Bagian 4

4.9K 481 10
                                    

A

lfa dengan sengaja datang ke penjara untuk melihat keadaan Sahira Azahra. Ia di antar oleh seorang petugas polisi wanita menuju tempat introgasi dimana Sahira sudah berada di sana.

Sahira menengadahkan kepalanya saat pintu ruangan di buka hingga bola mata polosnya beradu pandang dengan mata elang milik Alfa.

"Pak Hakim," gumamnya berdiri dari duduknya.

"Saya akan tinggalkan anda berdua, Sir." seru polisi wanita itu.

"Thanks," jawab Alfa dengan nada dingin membuat polisi wanita yang awalnya mengagumi wajah tampan Alfa menjadi bergidik ngeri dan berlalu pergi.

"Silahkan duduk," ucap Alfa masih dengan nada dingin dan kaku.

"Emm." Sahira ikut duduk saat Alfa sudah duduk angkuh nan menawan di hadapan Sahira yang hanya terhalang meja panjang.

"Ceritakan kembali apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Alfa menatap langsung ke manik mata Sahira yang polos tanpa ragu.

Sahira menelan salivanya sendiri sebelum ia mulai menceritakan kembali kejadian yang sebenarnya. Dan selama itupun Sahira tak berusaha mengalihkan pandangannya dari mata dingin nan menusuk milik Alfa.

"Malam itu saya juga melewati jalanan itu," ucap Alfa setelah Sahira menyelesaikan ucapannya. Entah kenapa Alfa mempercayai ucapan gadis di depannya ini, mata polosnya itu seakan mudah di tebak dan ia tau gadis di depannya ini berkata jujur.

"A-apa anda yang ada di mobil itu?" tanya Sahira sedikit ragu-ragu.

Alfa terdiam cukup lama membuat Sahira merasa was was, ia takut salah berucap. "Saya akan meminta pengacara saya untuk mengurusi kasusmu, kau percayakan saja padanya. Dia ahli dalam menangani kasus apapun."

"Eh?" Sahira menatap Alfa dongkol, apa dia salah dengar?

Alfa berdiri dari duduknya seraya merapihkan jas yang ia gunakan. "Saya membantumu karena saya ingin membantu seseorang yang tidak mendapat keadilan." Setelah itu Alfa meninggalkan ruangan itu, menyisakan Sahira yang masih mematung dongkol mendengar semua ucapan Alfa barusan.

"Pak Hakim itu sangat baik, berbeda terbalik dari penampilan dan sikapnya," gumam Sahira diiringi senyumannya.

"Siapa gadis bercadar itu, tatapan matanya yang tajam seakan langsung menyihir perasaanku," gumam Rival menatap langit malam seraya membayangkan kejadian beberapa hari yang lalu.

"Hei lagi apa!" Rival memekik kaget karena suara adiknya itu.

"Astaga Mey, kamu mengagetkan aku!" ucap Rival mengusap dadanya.

"Kenapa sih, apa ada masalah?" tanya Meyza dengan nada manja.

"Tidak ada," dusta Rival.

"Emm Val, bagaimana kak Alfa? Kapan aku bisa bertemu dengannya, aku sangat merindukannya," seru Meyza.

"Aku sudah mencoba menghubunginya tetapi dia tak juga menjawab," ucap Rival membuat Meyza manyun.

"Sudahlah, weekend ini kita datang ke penthouse nya."

"Seriously?"

"Yup," jawab Rival berlalu pergi.

"Mau kemana?" panggil Meyza.

"Cari angin," jawab Rival.

"Zara, kamu dimana sebenarnya?" gumam Alfa meneguk cairan berwarna coklat yang di campur es batu dalam gelas kecil.

"Gadis bernama Sahira itu, entah kenapa dia mengingatkanku padamu, Zara. Apa mungkin itu kamu, Zara? tetapi rasanya itu tidak mungkin," ucap Alfa menarik kalung dari balik kaos yang menggantung di lehernya. Itu adalah liontin milik Zara.

"Zara, apa kamu masih hidup? Lalu dimana kamu sekarang, aku sudah hampir putus asa mencari keberadaanmu." Terlihat mata Alfa mengganttung di pelupuk matanya.

Bayangan kejadian itu kembali memenuhi kepala Alfa, kejadian saat Zara di bawa pergi dan Alfa mengejarnya hingga ia tak sanggup mengejarnya lagi. Rasa bersalah karena tidak mampu menjaga dan melindungi adiknya terus saja menyelubungi perasaan Alfa.

"Zara kembalilah, aku berjanji sekarang aku akan pastikan keselamatanmu. Kamu akan mendapatkan keadilan dan aku bisa menjadi Kakak yang baik untukmu."

"Kembalilah Zara," gumam Alfa menyandarkan kepalanya ke sandara kursi di belakangnya dengan helaan nafas yang panjang.

Rival tengah menikmati kopi di sebuah kedai kopi, ia mengambil duduk tepat di dekat jendela yang mampu memperlihatkan jalanan kota.

Seketika matanya menangkap sosok gadis yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya. Dengan cepat ia beranjak dari duduknya dan berlari untuk mengejar gadis yang terlihat berjalan menjauh bersama dengan seorang wanita. Rival terus mengikuti gadis itu hingga tak jauh dari sana, kedua gadis itu masuk ke sebuah pertokoan.

"Ini toko peralatan para muslim, apa dia akan berbelanja yah," gumam Rival terus mengintip hingga ia melihat salah satu dari gadis itu duduk di meja kasir dan gadis yang di incar Rival tampak masuk ke dalam ruangan.

"Apa mungkin dia pemilik toko ini?" gumam Rival.

TBC...

12-12-2018

Lentera Hati #zara 2 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang