2008, dalam perjalanan menuju Malinau (Kota)
Waktu menunjukkan pukul 01:15 malam, sebuah mobil dengan bak terbuka melintasi jalan setapak ditengah hutan. Dimalam menuju pagi yang dingin itu, orang-orang telah terlelap kecuali dua remaja yang masih terjaga. Nina dan Duta.
‘’Nina nggak dingin kah?’’ Tanya Duta.
‘’Sedikit’’ jawab Nina sembari mengosok kedua telapak tangannya. Duta mengambil sebuah selimut dari ranselnya.
‘’Nih’’ katanya lalu memberikan selimut itu. Nina menerimanya. ‘’Kamu juga kenapa ikutan duduk dibelakang?’’ sambungnya.
‘’Kasian Aned dia kan gak biasa pergi jauh kayak gini’’
‘’Kenapa gak berdua Aned aja didepan?’’
‘’Biarin ajalah Aned istirahat didalam, lagian kalo aku ikutan bakalan sempit, seharian diperjalanan dia pasti kecapean’’
‘’Emangnya kamu nggak capek?’’
‘’Ya.. Pegal sedikit sih hehe’’ jawab Nina kemudian Duta melingkarkan tangan kanannya dan memeluk Nina.
‘’Ya udah sandaran sini’’ katanya. Lalu Nina menyandarkan kepalanya pada Duta. Ia tersenyum. Ada perasaan hangat yang mengalir dalam dirinya.
‘’Makasih banyak, Kak’’ ucap Nina pelan dan lembut. Duta menyandarkan kepalanya juga dikepala Nina. Lama mereka membisu sembari menghadap kejalan setapak yang mulai tertutup oleh embun.
‘’ Udah tidur?’’ Tanya Duta setelah hampir setengah jam tidak ada pembicaraan dengan Nina. Ia berfikir Nina pasti sudah terlelap. ‘’…Kamu tahu kan kalau aku peduli sama kamu… Ini mungkin terdengar konyol bahkan bagi orang lain juga akan aneh, laki-laki 18 tahun jatuh cinta sama anak 11 tahun… ‘’ katanya.Sebenarnya Nina belum terlelap, sebelumnya dia ingin menyahut Duta namun Duta lebih dulu mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut. Didalam pelukan Duta, dia dapat mendengar detak jantung Duta yang tidak menentu.
‘’Ini sama seperti jantungku, kenapa aku juga bisa merasakannya?’’ Tanya Nina kecil didalam hati. Masih terlalu awal baginya untuk mengerti apa itu Cinta. Yang dia tahu, perasaan seperti itu selalu muncul hanya jika ia bersama Duta.
‘’Kakak sayang kamu’’ lanjut Duta sambil berbisik pelan. Nina mendengarnya, dan spontan bangun.
‘’Hah?’’ tanyanya heran. Dia terbangun dari pelukan Duta. Jantungnya berdegup kencang. Wajahnya merah.
‘’Loh? Kamu dari tadi nggak tidur?’’ Tanya Duta, Nina menggelengkan kepalanya. Duta menatap wajah Nina. ‘’Nin, gantian dong, kakak pegal nih’’ sambungnya lalu menyandarkan kepalanya dibahu Nina yang kecil. Nina mengiyakan dan berbagi selimut dengan Duta.
‘’Y..Ya udah, kakak tidur aja biar Ni..’’
‘’Kamu dengarkan?’’ Tanya Duta memotong ucapan Nina. Lama Nina terdiam.
‘’Iya’’
‘’Ya sudah berarti nggak ada lagi yang kakak sembunyikan dari kamu, kakak sudah jujur’’
‘’Iya..’’
‘’Kakak nggak minta Nina buat jawab sekarang karena ini masih terlalu awal dan Nina juga belum sepenuhnya mengerti’’
‘’Maksudnya kakak?’’
‘’Kakak akan menunggu, satu tahun, dua tahun, tiga tahun, tetap akan kakak tunggu. Karena kakak serius’’
‘’Emang kakak sanggup?’’
‘’Sanggup dong kan Cuma 1-3 tahun haha’’
‘’Kalau sampai 5 tahun? 7 tahun? Hahaha’’
‘’Percayalah.. Aku hebat dalam hal menunggu’’ucap Duta kemudian ia memejamkan matanya dan mulai tertidur dibahu Nina.Dimalam hari yang menuju pagi itu, ditengah hutan, jalan setapak, embun malam, dinginnya udara dan hangatnya pelukan. Nina merekam semua itu didalam memorinya dan menyimpannya baik-baik jauh sekali didalam hatinya.
Sejak malam itu, hubungan mereka berdua pun semakin dekat. Tidak ada yang disembunyikan lagi diantara mereka. Hingga ketika Nina menginjak usia 16 tahun, dia akhirnya mengerti dan memberi jawaban atas pernyataan Duta 6 tahun sebelumnya. Mereka berduapun resmi menjadi pasangan kekasih meski terpaut usia 7 tahun.
Jangan lupa follow ig @apollocokelat ya, salam kenal para pembaca manis :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikmati Lara
RomanceYang patah hati begitu parah, pada akhirnya akan menemukan cinta yang begitu indah. Berkisah tentang seorang wanita yang sedang berjuang dalam melepaskan, merelakan dan melupakan pria nya. Ditengah-tengah lara nya, ia dipertemukan dengan seorang pri...