Sadden

60 5 0
                                    

Limario berjalan pelan sembari menggenggam 2 botol vodka ditangannya, memasuki ruangan penuh buku yang sudah lama tak ia jamah bersama istrinya Rose, hampir terlupakan karena kesibukan yang mereka jalani.

"Aku kemari untuk membaca atau untuk mabuk ?" Limario menatap vodka ditangannya sembari tersenyum bodoh.

Ia sadar jika ia salah membawa minuman ke tempat yang ia sebut perpustakaan, penuh memori dan masih jelas terbayang saat sebelum ia menikah, mereka bisa seharian menghabiskan waktu ditempat ini, ketika Rose dan dirinya tak memiliki jadwal apapun. Tapi itu sudah sangat lama, buku terakhir yang mereka baca adalah buku tentang tatanan hukum negara, halaman 336.

Limario mengambil sebuah buku bersampul coklat yang cukup tebal dan mulai membukanya, "Disini terakhir kali kau membacanya, kapan kau akan mulai membacanya lagi Rojje ?"

Tatapan nanar, rak-rak dengan buku yang tersusun rapi seolah membuat tenaganya terkuras. Sakit kepala, Limario memegangi kepalanya yang sakit entah karena apa. Ia tertunduk, dengan air mata yang kini sudah tak bisa terbendung lagi. Ia mencoba meredam isakan tangisnya, berharap tak ada yang mendengarnya tengah menangis.

Dengan cepat ia mengusap wajahnya, "Harusnya kau bisa lebih kuat dari ini, dasar lemah".

Ditempat lain, yeoja yang kini tengah berkemas dengan buru-buru itu beberapa kali melihat ponselnya kemudian meletakkannya lagi, begitu seterusnya.

"Rose, apa ada masalah ?" Tanya manager Kul sembari mengamati Rose.

Rose menggeleng dengan senyuman, " Tidak ada apa-apa Oppa" Jawabnya sembari kembali memasukkan lagi barang-barangnya ke tas.

"Aku lihat kau sedang tidak tenang, tidak seperti biasanya" Ucap manager Kul.

Rose berdesah, "Hmm" Ia kembali melihat ponselnya, "Limario tidak menghubungiku seharian ini, aku merasa sedikit khawatir" Ucapnya seraya memasukkan ponselnya ke dalam tas kecilnya.

"Mungkin dia sedang bekerja" Ucap manager Kul sekenanya, sebenarnya ia tahu alasannya namun ia tak mau membuat Rose bertambah khawatir.

"Oppa, aku pamit dulu. Aku harus segera pulang" Ucap Rose sembari mulai meninggalkan tempatnya.

"Tunggu" manager Kul menahan Rose, "Ayo ku antar, aku tidak bisa melepaskan tanggung jawabku begitu saja, aku tahu suasana hatimu sedang tidak baik jadi ku rasa akan lebih baik jika kau tak menolak ajakanku." Ucapnya seraya menggandeng Rose menuju mobilnya.

"Tolong antarkan kami ke rumah Nona Rose dengan segera" Pinta manager Kul kepada sang sopir pribadinya.

"Baik" Ucap sang sopir diiringi mobil yang mulai melaju meninggalkan kawasan studio.

Rose berkali-kali melihat ponselnya, berharap ada pesan atau panggilan dari sang suami namun nyatanya nihil.

"Kau tidak coba menghubunginya Rose ?" Tanya manager Kul sembari melihat Rose yang tengah gusar.

Rose menggeleng, "Aku tidak pernah menghubunginya duluan Oppa" Ucapnya sembari melihat managernya.

"Kalau begitu sekarang saatnya kau mulai menghubunginya duluan" Ucap manager Kul sembari merampas ponsel Rose dan segera melakukan panggilan.

"Oppa" Ucap Rose meminta.

"Sstt, jangan mengganggu" Tolak manager Kul.

Beberapa kali Kul mencoba menghubungi Limario, namun tak ada jawaban.

"Apa dia tidak mengangkat telfonnya Oppa ?" Tanya Rose.

Kul menggeleng dan mengembalikan ponsel Rose, "Mungkin dia sedang bekerja, tidak apa... Nomornya masih aktif, itu tandanya Riorio masih hidup" Ucap manager Kul.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 16, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

So Much PainWhere stories live. Discover now