2 ➸ The First Incident

2K 85 1
                                    

Deru mobil Gabriel sudah menghilang. Cakka tetap melangkah menuju komplek Pelita Bangsa. Gedung sekolah dan asrama Pelita Bangsa memang berada dalam satu komplek yang terbilang luas. Bagian kanan komplek adalah khusus untuk gedung sekolah Pelita Bangsa, sementara bagian kiri komplek adalah khusus untuk gedung asrama. Meskipun dalam ruang lingkup yang sama, tapi masing-masing dari gedung tersebut tetap memiliki gerbang masuk yang berbeda.

Begitu sudah mendekati gedung asramanya, dengan sigap Cakka menyelinap masuk, memanjat pagar tembok bagian samping kiri asrama. Selama tidak ada penjaga, tentu saja itu bukan hal yang sulit bagi Cakka. Dan, rupanya ia memang beruntung malam ini. Meskipun baru dua hari tinggal di asrama, tapi Cakka tidak kesulitan mencari jalan pintas. Bagaimanapun caranya, ia pasti bisa kembali ke kamarnya dengan aman.

Dalam keadaan menyelinap seperti itu, tentu Cakka tidak bertindak tergesa-gesa. Ia tidak lupa memantau keadaan sekitarnya. Begitu aman, ia langsung menginjakkan kaki pada tangga besi yang terpasang di bagian samping kiri tembok bangunan.

Kemudian setelah sampai di bagian lantai dua, ia melompat pada satu balkon yang berada paling dekat dengannya dan melompat pada balkon lainnya. Balkon itu tidak terlalu besar, hanya balkon biasa berukuran sempit memanjang yang terdapat pada setiap jendela kamar asrama.

Kini Cakka tinggal mencari di mana letak jendela kamarnya. Untuk hal ini, sepertinya ia sedikit kesulitan. Ia lupa mengingat di mana persisnya letak jendela kamarnya karna setiap jendela asrama ini berbentuk serupa.

Pembedanya saat ini hanyalah jendela yang tertutup dengan lampu kamar yang tidak menyala dan jendela yang terbuka dengan lampu kamar yang masih menyala.

Sejenak Cakka berpikir, lantas senyumnya mengembang di bibirnya. Ia ingat pada saat ia keluar dari asrama, saat itu ia keluar lewat jendela dan membiarkan jendela itu tetap terbuka agar memudahkan dirinya untuk masuk kembali. Selain itu, ia sengaja tidak menyalakan lampu kamar agar setiap orang mengira pemilik kamar itu sudah tertidur.

Tanpa berpikir lebih lama lagi, matanya menemukan apa yang dia cari. Lantas dengan cepat ia melompati dua balkon dan meraih jendela kamar yang saat itu terbuka.

Cakka bersyukur, karna walaupun menyebalkan, tetapi asrama ini untungnya hanya menyediakan satu kamar untuk satu orang.

Begitu berhasil masuk, Cakka lantas menyalakan lampu kamarnya. Ukuran kamar itu tidak terlalu besar, juga tidak terlalu kecil. Cukup nyaman untuk satu orang. Terdiri dari satu tempat tidur small size, meja belajar kecil, dan kamar mandi kecil serta beberapa perlengkapan kamar lainnya. Setidaknya fasilitas satu kamar untuk satu orang ini terbilang cukup lengkap dan memang nyaman.

Setelah berhasil menyalakan lampu kamar, Cakka meregangkan sedikit otot-ototnya yang kaku. Ia merentangkan tangannya dan menguap sepuas hati.

Baru pukul 11.30.

Tidak biasanya ia mengantuk secepat ini. Lantas ia membuka kaos lengan panjangnya dan melemparnya ke atas tempat tidur. Membuka jam tangan dan sepatunya secara bergantian. Dengan mata yang hampir terpejam, ia menyempatkan diri untuk membuka celana jeansnya. Cakka tidak terbiasa kalau harus tidur dengan memakai celana jeans.

Tapi saat ini sepertinya Cakka terlalu mengantuk, membuka celana jeans saja sangat penuh penghayatan. Begitu lama sampai akhirnya...

"AAAAAAAARRGHHHH!!"

Mata Cakka mengerjap. Ia tersentak lantas menoleh ke belakang, ke arah tempat tidurnya.

Matanya terbelalak begitu mendapati seorang gadis yang tengah berteriak sambil menutup wajahnya dengan selimut. Karna panik, dengan cepat Cakka menghampiri tempat tidurnya dan membekap mulut gadis itu. Bisa gawat kalau gaduh seperti ini.

Gadis itu berontak, tapi tenaganya tidak sebanding dengan tenaga Cakka. Cakka tetap membekap mulut gadis itu. Sebenarnya ia bingung, mengapa di dalam kamarnya ini ada seorang perempuan? Perlahan Cakka bangkit, posisi tangannya tetap sama. Dengan mulut yang masih dibekap dan dengan posisi Cakka yang membekap dari belakang, gadis itu terpaksa mengikuti Cakka bangkit dan melangkah dalam pelukannya.

Cakka melongokan kepala ke luar jendela. Ia menoleh ke arah kanan. Sepertinya ada sesuatu yang terlupakan olehnya.

Asrama putera dan puteri Pelita Bangsa ini bertempat dalam satu gedung yang sama namun beda posisi. Dan ia lupa kalau kamar asrama putera itu terletak di bagian kanan gedung.

"Shit!" umpatnya pelan.

Ternyata dia salah kamar.

Rontakan gadis itu kembali menyadarkan Cakka. Sebelum ia kembali ke kamarnya yang asli, ia harus menyelesaikan dulu masalah satu ini.


[]




Panah AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang