Alfa Jawad Handoko, seorang hakim muda yang popular di kalangan masyarakat Chicago, AS. Sudah 2 tahun ia menyandang status sebagai hakim. Ia di kenal sebagai Hakim yang jujur, tegas dan dingin, bahkan tak ada yang berani menyogoknya ataupun melawannya. Ia adalah sosok yang keras, tegas, jujur dan dingin. Dia memang popular di kalangan para wanita, tetapi karena sikapnya yang dingin bahkan tak tersentuh membuat para wanita berpikir berkali-kali lipat untuk mendekatinya kalau tidak ingin mendapat malu karena di cuekkan atau tak di anggapnya sama sekali.
"Permisi Mr" Raji yang merupakan sekretarisnya datang mengetuk pintu.
"Ada apa Raji?" tanyanya tanpa menatap ke lawan bicaranya.
"Ada Tuan Rival ingin bertemu anda," seru Raji membuat Alfa menghentikan aktivitasnya yang sedang membaca sebuah kasus.
"Biarkan dia masuk."
"Baik, Sir."
Alfa menyimpan berkas kasus itu dan menatap ke ambang pintu yang kini terbuka dan masuklah seseorang yang ia sayangi sekaligus ia benci.
"Ada apa kau datang, Val?" Tanya Alfa.
"Tidakkah Kakak senang aku menengokmu setelah 3 bulan kita tidak bertemu." Rival mengambil duduk di hadapan Alfa yang berbataskan meja kerja Alfa.
Rivaldo tak berbeda jauh dengan Alfa dalam hal ketampanan, Rival pun memiliki ketampanan di atas rata-rata, sayangnya Rival sering terlibat beberapa skandal dengan beberapa perempuan. Rival yang kini di minta mengurus perusahaan milik Abraham karena Alfa dengan terang-terangan menolak keras dan ia tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarga Abraham Handoko. Tetapi sayangnya kini perusahaannya dalam situasi kritis karena Rival tak pernah serius bekerja dan hanya menghamburkan uang perusahaan saja.
"Tidakkah kau merindukanku, Kak?" goda Rival.
"Kau butuh berapa?" Tanya Alfa To The Point membuat Rival terkekeh.
"Apa seorang adik yang ingin menemui Kakaknya harus di dasari karena uang? Aku datang sungguh ingin menengokmu dan aku merindukanmu," ucap Rival. "Bagaimana kalau kita minum kopi bersama," ajak Rival.
"Aku sibuk," ucap Alfa.
"Sebentar saja, Kak."
Alfa menatap Rival yang menampilkan senyumannya membuat Alfa akhirnya menyetujui keinginan Rival. Ia berdiri dan mengambil mantel yang bergantung pada patung gantungan, lalu ia memakainya.
"Ayo," ucapnya berjalan lebih dulu diikuti Rival.
Mereka berdua berjalan bersama dengan angkuh membuat para wanita tak bisa memalingkan mata mereka dari 2 pria tampan itu. Mereka berdua memasuki sebuah kedai kopi dan Rival segera memesankannya sedangkan Alfa memilih duduk di salah satu kursi yang berada tepat di dekat pembatas dari kaca hingga suasana di luar sana terlihat jelas.
"Ini Kak," ucap Rival menyimpan cup kopi di hadapan Alfa dan ia duduk di hadapan Alfa seraya meneguk kopinya. "Aku sangat merindukan suasana seperti ini, sudah lama sekali kita tidak seperti ini. Keluar berdua dan menikmati kopi panas."
"Sebenarnya apa yang ingin kau katakana padaku, Rival?" Tanya Alfa penuh kecurigaan. "Aku tau kamu bukan tipe pria yang menghabiskan waktu hanya untuk hal yang Cuma-Cuma, jadi katakanlah sekarang apa yang membawamu menemuiku."
"Baiklah, kau memang hakim bossy. Aku datang karena Ayah ingin bertemu denganmu, dia sedang sakit," ucap Rival membuat Alfa tersenyum kecut.
"Sakit? Benarkah itu?" Tanya Alfa sarkasis.
"Ini sudah 15 tahun berlalu, tidak bisakah kau berdamai dengannya. Perusahaan juga membutuhkanmu," ucap Rival.
"Bukankah sudah ada kau," ucap Alfa.
"Aku tidak suka bekerja, aku masih ingin menikmati hidupku," ucap Rival dengan santai.
"Maka jangan harap aku akan mau kembali menginjakkan kaki di rumah keramat itu dan bertemu orangtua itu," seru Alfa dengan begitu sinis.
"Dia Ayah kita Kak, apa tak ada sedikit saja rasa kasihan atau sayang Kakak padanya. Dia benar-benar sakit," ucap Rival.
"Apa dia juga merasa sedikit saja rasa kasihan dan sayang pada Zara, dengan teganya dia menjebak Zara!" ucap Alfa berapi-api.
"Kenapa Kakak begitu membela anak cacat itu, tidakkah Kakak sadar dia hanya saudara tiri kita. Aku lah adik kandung Kak Alfa." Ucap Rival
"Karena dia jauh lebih baik untuk menjadi adikku yang aku sayangi di bandingkan kamu." Ucapan Alfa sungguh membuat Rival kesal dan membenci Zara.
"Katakan pada Abraham, temukan Zara dan bawa dia kembali dalam keadaan hidup dan tak kurang satupun, maka aku akan pulang dan memaafkannya. Kalau tidak bisa, tetaplah menjadi musuh terbesarku hingga akhir hayat!" Setelah mengucapkan itu Alfa berlalu pergi meninggalkan Rival yang hanya bisa menghela nafasnya lelah.
Ini sudah 15 tahun berlalu, bahkan Zara telah meninggal tetapi Alfa masih sangat membenci keluarganya.
"Anak pembawa sial itu, setelah matipun dia tetap membuat keluargaku hancur!" gumam Rival dengan sangat kesal.
Ω
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati #zara 2 (Complete)
SpiritualIni lanjutan dari Novel Azahra. Baca full di aplikasi dreame. Follow akunnya iin sonaris dan jangan lupa pencet tombol love.