Fake6

12 2 0
                                    

Kuliah berjalan dengan sebagaimana mestinya. Jenni dan Davin fokus pada Dosen yang mengajar didepan. Semua mahasiswa diam menyimak begitupun yang dilakukan kedua orang yang sudah resmi menjadi teman hari ini.

"Yah. Sekian untuk hari ini. Kita lanjut minggu depan.  Assalamualaikum wr.wb" Dosen keluar dari kelas dan para mahasiswa membalas salam dengan serentak. Jenni Menyimpan alat tulisnya ke dalam tas begitupun Davin.

"Vin, Ke kantin yuk" Ajak Jenni. Davin hanya mengagukkan kepalanya. Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin. Jarak kantin dari kelas tidak terlalu jauh. Jadi, mereka berjalan dengan santai tanpa ada yang membuka obrolan. Dan Jenni yang merasa saat ini sangat canggung akhirnya membuka pembicaraan.

"Vin" Davin menatap Jenni yang memanggilnya. "Kamu kerja paruh waktu" tanya Jenni.

"Iya"

"Dimana? Dekat dari kampus ngk?" Davin mengangkat kedua alisnya pertanda 'kenapa' dan Jenni yang mengerti itu langsung mengaruk lehernya yang tidak gatal.

"Sebenarnya. Aku mau kerja juga, lumayan untuk beli buku tapi aku ngk tau dimana tempat yang cocok. Kamu tau tempat yang ada menerima mahasiswa kayak aku?"

"Kamu kerja aja di tempatku. Disana kami butuh satu pelayan lagi. Kamu mau ngk?" ajak Davin

"Mau mau mau"

"Ok. Selesai dari kantin, kita kesana" Jenni tersenyum senang. Akhirnya dia bisa bekerja dan menghasilkan uang sendiri tanpa merepotkan mamanya.
                             
                                ***
Di kafe, Jenni dipersilahkan duduk oleh pelayan kafe untuk menunggu pemilik kafe tersebut sedangkan Davin, dia yang memanggil.

"Jenni?" Seseorang memanggilnya dan Jenni langsung berdiri dan menyalami tangan orang tersebut.

"Silahkan duduk" ucap orang tersebut " Saya ini pemilik kafe. Nama saya Rianti. Panggil saja ibu ranti. Kata nak Davin, kamu ingin bekerja disini. Betul?" tanya ibu Ranti.

"Iya bu. Saya butuh pekerjaan"

"Kamu masih kuliahkan. Jadi kira-kira kapan kamu bisa mulai kerja. Kami tidak memaksa kamu agar cepat-cepat tapi ada baiknya kamu pikirkan dulu"

"Davin biasanya kerja dari kapan" tanya Jenni

" Nak Devin biasanya datang hari jumat sampai weekend karena dia ngampus dari senin ke kamis, tapi karena Davin datang hari ini, dia bantu-bantu sekalian. Apa Nak Jenni juga begitu"

"Iya bu. Saya sama Devin satu kelas. Jadi, mungkin saya juga mulai kerja hari jumat" Jelas Jenni.

"Ok. kamu kerjanya mulai hari Jumat. Nanti Davin yang akan beritahu kamu apa saja yang akan kamu kerjakan disini"

"Iya bu. Makasih banyak"

"Ok. Saya permisi dulu yah" Jenni tersenyum menanggapi.

'Alhamdulillah'

"Jen, kamu bisa pulang sendiri kan. Aku udah terlanjur disini jadi aku harus kerja" ucap Davin yang datang menghampiri Jenni.

"Iya. Aku pulang dulu yah"

"Hati-hati"

"Oke"

Sesampainya dirumah. Jenni langsung menuju ke kamarnya. Dia berbaring dan tersenyum mengingat kalau dia sudah punya teman dan bahkan pekerjaan. Dia bertekad kuat, dia tidak akan menyusahkan mama dan kak Oliv lagi. Dia akan mencari uang sendiri untuk membiayai kuliahnya.

Tok tok tok

Ada yang mengetuk pintu kamar Jenni. Jenni membuka kamarnya dan ternyata itu adalah mamanya.

"Sudah pintar yah kamu terlambat pulang?" ucap Sabrina.

"Maaf ma. Tadi Jenni ke rumah teman, kerja tugas" ucapnya berbohong. Sabrina hanya menatap Jenni seakan-akan Jenni sangat bersalah.

"Yaudah. Jangan berfikir saya mengkhawatirkanmu. Saya hanya resah kalau anak saya Oliv, nanyain kamu terus. Tidak penting juga saya khawatir sama kamu" Hati Jenni sesak mendengar ucapan mamanya. Dia memengang dadanya 'Sangat sesak'. Sabrina berlalu pergi.

'Jen, kamu kuat kan? Jangan sampe air mata kamu keluar. Kuat Jen, ucapan mama tadi cuman candaan. Itu ngk benar' Jenni menyakinkan dirinya tapi dia tidak bisa menahan cairan bening menetes dari matanya. Jenni duduk dilantai kamarnya memeluk lutut dan membenamkan wajahnya disana. Hari ini dia melanggar janjinya pada papanya untuk tidak menangis.

'Maafkan Jenni pa. Izinkan Jenni menangis hari ini. Besok bakalan ceria lagi. Hari ini pa, Izinin Jenni' ucap Jenni yang masih menangis. Terakhir kali dia menangis saat papanya meninggalkannya 11 tahun yang lalu dan hari ini, semua kesedihan Jenni dia keluarkan dengan menangis sejadi jadinya tanpa suara.



Hellow. Up lagi.

Jangan lupa vote & komen.
Saran dan Kritik, sangat aku butukan saat ini.

Makasih yang udah baca.

And last...
Aku mau tanya, bagaimna part kali ini? B aja nggak atau bagaimna?

FAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang