Sampai Jumpa, Sayang

13 2 2
                                    

‘’Setidaknya kamu ngomong sepatah dua patah kata, jangan bikin aku makin berat buat ninggalin kamu’’
Ucapan Duta semalam terus terbayang-bayang dipikiran Nina.
Kemudian gadis dengan rambut sebahu itu bangun dari tempat tidurnya dan meraih handphonenya. Ada 24 panggilan tak terjawab dan 13 pesan yang belum dibaca. Semua dari Duta.

Tok..Tok..

Suara ketukan pintu dari luar kamar Nina.
‘’Siapa?’’ Tanya Nina.
‘’Mama,Nin.’’ Suara lembut seorang wanita terdengar dari luar pintu. Nina mengiyakan, kemudian Mama nya masuk dan duduk disamping anak gadis satu-satunya itu. ‘’Kamu kenapa?’’ Tanya Mamanya. Nina menggelengkan kepalanya.
‘’Kalau ini masalah sama Duta.. Tadi, pagi sekali dia mampir kesini. Dia nanyain kamu, mama bilang kamu masih tidur, kalian dua berantem?” Tanya Mamanya lagi namun Nina tetap menggelengkan kepalanya. ‘’Merelakan atau mempertahankan, keduanya sama-sama butuh perjuangan.’’ Sambung Mama nya. Tak lama kemudian, Nina memeluk Mamanya dan menangis dalam pelukannya.
‘’Nina… Nina gatau apa yang Nina rasain sekarang,Ma. Nina marah tapi.. Hiks.. Hiks..’’ Semua yang ada dibenaknya ia sampaikan pada wanita itu. Mulai dari perasaan marah, kecewa, kesal, hingga rasa yang tak bisa dijelaskan lainnya.
‘’Susah ya jadi seorang perempuan. Kalau ada apa-apa yang tidak mengenakan hati, hanya bisa memendamnya.’’
‘’Nina kecewa,Ma.’’ Ucap Nina memeluk erat Mamanya. Mamanya menghela nafas. Wanita berambut hitam itu mengusap lembut rambut Nina.
‘’Manusia bertemu untuk saling memberi makna, namun ada juga yang hanya menjadi perkara yang harus diikhlaskan.’’
‘’Maksud Mama?’’
‘’Jangan tanya Mama, kamu yang harusnya cari jawaban dan mengerti maksud Mama. Ya udah, Mama mau ketaman belakang dulu, kamu mandi sana! Mentang-mentang baru lulus Sma, jadinya waktu liburan bertambah. Kamu juga jangan lupa fokus untuk ujian masuk ke Universitas!’’
‘’Iya, Ma'’
‘’Oiya Nin, itu dimeja belajarmu ada titipan dari Duta. Eemm.. Mama gak tahu masalah kalian seperti apa, tapi… Menurut Mama perihal merelakan, itu sulit sekali untuk dilaksanakan, fikirkan baik-baik, nak’’ ucap Mama Nina kemudian ia pergi meninggalkan ruangan itu.
Nina tertegun. Ia menoleh ke meja belajarnya. Sebuah kotak berukuran sedang terbungkus dengan plastik tosca ada disana. Ia mengambilnya dan melihat apa isi dari kotak tersebut. Secarik kertas pertama kali ia lihat dari dalam kotak itu, kemudian ia meraihnya dan membacanya.

Kau memang tak masuk di akal
Tapi pasti masuk di hati

Itu tulisan Nina yang saat itu berusia 16 tahun. Nina kembali mengenang betapa ia hanya ingin mati saja ketika Duta membaca tulisannya itu. Ia ingat bagaimana jantungnya serasa ingin keluar, ia ingat bagaimana ia menyembunyikan wajahnya dibalik jaket Duta. Ia tersenyum. Kemudian perhatiannya teralihkan pada sebuah tumpukan foto didalam kotak itu.
Sebuah foto kembali mengalihkan perhatiannya. Sekerumunan orang ada didalam foto itu, dengan gaya masing-masing dan menampilkan senyum bahagia mereka setelah mengikuti sebuah kegiatan. Matanya terhenti pada sosok anak laki-laki berkaus putih. Senyumnya yang khas dan tatapan yang menenangkan ketika matamu bertemu dengan matanya. Duta Ignasius. Itu adalah sehari sesudah Duta menyatakan perasaannya pada Nina kecil. Memori kembali menghampirinya. Tiba-tiba saja airmata nya jatuh.
Kemudian ia meraih handphone nya dan membaca pesan-pesan dari Duta.

Pesawatku berangkat jam 10. 
Aku pamit ya
See u dear

Ia melihat jam di dinding, menunjukkan pukul setengah 9, ia bangkit dari tempat tidurnya dan bersiap-siap menuju bandara.
‘’Manusia bertemu untuk saling memberi makna, atau hanya menjadi perkara yang harus diikhlaskan. Dan kau, termasuk perkara yang tak ingin aku relakan!’’ ucapnya dalam hati. Ia menemukan jawabannya sendiri. Ia kini mengerti apa yang dikatakan oleh Mamanya. 

-----------------------------------------------------------------

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan..

Nina terus menghubungi Duta. Sesampainya di bandara, ia segera berlari dan mencari sosok Duta. Ia berlari kesana-kemari namun tidak jua menemukan pria itu. Dia mencoba menelpon lagi, namun hasilnya tetap sama. Ia melihat jam ditangannya. Kepanikan semakin menjadi. 

Bruuugghh..

Nina menghantam tubuh seseorang keras sekali hingga ia terpental dan jatuh.
‘’Aduh..’’ katanya kesakitan dan bangkit berdiri. Ia mendongkak kan kepalanya ke atas. Seorang bertopi hitam berdiri dihadapannya. Wajahnya tertutup setengah oleh masker. Sekalipun pria itu mengenakan topi dan masker, ia tahu persis siapa yang berdiri dihadapannya itu. Matanya berkaca-kaca. Nina pun menangis seperti anak kecil. Pria yang ia tabrak adalah Duta.
‘’Hiks… Hiks.. Hhuuuaaa….’’ Tangis Nina sambil menarik-narik lengan baju Duta. Suara tangisnya nyaring membuat semua mata tertuju padanya. ‘’Maaf… Maaf.. Hiks..’’ katanya lagi. Duta langsung memeluknya.
‘’Ssttt.. Sudah-sudah jangan nangis, nanti jelek loh. Coba aku liat dulu, kamu tadi jatuh kan, gak ada yang luka?’’ Duta mencoba melepaskan pelukannya namun Nina makin memeluk erat tubuhnya seolah mereka adalah dua orang yang lama tidak berjumpa.
‘’Aku minta maaf.. Aku minta maaf.. Aku minta maaf’’ ucap Nina berkali-kali. Duta menghela nafas. Ia melepaskan pelukannya perlahan lalu mengusap lembut wajah Nina dan menyeka airmatanya.
‘’Harusnya aku yang minta maaf’’
‘’Aku juga salah..’’
‘’Sudahlah berhenti menyalahkan diri, yang penting kamu sudah ada disini dan itu bikin aku senang’’ ucap Duta lembut.
‘’Kakak beneran pergi?’’ Tanya Nina, Duta mengangguk. Raut wajah Nina kembali sedih.
‘’Sedikit jarak itu baguskan? Karena jika nanti kita bertemu, kita masih saling merindukan, eeaaa’’ kata Duta mencoba untuk menghiburnya. Nina tertawa kecil. ‘’Yea! Dia ketawa juga haha’’Duta pun ikut tertawa.
‘’Ihh apaan sih’’ Nina menutup wajahnya karena malu.

Your attention please, Garuda Jaya of passengers on flight number GA131 to Balikpapan please boarding from door A13,Thankyou.

Itu adalah pesawat yang akan dinaiki Duta. Kemudian Duta melihat jam ditangannya.
‘’Sudah waktunya’’ ucap Duta. Nina langsung memeluk tubuh pria itu. Didekap eratnya Duta, dihirupnya aroma tubuh pria yang akan sangat dirindukannya nanti, dinikmatinya pelukan itu hingga airmatanya jatuh. Ia mendongkakkan kepalanya ke atas dan ditatapnya wajah Duta sepuas-puasnya. Ia tersenyum.
‘’Pergilah..’’ ucap Nina dengan mantap dan berani.

Duta terkagum pada Nina-nya. Dari gadis kecil yang selalu cengeng menjadi perempuan yang tangguh dan dewasa,  ia dengan cepat dapat memahami dan mengerti orang lain, terutama padanya. Duta pun ikut tersenyum sembari menahan sedih. Dikecupnya kening Nina dan pamit.
Nina terus memperhatikannya hingga punggung pria itu tidak terlihat oleh kerumunan orang, hingga pesawat itu pergi membawa Duta nya.

‘’Sampai jumpa lagi, sayang’’

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 04, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menikmati Lara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang