surprise?

21 1 0
                                    

Aku yang masih tertegun saat dia bilang "sebenarnya uda sudah menyiapkan cincin untuk vi" lamunanku buyar saat ia mengajak bicara di perjalanan menuju mobil.

"Hmmm... selanjutnya untuk membicarakan ke depan kita komunikasinya gimana? Masih perantara papa?" Tanyaku.

"Hmmm... mungkin bisa WA Vi, nanti uda minta WA vi ya" jawabnya. Kemudian Dia menghalau mobil agar kami bisa menyebrang.

Kami masih saja mengobrol banyak hal di mobil. Semenjak ibuku mengisyaratkan ku bahwa, panggil saja ibu Al dengan sebutan mami, karna ibuku mendengar ibu Al selalu menyebut dirinya mami.

"Vi..." panggil ibu Al. Aku menoleh ke arahnya. "Coba kamu cobain cincin mami ini" dia melepaskan cincin yang ada di jarinya kemudian menyematkan di jariku.
"Wah.... kurang pas ya. Kekecilan" ungkapnya. Kemudian melepaskan cincin itu dari jariku. Lalu ia mengeluarkan kotak berbentuk hati berwarna merah dan membuka kotak itu berisikan sebuah cincin lalu memasangkannya di jari manisku.
"Coba yang ini" ujarnya dan cincin itu pas sekali di jariku. "Waaah pas. Kayaknya memang jodoh" aku tertegun melihat cincin itu sekaligus kaget mendengar kata-kata ibunya Al. Orangtuaku pun kaget.

"Wah pas yaa" ujar ibuku. "Kok bisa pas gitu ya?"

Aku masih saja tampang bengong. Sungguh, keluarga ini benar-benar berhasil membuat aku terkejut bertubi-tubi. Bukan aku saja yang kaget. Al pun kaget "mami, kok gini amat moment buat ngasihnya?" Celetuk Al. Ibunya masih ketawa bahagia karna cincin itu pas di jariku

"Katanya mau dikasih buat surprise. Ini surprise lo" ujar ibunya. Aku cuma tersenyum simpul nggak bisa berkata apa-apa. Kuperhatikan cincin itu sambil menggenggam kotaknya.

"Jadi cincin ini Al yang minta titip sama mami untuk dibelikan sepulang mami dari rumah sakit, mami tanya, Al mau beli cincin yang bagaimana? Ukurannya gimana? Mami kan gak tau, mami nggak pernah ketemu sama via. Terus Al juga bilang, ya nggak tau juga mam, terus mami tanya tinggi badannya gimana? Kecil kayak mami atau besar, dia bilang besar" cerita ibunya Al panjang lebar. "Alhamdulillah ya pas"

"Terus ini Al gimana bu? Apa ini buat tukar tanda nanti?" Tanya ibuku.

"Nggak usah. Al kan memang nggak mau pakai cincin, karna juga dalam islam laki-laki nggak pakai cincin emas. Ini anggap aja tanda via udah terikat. Jadi nggak bisa dilirik sama cowok-cowok lain" jawab ibunya polos. Aku tersenyum kecut. Aku melepaskan cincin itu dan memasukkan kembali ke dalam kotak. Kemudian kotaknya ku genggam. Aku nggak tau mau bicara apa.

"Oh ya vi. Mami ada cerita lagi" ujar ibunya Al.

"Apa tu mi?"

"Jadi gini... hari ini kan seharusnya si Al ada meeting, tapi dia izin ke atasannya untuk nggak ikut. Ditanyain atasannya, kenapa? Ada apa? Al cuma bilang ada urusan keluarga. Terus digodain sama atasannya. Bilang nggak bakal kasih ijin kalo alasannya nggak jelas. Terus si Al bilang, dia mau izin untuk lamaran hari ini. Langsung aja dikasih izin sampe dibilang, udah buruan pergi sana, keburu masih ada yang mau sama kamu" cerita ibunya Al dengan antusias dan dengan tertawa kecil. Sementara wajah Al memerah karena rahasianya dibongkar ibunya sendiri.

"Oooh sama dengan via bu. Dia juga waktu ijin terus mau tukar jadwal dinas. Digodain temannya. Katanya ijin mulu, pasti ada apa-apanya nih. Via disuruh ngaku. Jadi via juga bilang bu mau lamaran" timpal ibuku. Giliran mukaku yang memerah. Duuuh ini dua emak-emak doyan bener buka aib anaknya :(

Kami sudah tiba di klender. Tinggal mencari rumah yang dituju "tadi dimana ma alamatnya?" Tanya Al.

Wait a minute. Apa katanya tadi? Mama? Am i wrong? Apa aku nggak salah denger?

Masih disibukkan dengan mencari alamat dan berulang kali dia menyebut kata ma, ma, ma, ternyata memang benar dia panggil orangtua ku dengan sebutan mama papa sekarang, sebelumnya ibu bapak. Padahal nggak ada yang suruh :(

Tibalah kami di rumah yang dituju "ayo turun"ajak ibuku. Kami menolak karena segan. Jadilah ibuku masuk sendirian. Kemudian tak berapa lama ia keluar rumah lagi, mengajak kami turun karena teman-temannya menyuruh turun. Dengan berat hati aku turun. Karena pasti akan ditanya "waah ini siapa? Kerja dimana?" Dan sebagainya.

"Vi, abang minta nomer vi ya" tiba-tiba pria yang sedari pagi menjadi bahasanku ini, kembali mengagetkanku. Huft. Akhirnya dia punya akses komukasi denganku. Kau memberikan nomorku. Kemudian kami masuk ke dalam rumah.

Hal yang sudah kuduga yang pasti kudengar "ya ampun. Ini pasti anaknya Desi. Ya ampun, mirip banget. Ini kopiannya Desi banget. Ini persis Desi muda" yayayaya.... wajahku memang cetakan ibuku persis. Sudah tak asing aku mendengarnya. Tapi, setelah celetukan yang biasa aku dengar itu, ada yang mengagetkan ku lagi

"Nah ini anaknya juga Des?" Menunjuk ke Al. Ibuku mengiyakan.

"Waah adil sekali anak-anaknya. Yang perempuan mirip mamanya. Yang laki-laki mirip papanya" ujar teman-teman ibuku. Aku kaget. Ibuku kaget. Ayahku kaget. Al pun kaget. Al mirip ayahku???????? Aku perhatikan wajah mereka secara seksama

Mirip darimana nyaaaaa?????

Porta LovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang