Lanjutan dari Something I've to do
Jika aku bisa memutar waktu
yang kuinginkan hanya satu
kembali ke masa muda yang kuhabiskan denganmu dulu
saat kamu masih ada disampingku
ketika kamu masih dalam genggamankuJungkook terbangun dari tidurnya dengan nafas terengah-engah dan baju yang basah oleh keringatnya, mimpi itu kembali, semua kenangan itu kembali.
10 tahun lalu, ketika orang yang dicintainya pergi dan tidak pernah bisa dia temukan sekeras apapun dia mencarinya.
"Kamu bermimpi lagi?" Istrinya yang terbangun karena pergerakkan Jungkook, dengan masih setengah sadar meraih tissue di nakas samping tempat tidurnya dan menyeka kening suaminya yang mengkilat dalam kegelapan.
"Apa mimpinya begitu mengerikan sampai kamu berkeringat begitu banyak?"
Jungkook menghela nafasnya berat, "tidak apa-apa, hanya mimpi yang tidak berarti, jangan terlalu dipikirkan."
Jungkook berdiri dan membuka bajunya dan menggantinya.
"Tidurlah kembali, aku akan keluar sebentar."
"Jangan lama-lama, kamu juga butuh istirahat."
"Aku tahu, jangan kuatir," lalu dia melangkah keluar dari kamar mereka dan berjalan ke dapur, menegak air es yang dia ambil dari lemari es dan terpekur.
Park Jimin, aku merindukanmu, bisakah kamu kembali untukku?
*****
Orang bilang, cinta itu hanya fatamorgana dan Jimin mempercayainya, karena nyatanya, itulah yang dia alami.
10 tahun hidup jauh dari hingar bingar dunia gemerlap yang pernah membesarkan namanya, setelah terlunta-lunta melarikan diri dari kejaran orang-orang yang mencarinya, setelah berpindah dari satu tempat ke tempat lain, setelah dengan susah payah dia menemukan tempat yang cocok untuknya dan menyakinkan diri bahwa di tempat ini tidak akan ada seorangpun yang mengenalnya, di sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian, sebuah desa yang sudah ditinggal pergi oleh orang-orang mudanya karena keinginan untuk sukses di kota sehingga hanya tinggal para orang-orang tua yang hobinya main mahyong, bercerita dan mengenang masa lalu serta beberapa pemuda yang dapat dihitung dengan jari.
Jimin hidup tenang tanpa terganggu oleh apapun selama itu, tidak akan ada media yang bisa menduga tempat persembunyiannya dan yang pasti Jungkook tak akan bisa sampai berpikiran untuk mencarinya kemari, itupun kalau memang dia dicari.
Matahari bersinar terik, Jimin menghentikan kegiatannya memetik daun teh dan menatap matahari sambil menghalangi kepalanya dengan tangan.
"Jimin! Istirahat sebentar nak, ibu sudah menyiapkan makan siang!" Seorang perempuan tua berteriak dari pondok peristirahatan.
"Baik bu!" Lalu pemuda itu berlari kecil menuju tempat perempuan tua itu menunggunya.
Dia duduk di depan perempuan yang sudah dianggap seperti orang tuanya itu dan menikmati makanan yang sudah tersaji dihadapannya.
"Makan pelan-pelan, nanti kamu tersedak."
Jimin mengangguk-angguk lucu mengundang senyum di wajah keriput itu.
"JIMIN!!" Seorang pemuda berteriak memanggilnya membuat yang dipanggil segera menoleh dengan pipi masih penuh.
Pemuda itu tiba di depan Jimin dengan nafas terengah-engah. "Ada yang mencarimu?"
"Siapa? Kakek Kim?"
Pemuda itu mengambil tempat disamping Jimin, menyomot beberapa buah yang terhidang.
"Bukan orang sini, seseorang dari kota."
Perkataan pemuda itu sontak menghentikan kegiatan Jimin yang sedang memasukkan makanan ke mulutnya, dia terpaku sesaat.
"Dia sangat tampan, dia mencarimu, Park Jimin, tapi aku bilang, tidak ada yang bernama Park Jimin, hanya Song Jimin."
"Apakah dia percaya?" Tanya Jimin ragu, dia sudah menghentikan makannya.
"Sepertinya begitu, karena dia langsung pergi."
Jimin menghela nafasnya, antara lega dan kuatir.
*****
Dia masih kuatir, dia gelisah dalam tidurnya, dia menjadi tidak tenang, haruskah dia pindah? Mengapa setelah sekian lama masih saja ada orang yang mencari? Bukankah Jungkook seharusnya sudah melupakannya?
Jimin bangun dari tidurnya dan duduk bersila di tempat tidurnya.
"Ayo berpikirlah Park Jimin, tidak ada seorangpun yang boleh menemukanmu, tidak setelah 10 tahun, tidak setelah kehidupan tenang yang dengan susah payah aku dapatkan."
Dia mengerang frustasi, seharusnya dia sudah bisa tenang, mengapa mereka masih mencarinya? bukankah 10 tahun cukup untuk membuat mereka menyerah?
*****
"Dia merubah marganya menjadi Song, tapi saya yakin kalau itu adalah Jimin yang sama yang Anda cari."
"Bagaimana kamu bisa yakin?"
"Pemuda yang kami tanya tampak gugup dan gelisah, dan ketika kami bersiap pergi, dia berlari sangat kencang menuju perkebunan, saya sempat mengikutinya, dia menuju ke seseorang yang saya yakin adalah Park Jimin."
Jungkook tersenyum setelah menutup telepon dari detektif yang dia bayar untuk mencari Jimin. Dia mengangkat telepon dan menekan sebuah nomor.
"Siapkan mobil dan hubungi agen travel, aku akan memesan tiket pesawat sendiri."
Jungkook bangkit berdiri, berjalan ke jendela besar dikantornya yang menghadap ke jalanan kota Seoul yang ramai.
"Akhirnya, aku bisa bertemu lagi denganmu Jimin, setelah sepuluh tahun, tidakkah kamu merindukanku?" dia berguman disertai smirk diwajahnya.
Sebentar lagi, dia akan bertemu Jiminnya. Park Jimin-nya.
******
"Pak, maaf, kita terlambat, saya sudah berusaha mencarinya di seluruh desa, tapi saya tidak bisa menemukannya. Rumah tempat tinggalnya terbakar dan kita tidak menemukan sedikitpun jejak keberadaannya di desa ini."
Jungkook mengerang frustasi, sekali lagi, dia kehilangan Jimin-nya.
End
Maaf gantung, karena cuma ini yang bisa saya pikirkan, selanjutnya, terserah Anda.
211018
Re-publish : 28-06-2019
Vr-Roselyn
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You (Short Story)
FanfictionShort Story (sangking pendeknya sampai saya merasa tidak baik-baik saja). Entah kisah apa, baca aja, siapa tau suka ? (ini fanfiction, sekali lagi cuma fiction, gak ada hubungan sama siapa-siapa, kecuali otak saya, karena cerita ini keluar dari ota...