Menunggumu

174 10 0
                                    

Jodoh? Siapa yang tau? Tentu hanya sang pencipta.

Orang bilang, cinta itu buta. Kalau sudah cinta ya begitulah, susah di jelaskan.

Kala itu, Rio dan teman-temannya tengah mengisi perut di kantin. Wajah-wajah baru pada Maba menjadi perbincangan mereka. Mana yang cantik dan mana yang menarik. Bersiul nakal pada mereka yang terlihat polos yang kebetulan melewati meja mereka.

Rio Madalawangsa Agustus. Mahasiswa jurusan pajak tingkat akhir. Pejuang skripsi yang kerjanya nongkrong di cafe.

Saat menatap sekeliling, jantung Rio berdetak tak karuan saat itu juga. Mata sipitnya menangkap sosok paling bersinar di antara keramaian. Gadis mungil dengan pakaian yang begitu syar'i. Terlihat bingung celingak-celinguk mencari sesuatu.

Rio memegangi dadanya yang bergemuruh.
"Gila man, jantung gue kok detak kenceng banget ya ini" ucap Rio pada teman-temannya.

"Jantungan kali Lo" itu Agam, Agam Rahman Abdullah. Salah satu sohib Rio yang Peling ceria

"Jantungan mikirin skripsi, di tambah dosbing menghilang entah kemana. Hahaha" tambah Jefri, Jefri Aditya Pratama. Sohib Rio yang paling unyuk-unyuk tapi bangsatnya kelewat parah.

"Kali ini bukan. Tapi itu tuh" tunjuk Rio pada si gadis. Tengah berdiri diam seperti orang bodoh. Huh mengundang tawa untuk Agam dan Jefri saja. Tapi bukan karena itu Agam dan Jefri tertawa. Oh dude, lihat gadis manis di sana dan pria tak tau diri di hadapannya sekarang. Semua orang pasti akan berkata tidak cocok.

"Mimpi ketinggian jatuhnya sakit. Sukur-sukur kalau masih hidup" Agam bersuara.

Rio? Pakai celana saja robek saja robek sini. Mau melirik yang syar'i segala.

"Jangankan ngelamar pake 30 juz, bacaan alfatihah Lo aja gak bener" ini yang paling nyelekit. Debaran di hati Rio rasanya hilang begitu saja. Tak terasa tapi sakit.

"Jangan itu dulu deh, pake peci semenit aja kaga sanggup" tambah Jefri lagi. Sudah lah, Rio pesimis sampai ke ubun-ubun.

"Gila Lo, baru juga gue lirik udah di patahin gini aja"

"Bukannya gitu sob. Tapi, duh gimana ya gue jelasinnya. Impossible deh pokoknya"
Agam berbicara serius. Bukan maksud hati ingin mematahkan semangat sang sahabat. Tapi apa iya sang gadis mau? Lihat Rio, dari segi penampilan saja yaampun enggak banget deh. Hanya perempuan-perempuan nakal yang suka rela berada dalam pelukannya.

"Samperin ah"
Agam dan Jefri menepuk jidat bersamaan. Kacau sudah kacau!

.......

"Cari siapa, dek?"
Tanya Rio sehalus mungkin. Pencitraan!

Sang gadis menoleh, mendongak menatap pemilik suara. Mata besarnya mengerjap-ngerjap. Bukan, bukan jatuh cinta atau terpesona. Tapi, seram.

"Umm.. itu.. mencari teman"
Jawab sang gadis dengan canggung. Suri Adeeva Afsheen Meysha namanya.

"Duduk aja dulu, kayaknya temen kamu lama ya"
Rio menarik sebuah kursi, mempersilahkan sang gadis itu duduk. Dalam hari Rio bagai habis menang lotre, hatinya meletup-letup penuh bahagia. Duduk berdua!

"Nama temennya siapa?"
Tanya Rio lagi. Kali ini serius, siapa tau ia bisa bantu.

"Seila Adiawan Pratiwi, mas"
Ambyar sudah, Rio di panggil mas. Mau meleleh saja rasanya. Rio gugup, ia berkeringat dingin. Grogi parah.

"Prodia apa?" Tanya Rio lagi.

"Pajak, mas" bagus mengangkat alisnya sebelah. Pajak? Sama dong?

Bersamaku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang