Bagian 7

3.8K 451 37
                                    

"Sahira!"

Mendengar panggilan itu Sahira menoleh dan tersenyum senang saat melihat sosok Alfa berjalan angkuh dan elegant ke arahnya.

"Mr. Alfa."

"Sedang apa di sini?" tanya Alfa.

"Saya baru pulang bekerja, Mr. sedang apa di sini? Apa ada yang ingin di beli?" tanya Sahira.

"Aku akan makan malam, mau temani aku makan?" ajak Alfa.

"Eh?" Sahira merasa ini mimpi. Seorang Alfa mengajaknya makan malam, walau sebelumnya mereka pernah makan malam bersama di rumah Sahira.

"Bagaimana?"

"Eh, baiklah."

Alfa dan Sahira berjalan bersama-sama menuju restaurant yang berada tak jauh dari sana.

Sesampainya di sana, mereka langsung memesan makanan dan segelas anggur. Sahira sempat meringis mendengar Alfa memesan sebotol anggur merah, bukankah itu di haramkan di agamanya. Apa agama Alfa bukanlah agama islam sepperti dirinya? pikir Sahira.

"Jadi bagaimana kehidupanmu sekarang? sibuk apa?" tanya Alfa memecah keheningan. Dia selalu menatap Sahira dengan tajam seakan ingin menusuk manik mata Sahira. Beberapa kali Sahira memalingkan tatapannya supaya tak sampai beradu dan terpaut dengan pria tampan di depannya.

"Alhamdulillah sekarang aku sudah mendapat pekerjaan, dan aku sangat nyaman bekerja di sana. Selain atasanku yang baik hati, penuh perhatian, aku juga tidak memforsir waktuku dan pulang larut malam lagi seperti sebelumnya."

"Good!" jawab Alfa masih dengan ekspresi datar.

Tak lama seorang waiterpun datang dan menyajikan makanan mereka berdua. Dan Alfa mempersilahkan Sahira untuk menikmati makanannya, begitu juga dirinya yang langsung menikmati steak di hadapannya.

Mereka menikmati makanan dalam diam dan fokus pada makanan masing-masing. Sesekali Sahira melirik ke arah Alfa yang luar biasa begitu cool dan elegant cara makannya, bahkan tanpa suara. Beberapa kali Sahira beristigfar karena tak mampu menghindari untuk terus menatap Alfa. Andai posisinya terbalik, wanita juga bisa melamar seorang pria. Maka itu yang akan Sahira lakukan tanpa menunggu lebih lama lagi. Tetapi Sahira belum mengenai lebih dalam bagaimana Alfa, bagaimana agamanya. Dan bagaimana kalau ternyata mereka berbeda agama?

Beberapa menit berlalu dan mereka telah menyelesaikan makanan mereka, bahkan tempat makan bekas mereka telah di angkat hingga menyisakan dua gelas berkaki di atas meja. Seorang waiters menuangkan anggur merah ke gelas milik Alfa. Sahira hanya meneguk orange jus miliknya.

"Mr. -"

"Kita bukan sedang dalam kondisi bekerja, panggil aku Alfa saja," ucap Alfa menyesap anggur dalam gelasnya.

"Eh, apa tidak apa-apa?" tanya Sahira.

"Tidak," jawab Alfa. "Kamu tau Sahira," ucap Alfa menyimpan gelasnya di atas meja. "Kamu itu mengingatkanku pada seseorang, dan saat ini aku sedang merindukannya."

'Seseorang? Apa itu kekasihnya?' batin Sahira.

"Lama sekali kami terpisah," gumam Alfa menghela nafasnya. "Mungkin sekarang dia seusiamu."

"Emm, kalau boleh aku tau siapa dia?" tanya Sahira, kali ini dia dapat menemukan kepingan hitam kelabu di tatapan matanya yang tajam.

"Adikku," jawab Alfa.

'Oh ternyata Adik,' batin Sahira.

Alfa menyesap kembali minumannya, dan kini tak ada yang membuka suara sama sekali selain Sahira menunggu Alfa yang menghabiskan minumannya.

Setelah beberapa menit berlalu, mereka berdua keluar dari restaurant itu. "Ayo ku antar kamu pulang." ajak Alfa yang di setujui Sahira.

Ali baru saja hendak mengetuk pintu Zara, gerakannya terhenti karena mendengar lantunan ayat Al-Quran yang di lantunkan oleh suara Zara yang merdu. Ia berdiri dengan bersandar ke daun pintu yang tertutup dan meresapi setiap ayat yang di baca Zara.

Gadis pembaca Al-Quran...

Memang benar usianya dan Zara terpaut begitu jauh, bahkan dirinya seusia Alfa saat ini. Tetapi apa salah dia mencintai gadis ini?

Gadis yang memiliki masa lalu kelam dan trauma, gadis pembaca Al-Quran dengan suara yang begitu merdu.

Sejak saat itu Ali menemukan Zara dalam keadaan yang sangat menyedihkan dan kritis, dia sudah jatuh cinta pada gadis belia itu. Dia ingin selalu melindungi dan membahagiakan Zara. Hingga tanpa terasa cintanya semakin besar hingga kini Zara beranjak dewasa. Ali tidak memiliki keberanian untuk melamar Zara sebelum dia bertemu dengan Alfa. Selama ini dia hanya memendam cintanya dalam diam dan juga dalam setiap doanya. Nama Zara tak pernah sekalipun tak di sebut dalam doanya. Ia berharap cintanya ini tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan.

Ali tadi sempat membeli coklat kesukaan Zara. Ia menatap coklat itu lalu menyimpannya di meja sudut dekat pintu kamar Zara, kemudian berlalu pergi meninggalkan kamar Zara.

TBC...

10-02-2019

Sloww update.

Kalau Zara sama Ali, setuju gak? Atau Ali sama Meysa aja?

Lentera Hati #zara 2 (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang