sudah hampir tiga tahun menjadi kekasih Nancy. Pria yang sangat mencintai dan menyayangi Nancy. Pria yang rela melakukan apapun demi Nancy. Pria yang bersumpah akan selalu membahagiakan Nancy.
Daniel memeluk sang kekasih dengan erat. Seakan menunjukkan pada dunia bahwa Lee Nancy hanyalah miliknya dan akan selalu menjadi miliknya seorang.
"Kupikir kau tidak akan datang!" Keluh Nancy dengan manja saat masih dalam pelukan kekasihnya. Inilah salah satu tingkah Nancy yang membuat Daniel tak mampu melepaskannya. Gadis itu selalu membuat Daniel merasa menjadi pria paling beruntung setiap harinya.
"Tidak mungkin aku tidak datang" ucap Daniel, melepaskan pelukannya lalu menangkup wajah cantik Nancy serta mengelus pipi gadis itu dengan lembut.
"....Happy Anniversary sayang." Lanjutnya menarik hidung mancung Nancy dan berakhir sebuah kecupan lembut nan hangat di kening gadis berdarah Jerman itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
'HEARTBEAT'
Fanfiction"Kita sama-sama terluka karena masa lalu, jadi mari kita sembuhkan luka itu dengan belajar untuk saling mencintai" -Ong Seongwoo- Wednesday, 18/09/19 HEARTBEAT