i found you

27 1 1
                                    

"Kamu g tau rasanya jadi aku, kamu gak tau rasanya sakit ditinggalkan, kamu gak tau rasanya terkhianati, karena kamu tidak pernah menjalin hubungan"  kata-kata yang sering aku dengar. Itu semua kurasa salah. Aku pernah merasakan rasanya sakit, patah dan menangis karena cinta. Iti mungkin salah satu memperkuat aku tidak ingin pacaran. Karna belum jadi pacar saja, aku sudah diperlakukan demikian, bagaimana mungkin aku akan sanggup pacaran? Kemudian ada yang berkata "kamu harus belajar berkomitmen" ya nanti, semua ada waktunya, nggak perlu pacarankan untuk menjalin suatu komitmen? Aku akan berkomitmen pada pasangan hidupku, yang berani melamarku di hadapan ayahku dan berjanji untuk menjaga ku, yang akan kuhormati dan kucintai seumur hidupku.

Aku juga sering mendengarkan kisah-kisah patah hati dari teman-temanku. Mulai dari diselingkuhi, diperlakukan posesif, jadi selingkuhan, diperlakukan secara hina dan sebagainya. Aku tau kok, rasanya jadi mereka, gak perlu mengalami kan jika harus tau rasanya patah hati?

Suatu hari, dari rangkaian kisah patah hati temanku itu. Datang temanku bercerita bahwa dia sedang melakukan proses taaruf melalui media sosial. Aneh kan kedengarannya? Bagiku itu aneh. Apakah tidak ada pria/wanita di dunia nyata sehingga harus mencari di dunia maya. Begitu pikirku waktu itu. Tapi aku tetap mendengarkan kisahnya.

Selama beberapa waktu mendengarkan. Kok rasanya menarik juga yaa. Maksudku, ini media yang kupikir insyaallah terpercaya. Ya walaupun namanya dunia maya, siapa yang jamin akan jujur semua, dunia nyata saja, kita habis-habisan dibohongi apalagi ini. Akupun mencoba membuka situs itu. Bertanya pada temanku pengalaman orang yang berhasil. Bagaimana cara mengaplikasikannya. Setelah kutimbang-timbang, akhirnya aku membuat akunnya.

Awal-awalnya tak ada tawaran untuk mengajakku taaruf. Berbanding terbalik dengan temanku, yang baru 1 dilepasnya muncul ikhwan-ikhwan yang lain. Aku? Hhhhh. Kemudian aku curhat pada temanku itu. "Kok g ada yang mengajukan lamaran?" Tanyaku sedih.
"Kamu sering log in g? Agak diseringkan intensitasnya, jadi, biar jadi prioritas kamu" jawab temanku. Aku ber oh panjang. Pantas saja. Aku log in sekali seminggu. Yasudah. Kucoba untuk log kan setiap hari. Benar saja. Hari kedua sudah ada yang mengajukan.

Kubaca secara seksama CV nya "ah tidak tertarik" ujarku. Kemudia aku klik tombol penolakan. Aku menunggu ajuan berikutnya. Tak berselang lama, masuk lagi 2 lamaran. Kubaca. Masih tetap tombol penolakan yang aku klik.
Masuk lagi 2 lamaran. Kali ini ada yang menarik menurutku. Langsung saja aku terima lamaran itu, menunggu ikhwannya memulai percakapan duluan. Selang sehari, aku cek kembali apakah ada chat masuk, nyatanya malah aku langsung dihapus dari lamaran itu. Heh? Aku sedikit heran, belum mulai udah ditolak. Aku cuma tertawa. Masuk ke lamaran berikutnya aku terima. Masih sama. Setelah aku terima, keesokan harinya ditolak. Hingga 5 kali berulang seperti itu. Hmmm... ada yang salahkah dari foto atau biodata ku? Begitu kira-kira pikirku. Yasudahlah aku pasrah. Sempat negatif thinking. Yang begini saja, aku ditolak terus, nggak ada yang serius, gimana dikehidupannya nyata. Yasudahlah. Aku mencoba untuk mengajukan lamaran duluan, kali-kali aja ada yang nyantol. Begitu pikirku.

Belum lagi yang aku ajukan lamaran membaca CV ku. Kemudian masuk lagi lamaran. Aku lelah hahahah. Tapi aku penasaran. Kubaca juga akhirnya CV nya dan ternyata menarik. Kemudian aku terima. Begitulah finally, i found you

Porta LovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang