Hari ini, tepat usiaku dua puluh tiga tahun. Usia yang cukup matang untuk menentukan hidup dan juga pilihan. Dan itulah yang terjadi padaku saat ini. Aku memutuskan untuk merantau jauh dari orang tuaku. Aku ingin hidup mandiri, sebab sejak kecil hingga serakang aku tak pernah berada jauh dari mereka. Untuk itulah, diusia ke-23 ini aku memutuskan untuk menentukan jalanku sendiri.
Keputusanku sudah bulat, karena keinginan ini sudah sejak lama aku rencanakan. Tetapi, aku tak pernah mengatakannya sekalipun pada orang tuaku. Itulah mengapa saat aku mengutarakan keinginanku untuk pergi Yogyakarta dan bekerja di sana mereka sangat terkejut dan tak memberiku izin. Namun, setelah aku memberi pengertian pada keduanya akhirnya izin kudapatkan. Dengan syarat, aku harus segera pulang jika tak kunjung mendapat pekerjaan dalam kurun waktu satu bulan.
***
Dan di sinilah aku sekarang, di Yogyakarta tempat yang selama ini ingin kukunjungi akhirnya menjadi kenyataan. Bukan hanya berkunjung, tetapi menetap. Selama ini aku memang mengagumi kota pendidikan ini yang kayak akan keanekaragaman dan juga budaya. Akhirnya mimpiku menjadi nyata.Setelah menemukan buku harian senja itu. Malamnya Diandra kembali membaca diary yang ia temukan.
Pada lembar pertama ia temui tulisan yang sangat disukainya.Saya tak ingin tuli dan dungu, untuk itulah saya membaca. Saya tak ingin hilang begitu saja tanpa ada yang mengingat, untuk itulah saya menulis.
Berulang kali Diandra membacanya dan meresapi apa maksud dari dua kalimat itu. Ia menyimpulkan bahwasanya lelaki pemilik diary itu adalah lelaki yang menyukai membaca dan juga menulis. Setidaknya itu dugaan sementaranya.
Kemudia, ia membuka lembar demi lembar diary itu. Dan malam itu ia selesai membacanya.Pada lembar akhir diary itu Diandra mendapati kalimat istimewa lagi. Pada senja kutitip apa yang tak menjadi milikku. Lagi-lagi Diandra terpukau oleh kalimatnya. Lalu ia membuka halaman terarkhir diary itu dan menuliskan di sana. Maaf telah lancang membacanya tanpa izin darimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau, Sebab Aku Menulis
ChickLitAku wanita yang tak pandai untuk mengungkapkan apa yang kurasan secara terbuka dan gamlang. Terlalu banyak yang kusimpan sendiri tanpa berani kumunculkan ke permukaan dan kucerikan melalui lisankan pada orang lain. Itulah sebabnya, mungkin Tuhan mem...